Minggu, 26 November 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

7 Robiul awal 1439 H /26 Nopember 2017

Prof. H. Yusuf Suyono MA

*Mengerti Arti Hidup*

Setiap hari kita selalu dituntut untuk menentukan dua pilihan, berjalan menuju Neraka atau menuju Surga. Itu adalah tempat peristirahatan terakhir.
Ruh manusia itu akan menjalani 5 Alam,  alam yg pertama adalah Alam Ruh. Yg kedua Alam Rahim dan yg ketiga sekarang ini,  Alam Dunia. Kelak kita akan masuk alam ke Empat yaitu Alam Kubur.  Dan terakhir kita akan masuk Alam Akhirat. Itu tempat tinggal terakhir dan disana ada dua pilihan tempat tinggal : Surga atau Neraka. Semua itu tergantung pilihan kita, Tuhan tidak memaksa manusia ke Surga atau Neraka.

Kita harus mensyukuri nikmat pendengaran, penglihatan, akal dan hati kita yg akan membuat manusia menjadi satu-satunya makhluk Allah yg dapat mengerti arti hidup. Banyak orang yg faham dan mengerti hidup,  tapi cuma sedikit yg mengerti arti hidup, tidak mengerti untuk apa mereka hidup.
Hanya mereka yg mau mengaji tahu arti hidup.
Maka semboyan kita yg muslim ini adalah : "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un". Itu adalah ucapan semboyan kita,  bukan ucapan duka,  karena ucapan untuk berbela sungkawa yg paling pendek adalah :
"Itaqillah washbir.. " ( Bertakwalah kepada Allah dan Bersabarlah! ).
Dan ada pula beberapa ucapan lain yg lebih panjang.

Apa dan Siapa yg paling kita tunggu-tunggu di pintu gerbang kehidupan kita?
Kita hidup di Alam ketiga ini ibarat halte menunggu bis,  bukan Terminal Terakhir.
Pintu gerbang keluar yg ditunggu adalah Malaikat Maut atau Kematian. Kematian adalah Terminal Sementara,  bahasa lainnya adalah Fana. Kematian adalah tempat peristirahatan pertama,  bukan Terakhir. Bedanya dengan Komunis,  mati dianggap Alam Terakhir.
Bagi islam kematian adalah Pintu Gerbang menuju kehidupan sesungguhnya.  Sedangkan dunia ini hanya kamuflase saja. Banyak orang kaya yg tidurnya tak nyenyak,  sebaliknya banyak pula orang miskin yg tenteram, karena kamuflase tadi. Di akhirat yg disebut bidadari itu muda dan tak pernah tua.  Berbeda dengan bidadari dunia, bisa menjadi tua.

Kita mensyukuri kehidupan dunia, kita sadar sedang menuju kematian. Orang yg mengerti Arti Hidup akan menyambut datangnya Malaikat Maut dengan tangan terbuka.  Kematian tidak harus melalui sakit atau tua.  Bisa setiap saat terjadi. Nabi Muhammad saja umurnya 63 tahun,  bahkan Nabi Isa cuma 31 tahun.
Agar tidak takut terhadap kematian maka hargailah kehidupan dengan cara mengisi hidup dengan kebaikan setiap menit,  setiap detik dari umur.

Kematian pasti terjadi dan sesuatu yg pasti terjadi tetapi kita tidak tahu kapan terjadinya maka sesuatu tadi pasti sangat dekat. Jadi Kematian dan Kiamat itu pasti dekat. Maka jangan sampai kita tidak mengerti arti hidup. Agar supaya kita mengerti maka kita perlu mengaji.
Salah satu cara mengerti Arti hidup supaya tidak takut mati,  adalah dengan Sujud ( Shalat). Bila kita sudah mengerti maka ketika kedatangan Malaikat Maut kita sudah tidak takut.
Hidup adalah perjalanan panjang dan di ujung perjalanan ini Allah sudah menyiapkan seindah-indahnya tempat kembali kita,  namanya Surga.

Setiap bayi itu lahir dalam keadaan fitrah (suci,  bersih dan bening)
Rasulullah bersabda : "kullu mauludin yuladu alal fitrah". Artinya setiap anak lahir dalam keadaan fitrah.
Semua bayi yg dilahirkan itu suci,  termasuk Nabi Muhammad. Kecuali Nabi Adam yg tidak dilahirkan,  karena beliau diciptakan dari tanah.  Sedang keturunannya berasal dari sari pati tanah.
Tugas kita adalah menjaga diri agar tumbuh dan berkembang dalam fitrah kita jangan sampai terkontaminasi dosa.
Kenapa ketika kita sedang Haji ke Tanah Suci bisa melaksanakan shalat berjama'ah di mesjid,  namun ketika pulang ke Tanah Air tak bisa melakukannya?  Itu namanya tak bisa menjaga fitrah.
Dianjurkan untuk berdoa ; " Ya Allah berilah aku kemampuan untuk menjaga kurnia agung fitrah dariMu ini".
Tapi harus disertai ikhtiar.

Shalat adalah salah satu bentuk atau usaha menjaga fitrah.  Makanya shalat disebut Imaduddien atau Tiang Agama.
Kelak yg pertama kali dihitung di akhirat adalah shalat.

*1. Shalat mengajari kita bahwa hakekat umur bukanlah bilangan waktu yg terus berulang.*

Kita ini diberi ajal yg ada batasnya. Barang siapa yg bilangan ibadah dan amal sholehnya selalu berulang, maka pada saat dia mati dia akan di puncak fitrah kebaikannya. Maka umur harus inline dengan kebaikan.
Jangan sampai ajal lebih panjang dari umur. Karena itu artinya adalah orang jelek. Orang jelek itu jika meninggal banyak yg senang,  orang baik bila meninggal banyak yg sedih.
Umur itu dibagi dua,  Umur kuantitas yg disebut sebagai ajal dan Umur kualitas adalah umur kebaikan. Jadi kalau ajal lebih panjang dari umur berarti kebaikannya sedikit.
Contoh Nabi Muhammad ajalnya 63 tahun,  tapi sampai sekarang seolah masih hidup karena selalu dibicarakan.

"Jika waktu tak bisa berhenti,  Mengapa ada kata nanti? Jika waktu tak bisa dipacu, Mengapa ada kata tunggu? Hidup tak kenal siaran tunda ".

Bila mau berbuat baik, janganlah ditunda-tunda.

*2. Shalat mengajari kita agar tatapan mata kita tertuju hanya ke satu arah,  yaitu Allah Robbiyal A'laa.*

Sekarang ini banyak Tuhan-Tuhan selain Allah. Rasulullah saw pernah bersabda :
“Akan datang suatu zaman atas manusia. Waktu itu, tidak tersisa iman sedikit pun kecuali namanya saja. Tidak tersisa Islam sedikit pun kecuali ritual-ritualnya saja. Tidak tersisa Al-Quran sedikit pun kecuali pelajarannya saja. Mesjid-mesjid mereka makmur dan damai, akan tetapi hati mereka kosong dari petunjuk.......”

Maka takjublah para sahabat mendengar pembicaraan Nabi. Mereka bertanya, “Wahai Rasul Allah, apakah mereka ini menyembah berhala ?”
Nabi menjawab, “Ya ! Bagi mereka, setiap serpihan dan kepingan uang menjadi berhala.”

Jadi sejak Jaman Nabi sudah dikatakan kelak akan ada yg memperTuhankan uang.  Sekarang ini ada lagi Tuhan baru yaitu WA.

Barang siapa yg tatapan matanya hanya tertuju kepada Allah maka ia tidak akan terpana oleh godaan yg ada di sepanjang perjalanan hidup ini.

*3. Shalat mengajari kita untuk selalu menempatkan hati kita di tempat yg semestinya.*

Segala sesuatu bila itu pasti tapi tidak tahu,  berarti itu Dekat...
Kematian itu Dekat,  maka orang Jawa mengatakan bilangan 60 itu "sewidak" yg maknanya bila umur mencapai 60 tahun maka "sawektu-Wektu tindak" (setiap saat akan pergi / mati).
Maksudnya adalah peringatan untuk mempersiapkan kematian, karena godaan manusia tak peduli umur itu ada dua : "Rakus" dan "panjang angan-angan". Panjang angan-angan maksudnya meskipun umur sudah tua namun lelaki tetap tertarik kepada wanita cantik.

Maka kalau kita sudah dekat Allah,  saat kita shalat maka di bumi ini adalah tempat yg cocok buat kita.
Orang yg dekat Allah jika shalat maka pikiran fokus ke "langit" (akhirat) bukan ke bumi . Walaupun dimanapun jika waktunya shalat maka akan merasa nyaman untuk shalat,  di stasiun,  di jalan dan sebagainya. Mereka sudah rindu akan disambut masyarakat langit.

*4. Shalat adalah Representasi perkembangan Kepribadian Manusia*.

Contoh ada 4 Gerakan shalat : Berdiri - Rukuk - I'tidal - Sujud.
Supaya kita bisa menjaga fitrah terus.
Berdiri maka Posisi akal lebih tinggi dari Hati,  menggambarkan bahwa manusia itu Rasional. Rukuk supaya terjadi keseimbangan antara Akal dan Hati. Menyertakan suara Hati kedalam suara Akal.  Seperti Ilmu ekonomi hanya berdasarkan Akal saja,  kita perlu memasukkan suara Hati agar tidak memikir untung rugi saja, itu adalah hawa nafsu. I'tidal, adalah pengarahan Allah agar kita merasakan betapa tidak nyamannya jika kita hanya mendengarkan rasio tanpa mendengarkan suara hati. Sujud mengajar kita untuk menjadikan Hati sebagai Panglima seluruh aktivitas kita.

Allah SWT berfirman:

"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar." (QS. Al-Anfal 28)

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. At-Tahrim 8)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 12 November 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

23 Shafar 1439 H /12 Nopember 2017

Bp. H. Fachrur Rozy

*Bila Doa Tidak Terjawab (2)*

Melanjutkan Kajian bulan lalu,  Mengapa doa tidak terjawab.

*1. Aroftumulloh wa lam tu'iddu haqqohu*
(Katanya beriman kepada Allah,  tetapi kepada Allah tidak memperhatikan.)

Kita hafal ayat :

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula."
(QS. Az Zalzalah 7 - 8)

Dalam bahasa Jawa kita sebut "Becik ketitik, ala ketara ". Kita juga hafal ayat kursi, yg didalamnya disebut :

  لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ

"Allah, ...tidak mengantuk dan tidak tidur..." (QS. Al-Baqarah  255)

Dalam bahasa Jawa kita sebut "Gusti Allah mboten sare ..."
Kita yakin Allah pasti mengganti,  kita yakin diawasi namun , berat mengeluarkan uang untuk infak.
Berat memenuhi panggilan Adzan,  padahal ketika Telpun berdering kita bergegas menjawab. Seolah tidak yakin kepada Allah.

*2. Qorotumul quran walam ta'malu bihi*
(Membaca Al Qur'an tetapi tidak mengamalkannya.)

Kita punya Al Qur'an tapi tidak dibaca,  kalau dibacapun tidak tahu artinya.Ketika tahu artinya, tidak diamalkan. Kalau diamalkan ternyata tidak ikhlas.

Mengajarkan Al Qur'an dilingkungan kita itu tugas kita. Tugas paling berat adalah mengajarkan kepada Orang Tua kita sendiri yg belum tahu. Karena biasanya orang tua merasa lebih berpengalaman, lebih tahu. Kita ingat bahwa Nabi Musa pun sampai berdo'a untuk melembutkan hati Fir'aun, ayah angkatnya, namun tak berhasil.

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ   وَيَسِّرْ لِيْۤ اَمْرِيْ   وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِیْ   يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ 

"Dia (Musa) berkata, Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku," (QS. Ta-Ha Ayat 25-28)

Jangan jadikan Al Qur'an hanya sebagai jimat.  Ada lagi trend pejabat atau orang kaya pindahan atau punya hajat lalu mengundang anak yatim untuk membaca Al Qur'an untuk mengusir setan atau apapun hambatan. Tentu bukan hanya itu maksudnya mengamalkan Al Qur'an.
Kita diperintahkan untuk menjaga ukhuwah islamiah,  kenyataan kita suka bertengkar sesama muslim. Alhamdulillah tabligh Akbar di Garut sukses.  Keanehan pengamalan lain,  non muslim dipuja-puja,  tapi Ustadz yg sama-sama muslim dipermasalahkan. Al Qur'an ini dibaca tapi tidak diamalkan.

Bulan Ramadhan kemarin Al Qur'an banyak dibaca,  sekarang jarang yg baca.
Oleh karena itu mari kita baca kembali Al Qur'an, dan sebaik-baik waktu membaca Al Qur'an adalah bakda subuh. Apalagi subuh bulan ini jam 4 kurang jadi makin banyak waktu. Maka kita baca Al Qur'an secara Murotal, Tadarus , Qiro'ah atau Tilawah. Sebaiknya kita baca Al Qur'an dengan pelan-pelan.
Ada perintah :
"zayyinu buyutakum bi qiroatil quran"
(hiasilah rumah mu dengan memperbanyak bacaan al-quran)

Membaca Al Qur'an dengan fasih akan dapat Berkah dari Allah,  membaca Al Qur'an dengan kesulitan dapat dua pahala. Pahala membaca dan pahala usahanya.
Ada kisah di daerah perbatasan Jateng dan Jatim jika khataman Al Qur'an maka membuat hidangan : Cengkaruk - Serabi - Kolak.  Kenapa begitu?  Ternyata riwayatnya diambil dari ayat. Al Qur'an yg pertama turun :
"iqro` bismi robbikallazii kholaq" , mereka mendengarnya "Cengkaruk Serabi Kolak".
Ini karena ketidakmampuan membaca dengan fasih. Yang penting adalah pemahaman maknanya. Perhatikan maknanya agar memahami perintah Al Qur'an.

Bila Al Qur'an diamalkan niscaya kehidupan rumah tangga,  kehidupan sosial dan negara akan harmonis.
Islam tidak bertentangan dengan Pancasila. Jadi tidak benar bahwa Islam anti NKRI,  tidak benar Islam anti Pancasila, karena Pancasila adalah hadiah Umat Islam untuk NKRI.  Ingat bahwa sila Pertama Ketuhanan YME adalah usulan Ki Bagus Hadikusumo ketua Muhammadiyah saat itu.

*3. Idda'aitum Hubba Rosulillah wa taroktum Sunnatahu.*
(Mengaku cinta Rasul tetapi meninggalkan sunah-sunahnya)

Rasulullah mengajarkan makan sambil duduk. Namun banyak resepsi manten yg meninggalkan sunnah ini. Kita sering secara sadar meninggalkan sunnah ini karena sudah biasa. Suatu kesalahan bila dilaksanakan berulang-ulang lama-lama dianggap hal benar. Orang tua jaman dulu mengajarkan kepada kita : "Mangan ngombe karo ngadeg kuwi kaya jaran " ( Makan dan minum sambil berdiri itu perilaku Kuda) .
Jadi sebenarnya Orang Tua dulu sudah mengenal Sunah.

Mudah2 an kita bisa menjaga sunnah-sunnah yg lain. Contoh lain banyak, ada yg ringan,  sedang dan berat.
Sunah yg ringan adalah menyapa dulu bila ketemu kenalan. Bila kita naik mobil maka buka jendela dulu untuk menyapa.
Sunah yg sedang,  adalah disiplin waktu.
Rasul itu kalau shalat Subuh masih gelap dan Shalat Ashar masih terang,  jangan dibalik Shalat Subuh sudah terang,  Shalat Ashar sudah gelap.
Marilah sunah Rasul kita jaga dengan baik,  shalat tepat waktu.

Sunah agak lebih berat lagi adalah Qiyamul lail.  Bila terlewat maka diganti dengan Shalat Dhuha 12 raka'at.
Sunah yg berat,  antara lain menahan emosi dan Memaafkan orang yg memusuhi. 
Dikisahkan di Madinah ada seorang pengemis Yahudi yg tua dan buta, dia setiap hari mencaci-maki Rasul. 
Namun Rasul tidak marah,  bahkan beliau kemudian memerintahkan istrinya memasakkan makanan dan beliau mendatangi dan menyuapi Yahudi tersebut.

Saat ini umat Islam sering dituduh teroris. Padahal tak mungkin. Apakah Rasul mengajarkan Teroris?  Tak ada teroris dalam islam,  karena islam mengajarkan kasih sayang.
Sebaliknya di Papua ada yg menyandera 1300 orang dengan senjata.  Tak ada satu mediapun yg menyebut teroris. Padahal mereka itulah Teroris sesungguhnya.

Maka mari kita mengamalkan sunah Rasul dengan semampu kita.


Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 05 November 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

16 Shafar 1439 H /5 Nopember 2017

Drs. Muchtar Hadi

*Berhati-hati*

Dalam hidup ini sangat diperlukan untuk  berhati-hati. Dalam istilah agama,  berhati-hati adalah Ikhtiar.
Khalifah Umar bin Khattab adalah orang yg sangat hati-hati. Dikisahkan ada seorang Raja Romawi ingin bertemu dengan Umar bin Khattab untuk belajar tentang manajerial dan Leadership. Raja Romawi tadi mencari info tentang cara bagaimana menemui Umar bin Khattab dan dia mendapat saran agar menemui Umar bin Khattab di masjid,  karena Umar bin Khattab selalu disana.

Maka Raja Romawi tadi menunggu di muka masjid pada waktu subuh. Namun dia tidak menemukan Umar. Karena dia merasa penting,  maka dia tunggu sampai dhuhur. Tetapi sampai dhuhurpun dia tidak menemui Umar bin Khattab. Maka dia meragukan keakuratan informasi yg diterimanya.
Ternyata persepsi Raja Romawi ini keliru,  dia menganggap karena Umar bin Khattab adalah khalifah, maka ketika keluar dari masjid pasti banyak pengawalnya. Karakter ini tidak ada pada Umar bin Khattab,  maka Raja Romawi tadi tidak berhasil menemukan Umar bin Khattab.

Orang sehebat Umar bin Khattab itupun ternyata masih suka belajar. Beliau bertanya kepada Ubay bin Kaab. Ubay bin Kaab adalah Penghafal Al Qur'an yg terbaik dari golongan Anshor. Ubay adalah yg paling sering menjadi Imam Shalat Tarawih pada waktu itu.

Umar bertanya : "Wahai Ubay,  sebenarnya takwa itu apa? "
Pertanyaan ini mendasar sekali,  kita ingat ayat

 اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

"... Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa....." (QS. Al-Hujurat 13)

Ubay menjawab : " Apakah anda pernah berjalan melewati jalan yg tidak lurus , licin dan berliku-liku ? ".
" Pernah .."
" Apa yg anda lakukan? "
" Saya harus berhati-hati agar tidak jatuh".
" Itulah Takwa, takwa adalah hati-hati... " , demikian jawab Ubay.

Jadi kita itu harus punya SIKAP dan SIFAT HATI-HATI. Sikap adalah sikap mental , tapi juga Sifat,  artinya dilaksanakan tanpa harus difikir-fikir dulu , hati-hati sudah menjadi reflek.

*Hati-hati dalam ibadah*

Ibadah adalah perbuatan atau inisiatif apapun yg tidak bertentangan dengan hukum Allah.

Contoh :

1.  Tempat Wudhu.
Tempat wudhu kadang ada yg dipisah dengan genangan air yg dimaksudkan untuk mencuci kotoran pada kaki agar tidak mengotori tempat suci.
Namun sikap hati-hati akan membasuh kaki lagi setelah melewati genangan tadi,  karena pada genangan tersebut kotoran-kotoran kecil berakumulasi.

Kaidah yang berkaitan dengan hal ini ialah:
اَلْيَقِيْنُ لاَ يُزَالُ باِلشَّكِّ
*“Keyakinan tidak dapat dihapus dengan keraguan.”*

Melewati genangan air yg kotor tadi akan ragu bahwa kaki menjadi kotor , meskipun yakin tidak kena najis dan wudhunya masih ada.
Maka sikap Membasuh kaki setelah lewat genangan adalah untuk menghilangkan ragu-ragu terhadap kotoran. Ikhtiar ini adalah Sikap Hati-hati.

Kondisi lain,  misal kita wudhu kemudian melewati anak kecil yg kencing. Meskipun kita tidak kena,  tapi sikap hati-hati akan memerintah untuk membasuh kaki lagi.
Sikap hati-hati,  setelah wudhu masih membasuh kaki lagi itu adalah kemantapan,  bukanlah pilihan. Bila kemantapan itu hanya masalah ragu atau tidak.  Belum tentu sunah bila dikerjakan, belum tentu makruh kalau ditinggalkan.

2. Menggunakan sesuatu Berlebih.
Menggunakan uang tanpa batas, tanpa prinsip keekonomian itu termasuk tidak hati-hati.
Menggunakan air untuk wudhu dengan boros itu termasuk tidak hati-hati.  Perbuatan itu disebut Tadzir,  orangnya disebut Mubadzir. Kadang kita salah kaprah menyebut perbuatan Mubadzir.

3. Makan dan Minum
Ada sunah yg perlu dijalani,  antara lain adalah. :
Menggunakan tangan kanan.
Sebelumnya membaca do'a :

الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya :
Yaa Allah, berkatilah rezeki yang engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka

Kata rozaqtana,  artinya adalah rezeki yg sudah didapat, yaitu makanan tadi.
Maka harus dihabiskan, karena telah kita mintakan agar barokah. Jangan sampai terjadi,  siapa tahu barokah Allah justru diturunkan pada makanan atau minuman yg tersisa.
Ini termasuk sikap hati-hati,  seperti hadits jika kita makan pakai tangan maka diperintah untuk menjilat sisa yg melekat pada jari.  Jangan sampai membuang makanan.

Jika kita mengajari anak atau cucu makan, bila dia belum bisa membaca do'a, maka kita yg membacakan dan ajari dia untuk menghabiskan makanan.

Jika kita membeli daging ayam, kita ragu-ragu antara halal atau Haram mengenai cara menyembelihnya?
Disini berlaku yg Yakin tidak akan hilang karena ragu.

Hal-hal diatas tadi adalah ibadah biasa atau muamalah. Terkait ibadah khusus,  maka sikap hati-hati adalah sesuai dengan tuntunan yg diajarkan.
Bila kita menambahi maka bukanlah hati-hati tapi bahkan menjadi Bid'ah.
Contoh bertasbih : Subhanallah ..., yg diajarkan adalah 33 kali,  maka jika kita nambahi jadi 40 kali maka tidak menjadi kebaikan,  malah jadi bid'ah.

Kesimpulannya adalah sikap hati-hati pasti ada hikmahnya

TANYA - JAWAB

1.  Sujud Akhir yg lama
Pertanyaan. :
Kadang saat shalat ada yg sujud akhirnya lama sekali,  ini termasuk hati-hati atau bid'ah

Jawab :
Sujud akhir lama,  ada beberapa kemungkinan,  bacaannya diulang-ulang, atau bacaannya memang pelan,  atau dia menambah do'a.
Mengenai tambahan doa ini tidak mengganggu ibadah,  karena ada hadits

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.” (HR. Muslim)

Jadi kesimpulannya adalah boleh.

2.  Shalat di rumah Tanpa sajadah
Pertanyaan :
Dalam rumah yg kadang jadi tempat parkir motor,  dan sepatu masuk apa boleh shalat tanpa sajadah.

Jawab :
Kalau itu "yakinnya" adalah tidak suci,  karena ada sepatu masuk. Jadi shalat wajib pakai sajadah.

3. Minum Sedikit Ketika dijamu
Pertanyaan :
Kalau kita bertamu,  dijamu minum,  biasanya hanya diminum sedikit. Ini termasuk Tadzir atau tidak?

Jawab :
Termasuk tadzir.
-----

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK