Minggu, 24 Desember 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

6 Robi'ul akhir 1439 H / 24 Desember 2017

Dr.H. Haerudin, SE, MT

*Hakekat Manusia*

Dilihat dari penciptaannya manusia tersusun dari unsur bumi dan langit. Unsur bumi menyumbang tanah sebagai unsur penciptaannya. Setelah proses penciptaan fisiknya sempurna dari tanah ini,  ruh sebagai unsur langit ditiupkan Allah kepadanya.
Dari dua unsur ini berdasar fungsinya, manusia disimbulkan dengan tiga unsur utama : Hati,  akal dan Jasad .

Menurut Ali Shariati, dari dua unsur juga diartikan kadang kita salah,  kadang kita benar. Jadi kalau manusia takwa itu tak berarti tak pernah salah. Dia bisa saja salah,  tapi kemudian bertobat,  meminta ampun dan tidak melanjutkan kesalahannya. Pertanyaannya kemudian adalah banyak mana antara perbuatan salah dan benar.  Mari kita muhasabah diri sendiri,  tak perlu menilai orang lain.

Siapapun dan apapun kedudukannya,  manusia harus memahami hakikat diri sendiri dan kehidupannya. Hal ini penting untuk menjaga agar manusia dapat berlaku adil terhadap dirinya,  penciptaannya.

Hakekat manusia itu ada Lima :
1.  Sebagai Makhluk (diciptakan)
2. ‎Sebagai Mukarom (dimuliakan)
3. ‎Sebagai Mukallaf (dibebani)
4. ‎Sebagai Mukhoyyar (bebas memilih)
5. ‎Sebagai Majzi (mendapat balasan)

Itulah sistem yg sudah ditentukan oleh Allah dan selanjutnya kita urai satu-persatu.

*1. Hakekat 1 : Sebagai Makhluk.*

*a)  Dengan Fitrah tertentu*

Allah SWT berfirman:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا   ۗ  فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا   ۗ  لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ  ۗ  ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ   ۙ   وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ 

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam ; (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS. Ar-Rum 30)

Fitrahnya manusia itu berketuhanan,  mereka yg sehari-hari pemabok, penjudi ternyata tak mau ditiru anaknya. Mereka tetap minta agar anaknya belajar agar baik.  Orang-atheism yg selalu berpandangan materialismepun juga mengakui hal yg tak nampak, misalnya mereka juga percaya adanya listrik.
Sebagai manusia ia tidak pernah menjadi malaikat yg tercipta dari cahaya, atau iblis yg tercipta dari api. Sepandai-pandainya manusia ia tidak dapat mengetahui rahasia yg Allah bukakan untuknya.

*b) Bergantung Pada Kholiknya*

Tidak dapat berdiri sendiri bahkan untuk kelangsungan hidupnya.

Manusia itu Fakir :

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَآءُ اِلَى  اللّٰهِ ۚ  وَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu , Maha Terpuji." (QS. Fatir 15)

Manusia itu fakir karena dia makhluk ,  hanya Allah Maha Kaya. Manusia itu hanya merasa kaya, baju terbatas, makan pun terbatas. Bahkan kalau tua makan apa-apa dilarang, karena diabetes-hipertensi...Bukankah itu kefakiran?
Kelak di surga, baru merasa senang,  makan apapun tak dibatasi. Itu adalah gambaran surga. Di surga disediakan bidadari,  lalu bagaimana yg wanita?  Ketahuilah itu bahasa untuk memudahkan pemahaman kepada manusia bahwa surga itu tempat menyenangkan yg tak tergambarkan manusia. Penggambaran dengan bahasa yg halus maka yg dikatakan laki-laki mendapat banyak bidadari, bukan dengan bahasa kasar.
Karena kita fakir maka kita tergantung kepada Allah yg mencipta,  jangan sampai tergantung pada Tempat Keramat seperti Gunung atau Pohon, atau pada Keris atau Akik. Itu salah alamat.

Manusia itu Dhoif (Lemah)

يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ  وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah." (QS. An-Nisa' 28)

Bukankah kita digigit nyamuk saja tak dapat tidur?  Itu karena kita lemah.
Kita makhluk,  maka kita lemah. Maka kita minta pada yg menciptakan kita lewat doa dan usaha.
Di Jawa ada istilah bila sibuk kerja tak karuan dikatakan : "sibuk ngalor-ngidul".
Sebetulnya adalah pengingat bahwa apa yg dikerjakan kelak tetap akan dibujurkan "ngalor-ngidul" (mayat di Jawa selalu dimakamkan dng arah Utara-selatan). Ini peringatan agar kita berdoa.
Untuk itu butuh Nalar (logika) ; kalau berdoa kepada Pencipta, bukan kepada Dukun.

*2. Hakekat 2 : Kita dimuliakan*

Allah menyayangi manusia melampaui yg lain.

*a) Disempurnakan.*

Allah SWT berfirman:

ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْــئِدَةَ     ۗ  قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. As-Sajdah 9)

Betapa manusia diciptakan dari tanah liat dan air yg hina akan tetapi Allah menghendaki manusia menjadi makhluk yg mulia dan dimuliakan.
Dibandingkan makhluk lain kita mulia.
Sayang tak banyak yg bersyukur,  manusia mengingkari PenciptaNya.

*b) Diberi keistimewaan.*

وَلَـقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْۤ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS. Al-Isra'  70)

*c) Alam ditundukkan untuk kita*

Sedemikian sayangnya Allah kepada manusia,  sampai Alampun harus melayani manusia.

وَسَخَّرَ لَـكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مِّنْهُ   ۗ  اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Al-Jasiyah  13)

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖ ۗ  وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

"Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al-Mulk 15)

Alam diminta melayani manusia,  maka manusia harus mengelola alam. Manusia dijadikan kholifah di muka bumi

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً 

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.."
(QS. Al-Baqarah 30).

Allah membuat hukum-hukum untuk alam agar tunduk kepada manusia. Itulah Sunatullah yg wajib dipelajari manusia.
Sunatullah sifatnya obyektif,  tetap dan tak berubah. Untuk memanfaatkan alam, maka manusia harus berusaha,  jangan bermalas -malasan.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
(QS. Al-Insyirah Ayat 7- 8)

Ingin banyak rejeki?  Maka sunatullah nya adalah berusaha atau punya usaha tak cukup hanya dengan Shalat Dhuha saja. Bila semua hanya shalat dhuha dan tak ada yg berusaha,  maka ekonomi akan macet.
Agar berjalan dengan baik maka manusia harus bekerjasama, jangan bekerja sendiri. Dasarnya adalah Fastabiqul Choirot (berlomba dalam kebaikan), harus fokus  dan Silaturahim. Yg perlu dievaluasi adalah kita belum menikmati Manisnya iman.

*3. Hakekat 3 : Manusia itu Dibebani*

Mukallaf artinya Dibebani,  sebagai makhluk yg diistimewakan dengan berbagai kelebihan, manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan tanggung jawab.

Potensi besar yg diberikan Allah kepada manusia juga dimaksudkan agar manusia mampu mengelola bumi ini mewakili Allah , mengatur kehidupan sesuai yg dikehendakiNya,  dan tidak berbuat semaunya.

Jadi mereka yg mengatakan hanya memikir akhirat saja itu keliru. Hidup ini sebenarnya tidak ada urusan dunia. Semua adalah urusan akhirat, karena semua hal yg kita lakukan di dunia akan diminta pertanggung-jawaban.

Bentuk pembebanannya adalah :

*a) Ubud ilallah*

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 56)

Nikmat penciptaan dengan berbagai kelebihan harus disyukuri dengan melakukan ibadah sebagai ekspresi ketundukan dan keikhlasan kepada yg Maha Menciptakan.

*b) Kholifatul Ardhi*

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً  ۗ  قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ  وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ  قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah 30)

Dzikir itu mengingat Allah,  tidak sekedar di lesan. Banyak orang korupsi, dia tidak berdzikir.  Tak mungkin dia korupsi sambil berdoa agar tidak konangan.
Itu artinya dzikir yg keliru, tidak sesuai antara lesan dengan hati. Kita banyak menghafal tapi tak tahu apa yg dihafal.

*4. Hakekat 4 : Bebas Memilih*

وَهَدَيْنٰهُ  النَّجْدَيْنِ

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)." (QS. Al-Balad 10)

اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا  كَفُوْرًا

"Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur." (QS. Al-Insan 3)

*a)  Akal untuk Memilih*

Kalau Allah menghendaki manusia bisa diciptakan tanpa akal pikiran sehingga dia tidak dapat memilih apa yg ingin dilakukan.
Dengan keistimewaan akal dan hatinya manusia diciptakan sebagai makhluk pilihan yg bebas memilih dan menentukan nasibnya sendiri.

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ  فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ ۗ  وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

"Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. At-Taghabun 2)

وَقُلِ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ  فَمَنْ شَآءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَآءَ فَلْيَكْفُرْ  ۙ..

"Dan katakanlah (Muhammad), Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir..."
(QS. Al-Kahf  29)

Semua ada aturan,  mau masuk surga ya harus shalat. Akal untuk memilih,  mau neraka atau surga,  dan semua perbuatan ada konsekwensinya. Kita hanya menyampaikan, Nabi pun juga hanya menyampaikan aturan,  tidak bisa memaksa.

*5. Hakekat 5 : Majzi*

*a) Pilihan Dipertanggung-jawabkan*

Keberadaannya sebagai makhluk yg diberi kebebasan untuk memilih  itu bukan tanpa konsekwensi.
Sesungguhnya nikmat kelebihan dan keistimewaan yg Allah berikan kepadanya akan diperhitungkan oleh Allah.

*b)  Mendapat balasan sesuai pilihan*

Balasan itu nanti di akhirat. Ada yg keliru mengatakan balasan di Mekkah ketika naik haji.  Buktinya koruptor naik haji,  memakai haji plus ya tetap enak,  tidak ada balasan. Karena balasan yg hak itu nanti di akhirat.
Banyak pula paradigma keliru bahwa sukses itu jika hartanya banyak. Itu keliru,  karena sukses adalah di akhirat.
Jadi usaha adalah hal yg mutlak untuk sukses.

وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰى وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰى ثُمَّ يُجْزٰٮهُ الْجَزَآءَ الْاَوْفٰى

"dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,"
(QS. An-Najm Ayat 39-41)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

SAK

Minggu, 03 Desember 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

14 Robiul awal 1439 H / 3 Desember 2017

Drs. H. Hamzah Rifqi MSi

Memaknai Kembali Maulid Nabi Muhammad SAW

Akhir-akhir ini kita masih menemui hal-hal yg dari dulu tak ada perubahan terkait Maulid Nabi,  bahkan ada hal yg bukan ibadah diyakini sebagai ibadah. Maka,  mari kita maknai kembali,  mengapa kita merayakan Maulid Nabi.
Yg jelas adalah pembaruan terhadap rasa syukur bahwa pernah dilahirkan seorang Nabi Muhammad yg sangat berjerih payah sehingga kita jadi orang islam. Seandainya nabi dulu semangatnya seperti kita,  yg lemah dalam berjuang, apalagi bila diejek maka kondisi islam tak akan begini.

Nabi SAW bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Manusia yg kelihatan berjasa saja tidak mendapat ucapan terima kasih,  apalagi Allah SWT yg tidak terlihat.
Kita makan nasi dari padi yg ditanam petani,  petani menanam tetapi Allah yg menjadikan padi. Apakah kita berterimakasih pada petani?
Maka dalam rangka bersyukur kepada Allah SWT, tak mungkin kita tidak berterima kasih kepada Nabi Muhammad SAW.

Masalahnya bagaimana kita berterimakasih kepada nabi? Apakah dengan menyanyikan ?  Tentu saja tidak.
Untuk berterima kasih maka kita harus menumbuhkan cinta kepada Nabi.

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي عن علي)

Dari Ali kwj., Nabi Muhammad saw bersabda : " Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara : Kecintaan kepada Nabimu, Kecintaan kepada Ahlul Baitnya, dan cinta membaca Al-Qur’an.”. (HR. Al-Dailami)

*A. Mencintai Nabi*

Kita ini hidup dalam dunia sebab akibat. Tak ada akibat yg tak ada sebab. Dulu ada istilah " Tresno jalaran soko kulino" (Cinta akibat terbiasa).
Suami cinta isteri pasti ada sebabnya, dan cinta suami pada isteri luntur,  pasti juga ada sebabnya.
Maka bagaimana seharusnya kita mencintai nabi. ?

1.Karena Beliau itu sangat mencintai umatnya,  bahkan termasuk yg belum kelihatan sebagai umatnya.

Karena cintanya itu maka beliau berani mengorbankan jiwa-raga.
Santri Ciamis nekad jalan kaki ke Monas pada waktu 212 karena Cinta. Cinta itu perbuatan hati jadi kita tidak tahu, Nabi juga begitu.

لَـقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ  عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ  رَّحِيْمٌ

"Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah 128)

Beliau itu orang terhormat,  rela terusir.

2. Mencerahkan dari Kegelapan.

هُوَ الَّذِيْ يُصَلِّيْ عَلَيْكُمْ وَمَلٰٓئِكَتُهٗ  لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ  ۗ  وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

"Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu , agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab 43)

Sekarang kita tinggal menerima enaknya saja.  Proses untuk menjadi seperti ini dulu dikerjakan nabi dengan mati-matian. Nggak usah jauh-jauh,  sekarang saja anak kita tidak menyadari betapa berat perjuangan kita dulu untuk menjadi seperti saat ini.
Kita sekarang shalat dengan mudah,  jaman Nabi dulu mau shalat dilempari Batu. Proses itu memang luar biasa. Kadang yg diberi petunjuk malah memusuhi. Bagaimana jika kita yg diperlakukan seperti itu?

Dalam ayat lain :

رَّسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ مُبَيِّنٰتٍ لِّيُخْرِجَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ

"(dengan mengutus) seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya"
(QS. At-Talaq 65: 11)

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah , meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata," (QS. Al-Jumu'ah  2)

Kalau kita tidak mendapat informasi dari Allah (lewat Rasul) bahwa kita adalah keturunan Adam maka kita akan menganggap diri kita keturunan kera.

3. Beliau sengsara demi umatnya.

Nabi-nabi Sebelumnya gagal ditengah jalan,  maka umatnya tetap dalam kegelapan. Maka jika nabi Muhammad sampai putus asa, kita juga akan jadi umat yg gagal. Agar tidak terjadi hal itu maka Beliau mau sengsara demi umatnya.
Sampai digambarkan oleh Allah SWT. :

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ  مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ......

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? ...." (QS. Al-Baqarah  214)

Kalau bukan karena penderitaan luar biasa tak mungkin mereka sampai mengeluh : "Kapan pertolongan Allah datang? ".

Allah SWT berfirman:

اِنَّ  الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ  يَحْزَنُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati." (QS. Al-Ahqaf 13)

Istiqomah,  tetap bersabar dalam cobaan itu yg sulit.  Banyak orang dicoba sakit dan dokter kesulitan dalam menyembuhkan terus lari minta tolong dukun. Ini tidak sabar kepada Allah. Lupa bahwa musibah itu kehendak Allah.

مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah.."
(QS. At-Taghabun  11)

Dibalik musibah,  pasti Allah SWT punya maksud baik,  tinggal kita percaya atau tidak.

Dalam memperjuangkan islam ini Nabi sampai dianggap sebagai orang gila, agar tidak melanjutkan dakwah. Namun Allah SWT berfirman:

اَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِّنْ جِنَّةٍ  ۗ  اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

"Dan apakah mereka tidak merenungkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak gila. Dia (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas." (QS. Al-A'raf  184)

Nabi juga dituduh pendusta.

وَعَجِبُوْۤا اَنْ جَآءَهُمْ مُّنْذِرٌ مِّنْهُمْ   ۖ  وَقَالَ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا سٰحِرٌ  كَذَّابٌ 

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta." (QS. Sad 4)

Tak hanya itu,  mereka menawarkan hadiah berupa wanita dan harta agar nabi menghentikan dakwah. Tapi nabi menolaknya.
Kalau perjuangan nabi tidak sehebat itu,  maka islam tak akan sampai kepada kita.
*Lalu kenapa kita tidak berterima kasih kepada Nabi?*

*B. Bersyukur kepada Nabi*

Bersyukur tidak cukup dengan ucapan saja. Bersyukur itu antara lain dengan memanfaatkan sesuatu sesuai dengan fungsinya.
Contoh,  kita mendapat oleh-oleh (buah tangan)  sebuah peci dari tetangga yg pulang dari umrah. Maka jika kita pakai, tetangga akan senang. Dan jika kita sia-siakan akan membuat sakit hati.

Oleh karena itu mencintai nabi itu sudah semestinya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
( صحيح البخاري )

Sabda Rasulullah saw : “Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” (Shahih Bukhari)

Orang tua yg bukan islam,  hanya berjasa menyelamatkan anak di dunia saja,  Nabi lebih dari itu karena menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.
Ketaatan kita kepada orang tua jangan sampai mengalahkan ketaatan kepada nabi.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا .....

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya....” (QS. Lukman: 15).

Ini yg dimaksud dengan mencintai nabi.
Dilain pihak juga tidak boleh mencintai Nabi dengan melampaui batas, antara lain :

1. Nabi Muhammad adalah Hamba dan Utusan Allah.

Rasulullah Saw. bersabda :

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ (رواه البخاري)

“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Bukhari)

Nasrani menyanjung Nabi Isa sebagai Anak Tuhan,  saking dekatnya.

2. Nabi tidak tahu barang Ghoib.

قُلْ لَّاۤ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَـفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰهُ   ۗ  وَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ   ۛ   وَمَا مَسَّنِيَ السُّۤوْءُ   ۛ  اِنْ اَنَاۡ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf 188)

Barang Ghoib maksudnya adalah kejadian yg belum terjadi. Nabi ternyata tak tahu,  maka tak mungkin ada orang atau Kiai yg tahu apa yg belum terjadi.

3. Nabi tidak memiliki Sifat Rububiyah.

قُلْ اِنِّيْ لَاۤ  اَمْلِكُ لَـكُمْ ضَرًّا وَّلَا رَشَدًا

"Katakanlah (Muhammad), Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu." (QS. Al-Jinn  21)

Ketika masih hiduppun Nabi tidak bisa memberi kemudharatan,  apalagi ketika beliau sudah wafat.  Kalau Nabi saja tak bisa apa lagi Makam Para Wali?

*C. Wujud Mencintai Nabi*

1. Ittiba' (Tunduk mengikutinya)

Cinta adalah hasrat untuk membahagiakannya. Lalu bagaimana menyenangkan Nabi?

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ  يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran 31)

وَمَاۤ اٰتٰٮكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰٮكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا  ۚ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ 

". Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya."
(QS. Al-Hasyr  7)

Menghindari yg dilarang itu semua orang bisa,  tapi melaksanakan perintah tidak semua orang bisa.
Misal,  larangan narkoba,  barangnya tak ada maka otomatis bisa meninggalkan.
Tapi perintah belum tentu bisa. Kalau bisa belum tentu mau.

2. Lebih Mengutamakan Syariatnya.

Kalau ada petunjuk nabi maka itu pasti yg paling baik.  Jangan meninggalkan syariat nabi terus memakai Adat.
Karena berarti menganggap yg diajarkan nabi belum bagus.

3. Banyak mengingatnya.

Kita diperintah banyak membaca shalawat, bukan shalawatan.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ   ۗ  يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
(QS. Al-Ahzab 56)

4. Mencintai yg Dia cintai.

Siapa yg dicintai nabi. ? Dialah para sahabat .Kita dilarang mencela para sahabat.

Rasulullah SAW bersabda :  “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in)” (HR. Bukhari dan Muslim).

5.  Mencintai yg Dia bawa

Yg dibawa Rasul adalah Sunnah-sunnahnya.

6.  Berani berkorban untuknya.

"(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar."
(QS. Al-Hasyr  8)

"Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr 9)

Ketika Hijrah,  orang-orang Muhajirin tidak membawa harta apapun ketika pergi ke Medinah. Demikian juga orang Anshor, memberikan apapun yg dibutuhkan orang Muhajirin.

Maka sebaiknya, sikap kita :
1. Menerima Tuntunan Rasul.
2. ‎Tidak menyandingkan dia dengan yg lain.
3. ‎Tidak over-acting dalam beribadah.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK