Selasa, 21 Agustus 2018

Khutbah Iedhul Adha 1439 H / 2018 Lapangan Setiabudi Banyumanik

HAKEKAT QURBAN ADALAH KEBERPIHAKAN KEPADA ALLAH

‎Oleh : Drs. H. Sukamdo. M. Si

PCM / Majelis Tabligh Muhammadiyah
‎Banyumanik - Semarang

Perkenankanlah kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang dengan inayahNya kita dapat merayakan Hari Raya Idhul Adha dengan tenang dan khidmad dan dapat melaksanakan sholat Ied dengan khusyuk, semoga ibadah kita diterima Allah SWT.

Pada kesempatan ini kita bisa mengambil pelajaran dari Nabi Ibrahim a.s. Dikisahkan bahwa Ibrahim a.s sangat mencintai anaknya sehingga kecintaannya tersebut telah menimbulkan attachment / keberpihakan yang berlebihan, bahkan melebihi kecintaannya kepada Allah SWT.

Rasa cinta seperti itu telah membuatnya bersikap tidak adil. Dikisahkan Nabi Ibrahim a.s selalu berpihak kepada anaknya apabila anaknya berselisih dengan kawannya. Padahal sebagai seorang Nabi yang membawa ajaran Allah SWT sikap seperti itu akan membahayakan karena sulit baginya untuk berbuat adil, mencintai sesama dengan tidak pandang bulu, serta melakukan kebaikan dengan ikhlas.

Maka Allah SWT menyuruh Nabi Ibrahim a.s mengorbankan anaknya yang sebetulnya dimaksudkan bukan untuk menyembelih anaknya, tetapi untuk memotong rasa attachment / keberpihakan yang begitu besar kepada sesuatu selain Allah SWT. Ketika itulah Nabi Ibrahim a.s mendapat ujian yang begitu berat, sehingga digambarkan begitu sedihnya Ibrahim a.s mendapatkan perintah tersebut.

Setelah melalui perjuangan batin, Nabi Ibrahim a.s mengajak musyawarah kepada anaknya seperti tersebut dalam Al Qur'an surat Ash Shaffat.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰى ۗ

"Maka ketika anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"

قَالَ يٰۤاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ  سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS. As-Saffat 102)

Setelah melalui perjuangan batin yang panjang dan karena didorong pula oleh anaknya untuk melaksanakan perintah tersebut, akhirnya ia rela mengorbankan anaknya. Ketika pisau sedang diayunkan untuk mengorbankan anaknya, ketika itulah rasa keberpihakan kepada anaknya terputus, sehingga Allah SWT menyetop Ibrahim a.s dan menyuruh menggantikan korbannya dengan seekor kambing gibas.

Kenabian Ibrahim a.s telah sempurna karena saat itu ia hanya mempunyai attachment / keberpihakan kepada Allah SWT, sehingga ia dapat memperlakukan setiap manusia dengan adil,  kasih sayang,  serta betul-betul ikhlas karena keberpihakan hanya kepada Allah SWT,  bukan karena ingin dipuji atau alasan-alasan lainnya.

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Bila kita perhatikan ayat di atas maka akan kita dapati 4 pelajaran darinya.

1. Pelajaran untuk menjunjung tinggi perintah Allah.
2. ‎Ketegaran Nabi Ibrahim a.s dalam menghadapi cobaan / ujian.
3. ‎Pentingnya memberi bekal ilmu dan rasa taqwa kepada anak.
4. ‎Kesabaran Nabi Ismail a.s dan Nabi Ibrahim a.s dalam melaksanakan perintah Allah.

Apabila isi kandungan ayat tersebut kita ambil hikmahnya,  kemudian kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari in syaa Allah bangsa ini akan segera bangkit dari persoalan-persoalan keterpurukan selama ini.
Coba kita bayangkan bagaimana dampak positifnya jika umat islam menjunjung tinggi perintah Allah. Tentunya segala aktivitas kerjanya akan punya nilai kendali dan otomatis hal-hal yang negatif akan terhindari.

Kita bisa juga mencoba merenungkan bagaimana hasilnya bila dalam hidup ini kita memiliki ketegaran dalam menghadapi bermacam-macam cobaan. Tentu tidak akan mudah untuk dibelokkan ke arah yang negatif dan merugikan.

Kita bisa memperhatikan bagaimana hasilnya apabila seorang ayah berhasil memberi bekal kepada anaknya berupa ilmu dan rasa taqwa terhadap Allah.  Tentu kelak orang tua akan bahagia dan anaknyapun akan menempuh masa depan dengan penuh harapan.

Bagaimana indahnya andaikata bangsa ini bisa mengendalikan emosinya. Maka cobaan yang berbentuk apapun tentunya bisa diatasi dengan baik dan dampaknya adalah Allah SWT akan mengganti musibah dengan kemenangan / kebahagiaan.

Dari peristiwa ini juga dapat diambil pelajaran :

1. Tokoh Nabi Ibrahim a.s sebagai seorang ayah yang harus dijadikan contoh bagi ayah-ayah masa kini. Ia amat mencintai anak dan isterinya , tetapi cintanya kepada Allah SWT berada di atas segala-galanya. Nabi Ibrahim a.s memberikan contoh sebagai orang tua yang baik harus mau bermusyawarah dengan anak dan keluarganya.
2. ‎Siti Hajar yang sangat kuat imannya dan setia kepada suami serta cinta dan kasih sayang kepada puteranya. Ibu yang demikian wajib diteladani oleh ibu-ibu masa kini. Seorang ibu yang baik adalah yang sabar dan tabah. Tidak berduka ketika suaminya tercinta meninggalkannya seorang diri di gurun pasir Sahara,  ia merelakan pergi suaminya,  karena kepergiannya untuk memenuhi panggilan Ilahi. Kesetiaan, keikhlasan Siti Hajar perlu dicontoh dan diteladani oleh ibu-ibu dan wanita masa kini. Ketabahan, kesabaran dan kesetiaan kepada suami merupakan sumber keharmonisan rumah tangga sekaligus kebahagiaan rumah tangga yaitu Rumah Tangga yang Sakinah, mawaddah wa rahmah.
3. ‎Ismail adalah tokoh remaja, teladan/ contoh yang harus ditiru oleh remaja masa kini,  untuk mewujudkan takwanya dan baktinya kepada Allah SWT dan kepada orang tua, ia rela mengorbankan nyawanya berpisah dengan jasadnya. Bukankah itu suatu pengorbanan yang luar biasa?

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Sehingga wajarlah Allah SWT menyatakan dalam Al Qur'an :

اِنَّ  هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓ ؤُا الْمُبِيْنُ

"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata." (QS. As-Saffat 106)

Anak yang baik adalah anak yang taat, tunduk, patuh pada Allah SWT serta kepada orang tuanya.

Kepada saudaraku yang diberi kemudahan rezeki kami berharap mau melaksanakan qurban. Kita masih mempunyai kesempatan hari ini,  3 hari sesudahnya. Jangan kita ingkari perintah Allah SWT. Jangan kita hanya mementingkan kepentingan diri kita sendiri tanpa memikirkan fakir miskin.
Sungguh mengkhawatirkan sekali orang yang tidak mau menyembelih qurban sementara mereka mampu.

 مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَ لَمْ يُضَحّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.

“Barangsiapa yang mempunyai kelapangan rezqi, tetapi tidak berqurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami”. [HR. Ibnu Majah]

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Jadi makna qurban yang secara ritual dirayakan oleh umat Islam setiap tahunnya adalah bukan semata-mata untuk menyembelih kambing atau sapi saja. Tetapi harus diniatkan untuk "menyembelih" keberpihakan kita kepada selain Allah SWT seperti berhala-berhala, kebanggaan diri, uang, status, kekuasaan, golongan dan kesombongan.

Ketika kita telah berpihak kepada Allah SWT kita baru bisa berbuat baik kepada sesama manusia dengan ikhlas dan adil.

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُـوْمُهَا وَلَا  دِمَآ ؤُهَا وَلٰـكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۗ  كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا  لَـكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ ۗ  وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

"Daging hewan kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Hajj  37)

*Manfaat Ibadah Qurban*

Dalam surat Al Kautsar terkandung pesan bahwa pembuktian seorang yang beriman yakni menegakkan sholat dan berkorban. Ketika seseorang beriman dan taat kepada Allah SWT dia akan diminta pengorbanannya.
Adapun manfaat berqurban :

1. Berqurban meningkatkan kepedulian, solidaritas dan jiwa sosial terhadap sesama manusia.
2. ‎Berqurban berarti berbagi harta dengan sesama dan ikut membahagiakan mereka.
3. ‎Qurban memberikan pendidikan bagi umat islam agar suka berkorban.
4. ‎Berqurban tidak hanya menyembelih hewan saja, tetapi juga berkorban uang, tenaga dan waktu, serta pikiran.
5. ‎Berqurban dapat menghilangkan sifat kebinatangan yang penuh dengan hawa nafsu.
6. ‎Berqurban dapat mencegah perbuatan dholim seseorang.
7. ‎Berqurban dapat meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
8. ‎Berqurban adalah bagian janji yang diucapkan tiap-tiap sholat. "Sesungguhnya sholatku, pengorbananku ,hidupku,  dan matiku hanya untuk Allah SWT ". Karenanya berapa rupiah yang digelontorkan untuk berqurban, semata untuk membuktikan kepatuhan seseorang kepada Allah SWT.
9. ‎Berqurban membahagiakan kaum dhuafa, fakir miskin dan orang sekitarnya.
10. ‎Berqurban dapat mensejahterakan peternak-peternak lokal.
11. ‎Berqurban mempererat tali persaudaraan.
12. ‎Berqurban adalah untuk fastabiqul khoirot.

Jama'ah shalat Iedhul Adha rahimaahullaah.

Ada pertanyaan bagi kita semua, kenapa selama ini kami belum mampu berqurban?  Kenapa kami baru berqurban satu kali?
Kepada saudara-saudara yang saat ini bisa berqurban kita do'akan mudah -mudahan tahun depan kita bisa berqurban lagi.
Kepada saudara -saudaraku yang saat ini belum berqurban kita do'akan mudah -mudahan tahun depan bisa berqurban. Aamiin yaa Robbal 'Aalamiin.

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ

Marilah bersama-sama kita berdo'a sebagaimana do'a yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s.

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا  الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّـعْبُدَ الْاَصْنَامَ

"Dan ingatlah, ketika Ibrahim berdoa, Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala."
(QS. Ibrahim 35)

رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ   ۖ    رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan sholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS. Ibrahim  40)

رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلـِوَالِدَيَّ  وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ

"Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu-bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat)." (QS. Ibrahim 41)

رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

"Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf  23)

رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan 74)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَـنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَاۤ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

"Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr 10)

رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka." (QS. Al-Baqarah  201)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 20 Agustus 2018

Kajian Ahad AMM Banyumanik

Kajian Ahad AMM Banyumanik

MANHAJ MUHAMMADIYAH

Tanggal : 7 Dzulhijjah 1439 H/ 19 Agustus 2018

Nara sumber :  Rahmat Suprapto

*Seputar masalah ibadah Fardhiyah*

Bagaimana cara kerja Muhammadiyah dalam proses istinbath (menetapkan) hukum ? Kadang ada yang menstigma Muhammadiyah ini barang aneh,  Qunut tidak pakai,  Tahlilan - Yasinan gak mau,  sebagian ada yang cingkrang dan jenggotan. Di masyarakat ada yang mempermasalahkan ini bahkan ada yang salah menyalahkan.
Sekarang ini juga dipermasalahkan ketika Muhammadiyah menetapkan shalat Iedhul Adha. Ada yang heran,  di Arab wukufnya hari Senin,  mestinya Iedhul Adha hari Selasa. Tetapi kenapa Muhammadiyah menetapkan hari Rabu?
Kita perlu tahu, bahwa Muhammadiyah menetapkan hal ini menggunakan hisab,  dan hisab Muhammadiyah sudah dibuktikan tepat sekali dengan kejadian Gerhana kemarin. Mekkah itu bahkan pernah salah menetapkan Wukuf.

Kajian kita ini dasarnya dari dua sumber :

1. Surat An Nisa 59

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ  فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ  ۗ  ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul , jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa'  59)

2.  Hadits Nabi Muhammad SAW

تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما : كتاب الله وسنة نبيه

“Telah aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang jika kalian berpegang dengan keduanya, tidak akan tersesat : Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya”.(HR. Muslim).

Beberapa theori yang dijadikan sumber adalah Buku HPT (Himpunan Putusan Tarjih)  dan Hasil Keputusan Munas Tarjih tahun 2000.

*Manhaj Tarjih*

Pokok-pokok yang melandasi sebagai standar Muhammadiyah menetapkan hukum disebut dengan Manhaj Tarjih,  yaitu :

- Pedoman yang digunakan oleh ulama Muhammadiyah atau sebagai pedoman bertarjih yang tentu mengalami dinamika.
- ‎Manhaj Tarjih disusun dan dikembangkan berdasarkan pengalaman para ulama Muhammadiyah untuk menemukan hukum islam.
- ‎Manhaj Tarjih secara harafiah berarti cara melakukan Tarjih.

Putusan Tarjih itu biasanya tentang hal yang baru atau sedang berkembang. Salah satu putusan sebagai contoh adalah haramnya memilih Pemimpin Non Muslim, ini adalah putusan MUI.
Ada lagi contoh tentang vaksin Meningitis untuk Haji. Dikatakan bahwa ada enzym babi sebagai bahan pembuat. Enzym babi tadi digunakan untuk pemantik munculnya virus baru. Ada beberapa barang yang menjijikkan yang dipakai,  antara lain nanah dikuku sapi , kemudian ari-ari bayi dan ari-ari kera.  Namun karena dalam keadaan darurat,  tak dapat menemukan bahan lainnya dan banyak kemaslahatan yang didapat maka vaksin Meningitis diperbolehkan.

Tarjih tidak hanya sekedar kegiatan kuat-menguatkan atau melemahkan suatu pendapat yang ada,  tetapi jauh lebih luas sehingga identik dengan ijtihad. Tarjih adalah setiap aktivitas intelektual untuk merespond realitas sosial dan kemanusiaan dari sudut pandang agama islam,  khususnya dari sudut pandang norma-norma syariah.

*Model Manhaj Tarjih*

1. Periode KH Ahmad Azhar Bashir.
Menggunakan Methode Bayani , Qiyasi dan Istishlahi.
Bayani artinya menjelaskan teks.
Qiyasi, artinya mencari,  menetapkan suatu hukum yang belum ada dengan yang sudah ada dalam Al Qur'an,  contoh yang ada dalam Al Qur'an adalah larangan mengatakan "ah" kepada Orang tua,

فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ

"...maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah ..." (QS. Al-Isra'  23)

Maka menyakiti hati atau fisik juga tidak boleh.

Istishlahi adalah Penetapan hukum dengan cara dan penjelasan tentang makna-makna yang muncul dalam simbol-simbol, karena didahului dengan mengkhawatirkan efek domino yang luas.
Contoh : Penetapan bunga bank Konvensional sebagai riba. Ini berat karena tak boleh bertransaksi di bank konvensional, termasuk menabung tidak boleh.

2. Periode Prof. Amin Abdullah.
Menggunakan methode Bayani, Burhani dan Irfani.
Burhani lebih kepada intuisi. Burhan itu artinya bukti-bukti yang muncul.
Irfani maknanya pendalaman filosofis.

3. Periode Prof. Dr. Syamsul Anwar.
Menggunakan Methode al Qiyam al asasiyah ; al ushul al kuliyah ; al ahkam al fariyah.
Hampir sama sebenarnya theori-theori Tarjih tadi.
al Qiyam al asasiyah : Mengungkap makna-makna yang paling dasar. Mirip dengan Bayani,  yang muncul secara tekstual.
al ushul al kuliyah : Filosofis. Pendekatan hukum islam lebih kepada hikmahnya,  bukan pada ilatnya.
Contoh : Teks ayat mengenai khamr.Ini tahapan kedua.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْـتُمْ سُكَارٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ

"Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, ...." (QS. An-Nisa' 43)

Ini tentang khamr diharamkan bukan karena mabuknya, tapi karena ada hal yang lebih dahsyat daripada mabuk, ini model al ushul al kuliyah.

Ada tiga tahapan pelarangan khamr. Pada awalnya boleh, tapi ada peringatan bahwa ada banyak mudharatnya. Kedua tidak boleh bila minum bila mau shalat, karena akan lupa diri sementara. Tahap ketiga dilarang sama sekali.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ  رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung." (QS. Al-Ma'idah 90)

Al ahkam al Fariyah : Masalah cabang-cabang, misalnya keputusan  masalah rokok.

*Posisi Muhammadiyah*

Posisi Muhammadiyah diantara mainstream pemikiran hukum islam di Indonesia.  Kalau kita perhatikan ada 3 pemikiran mainstream (theori besar),  yaitu : Madzhabiyah,  Salafiyah dan Tajdidiyah.

*1. Madzhabiyah.*

Dalam melaksanakan istinbath hukum, minimal harus mendasarkan pada minimal satu madzhab.
Bidang akidah , ujungnya pasti Asy'ariah,  Maturidiyah dan Ahlus sunnah wal Jama'ah.
Bidang Fiqih : Syafi'iyah,  Malikiah,  Hanafiah,  Hambaliah.
Bidang Akhlak / Tasawuf : Kitab Al Ihya ulumudin karya Al Gozhali.

*2. Salafiyah*

Menurut theorinya mengembalikan seluruh landasan hidup, kehidupan yang sekarang kembali kepada kehidupan Nabi dan Salafush sholeh, karena merupakan generasi terbaik.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari)

Bidang Syariah dan Akidah mendasari pada Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab.
Maka orang Salafi di Indonesia kadang disebut sebagai Wahabi.
Wahabi ini menjadi "penasehat spiritual" kerajaan Saudi.
Salafi ini anti Madzhab,  bahkan madzhab dianggap sumber konflik dan kemunduran. Mereka tidak bermadzhab tetapi diam-diam mengikuti ulama-ulama yang bermadzhab wahabi,  yaitu : Syech Abdul Aziz bin Baz,  Nashirudin al Albani, Utsaimin,  Shaleh Fauzan.

*3. Tajdidiyah al Washatiyah Manhajiyah*

Posisi Muhammadiyah ada disini,  mengambil theori dari Al Qur'an dan Hadits dengan Manhaj Salaf dan Ulama Madzhab.
Disinilah penyebab kenapa kadang ada yang menuduh Muhammadiyah itu Wahabi. Dalam hal akidah kita meyakini bahwa memang generasi Salaf itu terbaik.
Muhammadiyah tidak anti madzhab tapi tidak terikat oleh madzhab. Dalam arti mengapresiasi seluruh bangunan ilmu,  turats.
Tajdid dengan makna purifikasi dalam akidah dan ibadah dan modernisasi pengembangan pada muamalah duniawiyah.

*Tiga Pilar Utama Muhammadiyah*

- Islam yang berkemajuan.
- Islam yang gagah,  dengan muamalah yang didahulukan maka menjadi modern, dan Muhammadiyah berprinsip untuk jadi islam yang  :
"al yadul ulya khairun minal yadis suflaa" (tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah.)
- Islam yang lahir dari iman dan menghasilkan amal sholeh
- ‎islam yang rahmatan lil alamien.

Itu adalah pola-pola aktivitas yang dapat kita amati dari gerakan Muhammadiyah.

*Cara Beribadah*

Ibadah adalah takarub ilallah atau mendekatkan diri kepada Allah dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 56)

Cara beribadahnya umat islam secara umum sama,  bila ada perbedaan hanya karena perbedaan pemahaman terhadap suatu dalil.
Proses yang terjadi adalah Proses Tarjih atau memilih dalil yang terkuat untuk dipakai.
Proses lain adalah Tajdid,  memunculkan hukum atau ijtihad baru tentang hal baru seperti vaksin misalnya, dimana Ruh Tajdid adalah akidah dan ibadahnya murni tidak boleh dicampur. Dalam hal muamalah duniawiyah ada modernisasi.

Contoh tentang tajdid yang gampang adalah masalah wudhu.
Ada hadits Rasulullah :

إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يُنَجِّسْهُ شَىْءٌ

“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak ada sesuatupun yang menajiskannya. ” (HR. Ibnu Majah)

Bila air dua qullah (kira-kira 200 liter) lebih , maka apa yang ada di dalamnya bukan najis.
Jaman dulu untuk wudhu di Masjid pakai bak besar,  kadang kaki dimasukkan ke bak karena dianggap tidak mengubah kesucian air. Karena baknya besar sekali maka tak mungkin dikuras terus,  karena jadi boros. Akhirnya bak tadi penuh lumut.

Bagaimana dengan Muhammadiyah? Muhammadiyah mengakui hadits tadi shahih. Namun mengambil sikap pembaruan,  karena kita butuh lebih dari itu. Perlu sehat jasmani,  fisik,  spiritual dan sosial.
Muhammadiyah membuat keputusan Tajdid bahwa wudhu sebaiknya memakai kran.
Ini masalah muamalah,  jadi boleh dengan pembaruan. Alhamdulillah sekarang semua masjid sudah memakai kran untuk wudhu.

Dalam hal ibadah,  Muhammadiyah menolak pembaruan. Contohnya masih tentang wudhu,  bahwa Niat wudhu itu dalam hati,  melafalkan niat itu tambahan. Maka Muhammadiyah tidak melafalkan niat wudhu karena Nabi tak pernah melafalkan niat wudhu , tapi membaca basmalah. Kemudian setelah wudhu tak ada do'a khusus. Cukup dengan membaca Syahadatain.

Bagaimana dengan Salafiyah?  Dalam hal ini sama. Mereka tidak melafalkan niat wudhu.
Lalu bagaimana dengan pengikut madzhabiyah?  Mereka melafalkan niat karena memakai dalil umum
, “Amal itu tergantung niatnya, ".

Maka kadang ada yang bilang Muhammadiyah suka cari discount. Wudhu tak perlu pakai lafal niat,  Shalat Tarawih tak mau 20 raka'at,  maunya 8 raka'at saja. Padahal bukan itu alasannya. Alasan utama adalah Purifikasi jika ibadah meniru Nabi. Jika Nabi tidak melakukan maka Muhammadiyah tidak melakukan.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 19 Agustus 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad Sendang Gede

Dr. H.M. Saerozi , MA

7 Dzulhijjah 1439 H / 19 Agustus 2018

SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA

Terkadang kita menemui peristiwa-peristiwa yang mendadak terjadi,  di luar persangkaan kita dan sangat mungkin membuat kita bingung.
Kemarin itu ada dua kisah yang saya alami,  hal-hal yang membikin bingung seseorang.

Setelah shalat subuh saya dapat telpun dari Tetangga yang sedang berangkat haji di Mekkah. Dia itu puteranya dua masih kecil. Karena tak tega maka dia minta tolong ibunya dari Rembang untuk datang menunggui anaknya, yaitu cucu ibu tadi.  Namun Allah berkehendak lain.
Kemarin pagi nenek ini wafat dirumah anaknya. Tentu saja dia bingung,  akhirnya minta tolong tetangga untuk membawa jenazah ke Rembang dan memakamkan di Tuban.

Allah itu mengatur segala sesuatu, namun kadang kita tidak sabar dengan cara pengaturan Allah.
*Semua akan indah pada waktunya.*

Lebaran kemarin saya ke Magelang, disana sungkem pada keluarga yang sudah sepuh. Seperti biasa maka jika silaturahim jadi ajang untuk cerita.
Beliau itu dulu , 8 tahun yang lalu mengeluhkan tentang anak lelakinya yang bungsu yang masih menganggur tidak bekerja. Minta tolong pada saya untuk mencarikan pekerjaan biar tidak di rumah saja. Bagaimana tidak,  punya anak Empat,  yang pertama wanita menjadi pegawai Bank Dunia,  saat ini di Australia dan besuk mau ke Amerika. Yang kedua jadi pegawai Islamic Development Bank dan yang ke 3 pegawai Batik Keris. Ketiganya di luar kota,  hanya si bungsu dirumah. Tetapi kalau kerja maka dia harus pergi meninggalkan rumah untuk keluar kota.
Kemarin orang tua tadi merasa beruntung karena si bungsu di rumah. Karena dialah yang bisa mengantar orang tuanya pergi atau mau berobat.

Inilah hidup,  kita itu makin lama makin tua dan makin lemah.
Maka bagi kita yang usia 50 ke atas,  hendaklah mulai memahami bagaimana Allah mengatur kehidupan ini agar kita tak mudah mencela ataupun mengeluh.
*Semua akan indah pada waktunya*.

Rasulullah saw. pernah bersabda,  “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa
tafakkaruu fiiLlahi", berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.”  (Hadits Abu Nu’aim)

Terhadap sesuatu yang di depan maka kita tafakur, kita renungkan. Apalagi dengan kemajuan dunia yang seperti sekarang ini,  semua serba beda. Ada aturan-aturan yang kita tak dapat menghindar dari aturan Sunatullah. Kita hanya bisa mensiasati,  mencari hikmah dibalik peristiwa yang terjadi.

Dulu saya berangkat haji dalam waktu yang bersamaan dengan ibu saya , namun seperti pada umumnya orang tua,  dia tak mau bersama-sama karena takut mengganggu anaknya. Kami berangkat dari tempat yang beda dan akibatnya di Mekkah ditempatkan di maktab yang berjauhan. Hal ini tentu meresahkan saya. Namun atas kehendak Allah, selesai shalat maghrib,  ibu saya mengajak ngobrol wanita muda di sebelahnya. Dari pembicaraan saling tanya asal-usul,  ternyata wanita tadi adik angkat ibu saya yang terpisah 30 tahun lebih.

Disaat saya bingung membutuhkan pertolongan, bagaimana menemani ibu saya yang saat itu usia 70 tahun ternyata Allah mengirim adik angkat ibu saya untuk menemani ibu saya.
Ada aturan Allah,  dimana kita itu ada dibalik peristiwa.  Tugas kita adalah mencari hikmah di balik suatu peristiwa.
*Semua akan indah pada waktunya.*

Hari inipun kalau kita membaca WA mungkin bingung. Ini tentang kapan Iedhul Adha?  Ada yang mengatakan Puasa Arafah selasa dan Iedhul Adha Rabu. Namun ada yang mengatakan selasa tak boleh puasa karena sudah Hari Raya.  Puasanya mestinya hari senin...
Kalau tak pandai mencari hikmah maka akan bingung. Padahal tugas kita mudah,  memilih salah satu,  kemudian meyakininya.
Karena ada yang bingung dan tanya saya maka saya tunjukkan jawaban dengan menunjukkan contoh :
Teman saya si A itu hari Rayanya selasa. Teman saya si B itu hari Rayanya rabu dan dia shalatnya di lapangan. Teman saya yang C itu hari Rayanya rabu tapi dia shalat di masjid..
Begitupun masih ditanya : " Mana yang paling baik? ".
Jawab saya : " Karepmu.. sing penting shalat,  Silahkan mau pilih ikut mana? ".
Tak hanya masalah shalat,  sampai sekarang masih ada yang bingung masalah kulit kambing qurban mau diapakan?

Ada lagi kisah lain,  ibu yang bertanya kepada saya,  tentang suaminya yang pemarah dan sering mengatakan : " Aku cerai kamu..."
Tak lama kemudian mereka berbaikan. Namun tak lama kemudian bila berselisih maka ucapan itu muncul lagi : "Aku cerai kamu..." , demikian itu berkali-kali. Ketika ikut pengajian,  dia tanyakan itu pada Kiyai dan kata Kiyai itu sudah berarti cerai. Maka dia bingung dengan status pernikahannya.

Saya jawab ibu itu dengan dua alternatif jawaban.
1.  Menurut kitab fiqih klasik maka hubungan ibu sudah bukan suami-isteri lagi. Dan untuk menikah dengan suaminya tidak bisa,  karena harus nikah dengan lelaki lain dulu
2. ‎Menurut hukum islam meskipun ucapan cerai tadi sudah ribuan kali,  tetapi selama belum didaftarkan di pengadilan agama belum dianggap cerai. Itu hanya dianggap ungkapan kemarahan saja.

Ketika diberi dua alternatif itupun ibu tadi ternyata tetap bingung.
Kita itu akan selalu dihadapkan dengan peristiwa. Tugas kita adalah mencari hikmah. Kita akan selalu dihadapkan banyak pilihan,  tugas kita adalah memantabkan hati untuk memilih.

Kadang-kadang yang pada awalnya membahagiakan kita itu ada yang akhirnya menyengsarakan, sebaliknya yang pada awalnya menjengkelkan kita itu suatu saat mungkin menjadi penolong kita. Maka bagi para suami jangan mudah marah pada isteri,  dan juga para isteri jangan terlalu menuntut suami.
Jika mau ketika mudanya , maka terimalah ketika tua. Jika mau saat sehat, maka terimalah ketika sakit-sakitan dan jika mau ketika kaya maka tetap sabarlah ketika miskin.
*Semua akan indah pada waktunya.*

Kita ini dihadapkan pada perbedaan -perbedaan yang banyak. Maka Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita sebuah do'a iftitah yang tak banyak dikenal orang.
Biasanya orang hanya mengenal doa iftitah :
"Allahu akbar kabiiroo ... " dst, atau
"Allohuma bait baini wa baina ..." dst.
Padahal banyak sekali do'a iftitah.
Maka saya sarankan bagi yang sering bermasalah dengan pilihan untuk memakai do'a iftitah ini :

"Allahumma Rabba Jibriila wa Mikaaiila wa Israafiila Faathiros-samawaati wal ardhi ‘aalimal-ghaibi wasy-syahaadati anta tahkumu baina ‘ibaadika fiima kaanuu fiihi yakhtalifuuna ihdinii limakhtulifa fiihi minal-haqqi bi-idznika innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraatim-mustaqiim"

Artinya :
“Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi.  Wahai Tuhan yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata. Engkau yang memutuskan di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki.”
(catatan : do'a di atas berasal dari hadits Aisiyah yang diriwayatkan dalam HR Muslim)

Perbedaan bahkan biasa terjadi dalam urusan sepele,  di dalam rumah tangga. Misal tentang masakan yang tidak asin,  dilain pihak ada yang senang asin.
Hal sepele begini di dalam jama'ah haji kadang jadi perbincangan. Yang tak suka asin mengatakan lebih sehat,  yang suka asin mengatakan tak enak. Maka itu semua harus disikapi dengan bijak.

Di bidang syariah,  ada BMT yang bingung terhadap nasabah.
Kita kenal BMT itu tak mengenal riba. Jika orang mau beli sepeda motor dia bisa pinjam uang ke bank dengan bayar bunga. Tapi ke bank syariah diperlakukan beda,  seolah Bank yang membelikan sepeda motor, dan bank mengambil laba penjualan. Ini namanya Murabahah.
Namun yang terjadi di Demak ini nasabah Pinjam untuk beli dagangan yang banyak.  Maka disiasati dengan perjanjian diwakilkan kepada nasabah untuk membeli barang sendiri,  namanya transaksi Wakalah. Permasalahannya nasabah tidak jujur,  dia tidak membeli dagangan tetapi memakai uang untuk bayar sekolah anaknya. Maka ada juga bank syariah yang bingung.

Kesimpulan yang dapat diambil,  ketika kita memasuki kehidupan saat ini,  kehidupan ketika media sosial sedemikian hebatnya,  maka ada beberapa hal yang perlu :

1. Harus pandai mencari hikmah dibalik peristiwa.

Bila kita punya anak Mahasiswa abadi yang tidak lulus-lulus,  sementara temannya sudah wisuda semua,  hendaklah tetap bersabar.
*Semua akan indah pada waktunya*

Saya punya teman yang punya anak down syndrome, namun orang tuanya ikhlas. Anak ini meski down syndrome tapi setiap dengar suara adzan dia berangkat ke masjid. Bahkan dia juga bisa adzan. Saya jadi berfikir,  banyak orang normal dengar adzan tapi tak datang ke masjid,  apa mereka yang tak mau ke masjid ini harus dibuat begitu dulu?

2. Tak perlu bingung ketika banyak menghadapi Perbedaan.

Lebih-lebih dalam menghadapi Pemilu tahun 2019. Beda pilihan Partai itu biasa,  beda Golongan juga biasa. Tak perlu dibawa ke perasaan.

Dalilnya adalah :
- Samakan yang sama,  bedakan yang beda.
- ‎Bicarakan yang sama,  jangan membicarakan yang beda.
- ‎Jangan menyamakan yang beda dan jangan membedakan yang sama, karena pasti akan jadi masalah.

3. Berdo'a ketika menghadapi pilihan.

Maka berdo'alah dengan do'a iftitah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

"....Engkau yang memutuskan di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan..."

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 06 Agustus 2018

Kajian Ahad Masjid Al Hikmah

Kajian Ahad Masjid Al Hikmah, Sendang Gede, Banyumanik

Dr. H. Rosihan, SH, MAg

22 Dzulqo'dah 1439 H / 5 Agustus 2018

AKHIRAT DAN HARI AKHIR

Akhirat dan Hari Akhir adalah suatu hal yang niscaya, pasti terjadi dan dekat dengan kita. Nabi selalu menghubungkan antara iman dan hari akhir. Al Qur'an juga begitu,  bisa dilihat misalnya dalam surat Al Baqarah , Allah SWT berfirman:

لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ...

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir,." (QS. Al-Baqarah 177)

Jadi sangat erat hubungan antara iman kepada Allah dan Hari akhir.
Dalam Al Qur'an dibedakan antara Akhirat dan Hari Akhir.

Akhir : Yaumul akhir, yang dimaksud adalah Hari Kiamat .
Adapun Darul Akhirah artinya adalah-Negeri Akhirat.
Jadi setelah kiamat nanti tidak berarti berhenti semua,  masih ada kelanjutannya yang disebut Negeri Akhirat.

وَابْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ ...

"Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,  ..." (QS. Al-Qasas  77)

Negeri akhirat itu hampir sama seperti dunia,  namun ada perbedaannya. Jadi saat ini kita di dunia,  kelak di akhirat.

وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌ ۗ  وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ  لَهِيَ الْحَـيَوَانُ ۘ  لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui."
(QS. Al-'Ankabut  64)

*Kehidupan di Dunia*

Darut Dunya disebutkan sangat dekat,  diumpamakan sebagai senda gurau atau bermain-main saja, artinya bukan kehidupan yang asli , pasti akan selesai. Yang asli adalah kehidupan akhirat.
Darut Dunya (Negeri dunia) isinya adalah Fisik,  materi dan kebendaan. Disebut sebagai Alam Syahadah (alam nyata) karena dapat ditangkap dengan indera,  bukan Alam Ghoib.
Al Hayah ad dunia (Kehidupan dunia)  disebutkan sebagai sesuatu yang indah , untuk bersenang-senang. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang terkait dengan kebutuhan biologis manusia, maka sangat memerlukan Fisik , materi dan Kebendaan untuk menopang amalah dan muamalah.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَـنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَـرْثِ ۗ  ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۚ  وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali 'Imran  14)

Karena kehidupan dunia itu indah,  maka banyak sekali yang mencari kehidupan dunia.
Apa saja yang dicari?
Dikatakan manusia itu cinta dan menginginkan wanita. Tak ada laki-laki yang tak menginginkan wanita,  lalu apakah wanita tak menginginkan laki-laki? Kenapa tak disebut?  Itu adalah karena Al Qur'an kalau menguraikan wanita itu bersifat lembut,  maka tak disebut secara jelas. Ada kaidah dalam tafsir bila Al Qur'an menyebut sesuatu maka yang tidak disebut artinya adalah  kebalikannya.
Contoh : Al Qur'an melarang berbuat jahat maka maknanya juga Al Qur'an memerintahkan berbuat baik.
Maka ketika disebut Manusia (lelaki)  mencintai wanita, bermakna juga Wanita mencintai lelaki.

Berikutnya dikatakan manusia menyenangi anak. Jelas juga disebutkan dalam Al Kahfi

اَلْمَالُ وَ الْبَـنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia...." (QS. Al-Kahfi 46)

Kenapa disebut anak laki-laki dan tidak anak perempuan.? Karena dulu manusia cenderung senang anak laki-laki dibanding anak perempuan. Dalam kaidah ushul fiqih juga menyatakan bahwa hal yang tidak disebut itu lebih utama daripada yang disebut.

Contoh dalam ayat Al Isra'
Allah SWT berfirman:
"... Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' ...." (QS. Al-Isra' 23)

Larangan yang disebut adalah mengatakan 'ah' kepada orang tua. Tidak menyebut larangan memukul orang tua. Tidak berarti bahwa memukul diperbolehkan, namun justru makin tidak boleh.
Ini memakai kaidah,  yang tak disebut sebenarnya lebih utama.
Dalam ayat lain ada larangan mendekati zina.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى

"Dan janganlah kamu mendekati zina; ..." (QS. Al-Isra' 32)

Tidak ada tulisan Jangan berzina. Yang dilarang adalah mendekati zina. Maka disini juga memakai kaidah yang tak disebutkan lebih utama (dalam hal ini lebih dilarang).

Kemudian dilanjutkan bahwa manusia itu senang harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak. Ayat ini memastikan tak ada manusia yang tak suka kekayaan. Kita perhatikan ibu-ibu sudah punya satu gelang emas,  masih ingin punya gelang kedua dan seterusnya. Bapak-bapak sudah punya rumah,  ingin beli rumah yang lebih bagus,  ini wajar.

Berikutnya lagi, manusia senang kuda pilihan. Ini melambangkan kendaraan yang pada jaman dulu. Saat ini orang yang punya uang kepenginnya pasti beli mobil baru,  tak mau mobil tahun 80 an karena akan mogokan.
Berikutnya lagi disebutkan hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Manusia itu suka menumpuk harta untuk investasi. Kalau punya uang dia belikan tanah,  walaupun dibiarkan saja,  ibaratnya tanah itu dikencingi saja harganya akan naik.

Itu semua kesenangan dunia yang menipu. Namun bagi yang beriman, harta benda tadi perlu untuk menopang ibadah, seperti dijelaskan pada penutupan ayat :
"...dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.".
Kita ambil contoh untuk naik haji minimal perlu 36 juta rupiah.  Maka bila suami isteri pergi haji berdua sudah memerlukan 72 juta rupiah,  belum untuk biaya lain-lain.
Bila tak punya uang maka kita tak bisa sedekah,  tak bisa infak.
Bila kita ingin ibadah nyaman maka masjid kita perlu dipasang AC. Ini semua perlu uang.
Kesenangan dunia tadi juga untuk menopang muamalah. Tanpa uang kita tak bisa menyejahterakan keluarga. Tanpa uang kita tak bisa menyekolahkan anak.

*Ad darul akhirah (Kehidupan Akhirat)*

 وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ  لَهِيَ الْحَـيَوَانُ

".. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya,."
(QS. Al-'Ankabut 64)

Asal kata hayah, mendapat tambahan alif -nun menjadi al hayawan artinya sempurna.
Akhirat kehidupan yang sempurna.
Seperti kata Syaithan,  mendapat tambahan alif nun - artinya mengasingkan diri secara sempurna, itu bukan perbuatan baik. Karena beda pendapat lalu mengasingkan diri. Sebagai manusia berbeda pendapat itu Sunatullah. Kalau kita tidak sama harus difahami. Kalau kita memaksakan kesamaan hasilnya adalah kekecewaan,  karena Allah saja tak pernah memaksakan kita untuk beribadat kepadaNya.

وَقُلِ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ  فَمَنْ شَآءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَآءَ فَلْيَكْفُرْ

"Dan katakanlah Muhammad, Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki beriman hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki kafir biarlah dia kafir..." (QS. Al-Kahf 29)

Dalam ayat lain.

لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ

"Tidak ada paksaan dalam menganut agama, .." (QS. Al-Baqarah 256)

Jadi tak ada paksaan dalam agama,  maka kita harus menghargai perbedaan.

Darul akhirat itu kehidupan sempurna, lebih berkualitas dibanding dunia, maka orang yang berfikir kehidupan akhirat hidupnya akan lebih berkualitas, dia tak mengenal iri atau cemburu.
Akhirat itu luas, dunia itu sempit. Karena dunia sempit maka orang yang berfikir dunia akan iri melihat kesuksesan atau kekayaan orang lain.  Dia tak pernah merasa iri terhadap orang yang rajin shalat sunah.

Dikisahkan ada orang miskin yang cemburu pada orang kaya,  karena orang kaya bisa bersedekah.
Nabi menasehati orang tadi bahwa akhirat itu luas sekali,  artinya jika tak punya uang tetap bisa bersedekah dengan membaca Tasbih, Tahmid,  Takbir dan Tahlil.
Orang bisa bersedekah dengan berbuat amal shaleh dan tidak melakukan kejahatan.

*Munasabah Surat.*

Nabi bila shalat Subuh biasa membaca surat yang berpasangan. Dalam keilmuan disebut Munasabah ( berkorelasi). Seperti contoh:
-Surat Ad Dhuha dan surat Insyirah.
-‎Surat At Takatsur dan surat Al Ashr.
-‎Surat Al Kafirun dan Surat Al Ikhlas.
-‎Surat Al Falaq dan Surat An Nass.

Isi kandungan Surat Ad Dhuha

- Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan Nabi Muhammad SAW
- ‎Hari kemudian lebih baik dari sekarang, maka orang harus punya investasi akhirat.
- Larangan menghina anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta.
- ‎Perintah untuk mensyukuri anugerah yang diberikan oleh Allah.

Kandungan Surat Al Insyirah

- Bukankah Kami telah melapangkan dadamu ?, ‎Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu yang memberatkan punggungmu,
- ‎Kemudian Allah memberikan perintah. ‎Perintah ini berlaku bagi kita semua, tidak hanya kepada Nabi Muhammad SAW.

*Perbandingan Dunia dan Akhirat*

Rasulullah SAW bersabda :

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim).

*Macam-macam Alam*

Ada alam Syahadah dan ada Alam Ghaib. Alam Syahadah adalah alam yang dapat disaksikan, Alam Ghoib tak dapat disaksikan.
Muhammad Abduh masih membagi lagi menjadi dua,  Kongkrit dan Abstrak.  Kongkrit itu nyata,  Abstrak itu ada tapi tak dapat disaksikan.
Akhirat itu Ghoib,  Surga itu ghoib tetapi Allah itu Abstrak karena keberadaannya dapat dirasakan.

*Hari Kiamat adalah Ghoib*

Allah SWT berfirman:

اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَـةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰى

"Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan waktunya agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan." (QS. Ta-Ha 15)

فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰٮهُ فَتَرْدٰى

"Maka janganlah engkau dipalingkan dari Kiamat itu oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti keinginannya, yang menyebabkan engkau binasa." (QS. Ta-Ha 16)

Hikmah disembunyikan hari kiamat agar manusia selalu berbuat baik. Karena setiap perbuatan manusia,  baik atau buruk kelak semua akan mendapat pembalasan.

*Hidup dan mati dalam al Qur'an*

قَالُوْا رَبَّنَاۤ اَمَتَّنَا  اثْنَتَيْنِ وَاَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوْبِنَا فَهَلْ اِلٰى  خُرُوْجٍ مِّنْ سَبِيْلٍ

"Mereka menjawab, Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan bagi kami untuk keluar dari neraka ?"
(QS. Ghafir 40: Ayat 11)

Hidup itu dua kali dan mati juga dua kali. Kehidupan kita yang pertama adalah ketika masih di alam Ruh.
Kemudian kehidupan kita saat ini.
Kematian itu juga dua kali
1. Manusia sebelum lahir belum ditiupkan roh, itu kematian pertama.
2. ‎Manusia setelah meninggal dunia.

Setelah manusia meninggal,  kelak akan dihidupkan lagi. Jadi tidak berhenti.

*Kematian versi Raghib al asfahany*

-tiada daya tumbuh dan berkembang (seperti tanaman)
-‎tiadanya daya fisik
-‎tiadanya daya berfikir (bodoh)
-‎kesedihan yang menghancurkan kehidupan
-‎tidur (ringan dan berat)

Kematian pisahnya roh dng tubuh
Ke alam barzah.

Allah SWT berfirman :
"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki, mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah. Dan sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman," (QS. Ali imran 169-171)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK