Minggu, 30 September 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

PELAJARAN POLITIK DARI FATHU MEKKAH

Tanggal : 20 Muharram 1440 H/ 30 September 2018

Nara sumber :  Dr. H. Zuhad Masduqi MA

*Agresi Rezim Mekkah*

Kemenangan Nabi Muhammad SAW  terhadap rezim Mekkah yang dipimpin Abu Sufyan diabadikan dalam Surat An Nasr yang termasuk dalam juz Amma. Surat ini merupakan Surat Madaniyah karena turun di Medinah.

اِذَا جَآءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُ
وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًا
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ  ۗ  اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima Tobat." (QS. An-Nasr Ayat 1-3)

Untuk memahami surat ini,  kita harus mengetahui peristiwa-peristiwa yang melatar-belakanginya. Peristiwa itu terjadi saat Fathu (penaklukan) Mekkah

Rezim Abu Sufyan terus menerus menekan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Para Sahabat sampai pernah hijrah ke Habasyah dalam rangka menghindar dari tekanan Rezim Mekkah.
Pada akhirnya tahun ke 13 setelah kenabian,  Nabi hijrah ke Madinah.
Di Madinah nabi memperoleh kekuatan politik , sosial dan ekonomi. Sehingga kemudian beliau bisa melawan agresi yang dilakukan rezim Mekkah. Agresi ini dilakukan berkali-kali.

Agresi pertama terjadi pada tahun kedua Hijrah yaitu yang disebut dengan Perang Badar.
Agresi kedua yaitu Perang Khandag dimana Abu Sufyan mengerahkan seluruh kekuatan Mekkah. Nabi Muhammad SAW bertahan di dalam kota Madinah.
Ada sahabat bernama Salman al Farisi mengusulkan supaya pertahanannya dengan cara membuat parit lebar 3 meter dan dalam 3 meter sehingga pasukan Ahzab (gabungan musuh) tak dapat masuk ke dalam kota Madinah. Pasukan Ahzab diporak-porandakan oleh badai gurun.

Agresi berikutnya Perang Uhud dimana pasukan Mekkah dapat mengalahkan Nabi Muhammad SAW, karena ada pasukan islam yang tidak menaati perintah Rasul SAW.
Jadi meskipun Nabi Muhammad SAW sudah hijrah ke Madinah,  namun kaum kafir tetap ingin menghancurkan umat islam. Dari sejarah diketahui bahwa Nabi bersifat defensif.

*Perjanjian Hudaibiyah*

Pada tahun ke 6 H,  Rasul dan para Sahabat ingin melaksanakan umrah.
Waktu itu peserta Umrah jumlahnya sekitar 4000 orang. Namun di Hudaibiyah,  sebelum masuk Mekkah,  Nabi Muhammad SAW dihadang oleh Rezim Mekkah.
Terjadi perundingan yang alot. Akhirnya dikirim Usman bin Affan yang dekat dengan Rezim Mekkah oleh Nabi untuk berunding. Namun Usman tidak segera pulang-pulang sehingga timbul desas-desus Usman dibunuh.  Para Sahabat Nabi tetap bertahan di Hudaibiyah siap untuk perang. Mereka berbai'at untuk bertahan. Ketika itu Usman pulang dan ikut berbai'at. Bai'atnya dikenal sebagai Bai'atur Ridhwan.

Selanjutnya perundingan dilanjutkan di Hudaibiyah. Secara politik ini merupakan kemenangan politik umat islam , karena berarti islam sudah diakui kekuatannya oleh Rezim Mekkah, hingga mereka mau datang berunding.

Hasil perundingan sebagai berikut :

1. Kalimat Muhammad Rasulullah, tidak disetujui Rezim Mekkah
, diganti Muhammad bin Abdullah.
Kata Bismillahir rohmanir rohiem juga tidak disetujui.

2. Jika ada Orang Mekkah masuk islam ke Medinah , maka Muhammad harus mengembalikan ke Mekkah.
Tetapi jika ada orang Medinah yang murtad dan kembali ke Mekkah maka orang Medinah tidak berhak meminta orang ini.
Pada awalnya Umar bin Khattab tidak menerima ini,  karena berarti pengikut Rezim Mekkah akan tambah banyak dan Umat Islam berkurang. Namun hal ini diterima oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Setelah perjanjian ini maka orang Arab bebas untuk berkoalisi. Mau pilih Rezim Mekkah atau Umat Islam. Ini merupakan kemenangan Politik umat islam,  karena pada awalnya orang Arab tidak bebas memilih.

Maka sesuatu yang kelihatannya buruk dampaknya belum tentu buruk.

كُتِبَ عَلَيْکُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّـكُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 216)

4. Pada tahun tersebut Nabi tak boleh melaksanakan Umrah. Umrah diijinkan tahun depan dengan catatan tidak boleh membawa senjata.

Akhirnya setelah perjanjian ditandatangani , Nabi Muhammad SAW bersama sahabat kembali ke Madinah. Tahun berikutnya baru melaksanakan Umrah. Maka umrah itu disebut Umratul Qadha'

*Pelaksanaan Perjanjian Hudaibiyah*

Setelah Nabi kembali ke Madinah,  banyak orang Mekkah yang menyatakan masuk Islam dan bergabung dengan Nabi Muhammad SAW. Namun karena Nabi terikat perjanjian Hudaibiyah,  mereka orang Mekkah itu diterima masuk islam tapi harus keluar dari Madinah. Mereka keluar dari Madinah tapi tak mau pulang ke Mekkah. Mereka bermukim didekat jalan antara Mekkah dan Madinah. Jika ada orang Mekkah lewat, mereka merampok orang Mekkah tersebut. Rezim Mekkah kerepotan dan tak dapat mengatasi hal ini.
Orang Islam jumlahnya bertambah,  Rezim Mekkah makin lama makin berkurang.  Maka perjanjian yang awalnya kelihatannya tidak bagus, pada akhirnya ternyata bagus.
Akhirnya point perjanjian tentang hal ini dihapus.

Diantara suku bangsa Arab ada yang terpecah akibat aturan bebas berkoalisi. Maka bergabunglah suku Khuza’ah di kubu Nabi SAW dan Bani Bakr bergabung di kubu rezim Mekkah. Padahal, dulu antara dua suku ini bermusuhan. Dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, masing-masing suku melakukan gencatan senjata.

Namun, secara licik, Bani Bakr melakukan serangan mendadak di malam hari pada Bani Khuza’ah dengan dibantu Rezim Mekkah. Akhirnya orang Khuza’ah menghadap Nabi SAW di Madinah. Mereka mengabarkan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh Rezim Mekkah dan Bani Bakr.
Berarti Rezim Mekkah secara sepihak membatalkan Perjanjian Hudaibiyah.

Karena merasa bahwa dirinya telah melanggar perjanjian, Abu Sufyan pergi ke Madinah untuk memperbarui isi perjanjian. Sesampainya di Madinah, dia memberikan penjelasan panjang lebar kepada Nabi SAW, namun beliau tidak memperdulikannya.
Akhirnya Abu Sufyan menemui Abu Bakar dan Umar r.a agar mereka memberikan bantuan untuk membujuk Nabi SAW. Namun usaha ini gagal. Terakhir kali dia menemui Ali bin Abi Thalib r.a agar memberikan pertolongan kepadanya di hadapan Nabi SAW.
Namun juga gagal dan Abu Sufyan kemudian kembali ke Mekkah.

Dengan adanya pengkhianatan ini, Nabi SAW berunding dengan para sahabat untuk tindakan berikutnya.
Keputusan rapat mereka akan ke Mekkah diam-diam,  dengan jumlah besar tidak untuk perang, tetapi tetap menyiapkan senjata dan perlengkapan perang.

*Larangan Memilih Pemimpin Kafir*

Tahun ke 10 H , Nabi merencanakan  ke Mekkah dengan pasukan yang jumlahnya melebihi penduduk Mekkah. Beliau ingin menaklukkan Mekkah tanpa pertumpahan darah.
Salah satu peserta adalah seorang sahabat Muhajirin bernama Hatib bin Balta’ah.
Dia ini mempunyai bisnis dan keluarga di Mekkah. Karena khawatir bisnisnya hancur dan keluarganya terbunuh maka beliau menulis surat untuk dikirimkan ke orang Quraisy. Isi suratnya mengabarkan akan keberangkatan Nabi SAW menuju Mekkah dengan pasukan besar. Surat ini beliau titipkan kepada seorang kurir wanita.  Namun, Allah mewahyukan kepada NabiNya tentang apa yang dilakukan Hatib. Beliaupun mengutus Ali untuk mengejar wanita yang membawa surat tersebut.
Ali berhasil menyusul wanita tersebut. Ali memeriksa dan menemukan surat tersebut.

Ali  menyerahkan surat tersebut kepada Nabi SAW. Dengan bijak Nabi SAW menanyakan alasan Hatib. Hatib bin Balta’ah pun menjawab:

“.. Demi Allah, aku tidak murtad dan tidak mengubah agamaku. Di sana aku memiliki istri dan anak. Saya khawatir bisnisku hancur dan keluargaku jadi korban.”

Umar bin Khattab menawarkan diri,
untuk memenggal lehernya, karena dia telah mengkhianati RasulNya. Tapi Hatib punya jasa besar, dia pernah jadi komandan perang Badar.
Terjadi ketegangan diantara para Sahabat. Akhirnya Nabi bersabda :
" Lakukan saja apa yang ingin kalian lakukan. In syaa Allah,  Allah tahu hati masing-masing orang...".

Umar bin Khattab-pun hatinya luluh dan tak jadi membunuh Hatib.

Pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah Hatib bin Balta’ah adalah bahwa inilah kelemahan manusia. Walau dia orang baik, ikut organisasi tetapi bila punya kepentingan pribadi,  biasanya kepentingan ini yang sering membelokkan arah perjuangan.

Orang Kafir Mekkah itu sejak dulu memusuhi Umat Islam sejak di Mekkah sampai Madinah. Maka ketika Hatib bersahabat dengan orang Mekkah dia mau membocorkan rahasia Umat Islam.
Itulah kelemahan manusia.

Maka kita tak perlu heran bila ada orang ikut organisasi keagamaan, organisasi sosial ataupun organisasi politik,  tiba-tiba berbalik arah.
Itu karena ada kepentingan tadi.
Tak peduli dia ulama besar yang dulu bicaranya lurus , memimpin Majelis Ulama , bisa saja tiba-tiba bicaranya berubah. Dulupun sudah terjadi yaitu Hatib bin Balta'ah.

Dari peristiwa itu turun ayat :

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُوْنَ الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ

"Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman.." (QS. Ali 'Imran  28)

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ   ۗ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin selain dari orang-orang mukmin.." (QS. An-Nisa'  144)

Kata "auwliya" pernah jadi masalah di Indonesia. Ada yang menerjemahkan Pemimpin dan ada yang menerjemahkan Teman Dekat. Kalau membaca tafsir lama semua disebutkan Teman Dekat. Disebut Pemimpin ketika dalam Konteks Demokrasi.

Kalau kita menjadikan orang kafir jadi teman dekat akan melemahkan perjuangan. Menjadikan teman dekat saja tidak boleh apalagi menjadikan Pemimpin, lebih tidak boleh.
Kalau kita berteman dekat dengan Preman,  maka Temannya Preman jadi teman kita dan musuhnya Preman jadi musuh kita.

Kalau Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel,  maka teman Israel jadi teman Indonesia dan musuh Israel jadi musuh Indonesia. Dan semua negara Arab jadi musuh Indonesia.

Agak beda dengan surat Al Maidah 51, karena konteksnya Madinah.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰۤى اَوْلِيَآءَ  ۘ  بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ  ۗ  وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpinmu ; mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Ma'idah  51)

Dulu di Madinah dihuni banyak kaum : Bani Auz,  Bani Khazraj dan suku Yahudi yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan masyarakat Islam.
Ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah lalu diadakan Perjanjian Madinah. Diantara isi perjanjian adalah :

1. Kebebasan Beragama.
2. ‎Orang yang terikat perjanjian tak boleh membantu musuh dari luar untuk menyerang salah satu anggota.
3. ‎Pertahanan bersama kota Madinah.

Namun perjanjian hanya berumur 16 bulan karena Orang Yahudi berkhianat. Kemudian ayat 51 Surat Al Maidah tadi turun.

*Pasukan Islam Menuju Mekkah*

Kemudian, pada tahun ke 8 H, awal Ramadhan Nabi Muhammad SAW keluar Madinah bersama 10.000 orang menuju Mekkah.
Padahal pada waktu Perjanjian Hudaibiyyah di tahun ke 6,  jumlah yang mau ke Mekkah 4000 orang. Jadi dalam waktu 2 tahun islam berkembang 250%. Pertambahan ini akibat perjanjian bebas berkoalisi,  atau dampak kemenangan Politik Perjanjian Hudaibiyah. Itu adalah pengakuan eksistensi umat islam.

Perjalanan dari Madinah ke Mekkah kira-kira dalam waktu 10 hari. Ketika kira-kira kurang 3 hari menjelang sampai Mekkah ,  di suatu tempat yang panas , nabi Muhammad SAW  membatalkan puasanya. Nabi melihat seseorang yang terkapar,  karena tetap menjalankan puasa.
Maka beliau bersabda:

 لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ الصَّوْمُ فِي السَّفَرِ .

“Bukan merupakan suatu kebaikan berpuasa dalam safar.”

Hadits ini sering dipakai dasar oleh orang yang bepergian tidak boleh puasa. Memang benar bila dipahami secara tekstual adalah tidak boleh puasa ,  namun konteksnya tidak tepat karena pada saat itu panas sangat ekstrim sehingga jika tetap puasa akan membahayakan diri. Maka musafir di bulan Ramadhan membatalkan puasa atau tidak tergantung pada kondisi. Kalau ada hambatan boleh membatalkan, bila tidak ada masalah tetap puasa terus. Bukankah dalam Al Qur'an juga ada petunjuknya :

 وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"... dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 184)

Sebelum memasuki kota Mekkah, pasukan nabi berhenti diluar kota.
Pasukan nabi membuat obor untuk penerangan. Jumlahnya demikian banyak sehingga Abu Sufyan pemimpin Mekkah memeriksanya.Tetapi Abu Sufyan tertangkap.
Padahal saat itu suasana perang,  karena perjanjian Hudaibiyyah dikhianati : Bani Bakr dibantu Rezim Mekkah menyerang Bani Khuza'ah, dimana korbannya banyak sekali. Hal itu artinya pembatalan perjanjian secara sepihak oleh Rezim Mekkah.

Abu Sufyan dihadapkan kepada Nabi Muhammad SAW dan diminta memilih :
- Dibunuh atau Masuk Islam-
karena tugas Nabi memang menyebarkan agama islam.
Abu Sufyan memilih masuk islam. Memang pada awalnya dia terpaksa, tetapi kemudian menjadi muslim baik.

Paman Nabi bernama Al Abbas ketika Perang Badar ada dipihak Mekkah ikut menyerang Nabi. Dia tertangkap, tetapi kemudian dibebaskan dengan membayar diyat. Kemudian Al Abbas menjadi muslim yang baik. Beliau satu-satunya sahabat yang diajari Nabi dengan shalat Tasbih.
Al Abbas ini yang menginterogasi Abu Sufyan. Al Abbas melaporkan kepada Nabi bahwa Abu Sufyan adalah seorang yang sangat menjunjung tinggi kehormatan. Maka Al Abbas menyarankan agar Nabi memberikan kehormatan.

Nabi setuju dan kemudian beliau bersabda kepada Abu Sufyan :
"Wahai Abu Sufyan,  setelah ini kamu saya lepas,  dan kamu pulang. Katakan kepada orang-orangmu, Siapa yang masuk rumahmu dijamin keamanannya,  siapa yang masuk ke Masjidil Haram dijamin keamanannya, siapa yang tetap tinggal di rumah masing-masing dijamin keamanannya. Tetapi siapa yang keluar menyerang maka dia akan ditahan".

Abu Sufyan pulang,  dan mengumumkan pesan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad masuk kota Mekkah tanpa perlawanan. Pelajaran politik yang diambil adalah untuk mempengaruhi suatu kelompok akan efektif bila memakai tokoh kelompok tadi. Bila yang mempengaruhi bukan dari kelompoknya pasti timbul perlawanan.

Nabi Muhammad mengumpulkan orang Mekkah dan berpidato :
"Kamu semua orang bebas,  orang merdeka. Tidak ada seorangpun diantara kamu yang ditahan. Dan tidak ada harta bendamu yang dirampas oleh kami".

Nabi Muhammad SAW datang dalam posisi sebagai pemenang. Di depan orang Mekkah yang menganiaya beliau selama 13 tahun ketika di Mekkah dan ditambah 8 tahun diperangi ketika di Madinah namun beliau tidak ada mendendam sama sekali. Semua musuh dibebaskan dan mereka berbondong-bondong masuk islam. Pada kondisi inilah turun Surat An Nasr.

Sungguh luar biasa beliau Nabi Muhammad SAW, maka tak heran Michael H. Hart memposisikan beliau sebagai tokoh dunia nomer satu.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 23 September 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

HIKMAH DARI PERISTIWA HIJRAH

Tanggal : 13 Muharram 1440 H/ 23 September 2018

Nara sumber :  Dr. H. Rupi'i Amri MAg

Saat ini kita masih dalam tahun baru hijriyah. Maka tak ada salahnya jika kita membahas seputar hijrah.
Pelajaran yang diabadikan dari hijrah adalah Kalender Islam yang dimunculkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Kita sebagai umat islam harus mengenal dan mengingat kalender kita tersebut yang nantinya diharapkan akan jadi kebanggaan kita. Pada saat ini kalender islam masih dalam proses untuk kesepakatan penyatuan kalender internasional.

Banyak sekali ayat-ayat Al Qur'an tentang masalah hijrah. Antara lain salah satunya menyangkut kuatnya persahabatan dari sahabat-sahabat Rasul,  yaitu antara kelompok Muhajirin dan Anshor yang saling menolong ketika menjalankan perintah hijrah dari Allah.

وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ    ۗ

"... dan mereka mengutamakan Muhajirin atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan..." (QS. Al-Hasyr  9)

Artinya pertolongan kaum Anshor terhadap sahabatnya itu sangat serius. Kalau kaum Muhajirin meninggalkan harta bendanya di Mekkah,  maka kaum Anshor jika punya dua rumah, dia berikan satu kepada Muhajirin. Bila punya dua onta juga akan diberikan satu kepada Muhajirin. Begitu kuatnya persaudaraan mereka dalam membela agama islam.

Dalam Riyadush shalihin disebutkan:
 Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab r.a , ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat itu sangat penting untuk segala aktifitas kita. Maka niat harus diluruskan untuk mencari ridha Allah. Hadits di atas memerinci bahwa niat hijrah dari para Sahabat ada tiga :

1.  Niat mencari ridha Allah.
2. ‎ Niat ingin mendapat hal yang bersifat duniawi.
3. ‎ Niat ingin mendapatkan wanita.

Hadits tadi menjelaskan meskipun para sahabat yang logikanya lebih suci dari kita karena lebih dekat dengan Rasulullah,  tetapi ketika memenuhi perintah Allah ternyata niatnya macam-macam, mirip dengan kita. Ini wajar karena mereka manusia biasa. Bahkan Nabi pun adalah manusia biasa. Bedanya hanya Nabi mendapat wahyu.

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ

"Katakanlah Muhammad , Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku .," (QS. Fussilat  6)

Maka ada juga orang yang bertanya,  kenapa jika Nabi kok jalan-jalan ke pasar? Padahal ketika Nabi dan Khalifah pergi ke pasar , mereka itu melakukan sidak pemeriksaan apakah Para Pedagang itu jujur pada saat menimbang barang. Karena banyak pedagang nakal,  jika menimbang untuk dirinya ditambah,  jika untuk orang lain dikurangi.
Kemudian turunlah ayat Al Qur'an yang mengancam mereka yang curang itu.

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ
الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَ
وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ

"Celakalah bagi orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang ! Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain , mereka mengurangi." (QS. Al-Muthaffifiin Ayat 1-3)

Salah seorang sahabat ada yang hijrah karena mengikuti wanita yang ikut hijrah. Wanita tersebut bernama Ummu Qois. Maka laki-laki yang berhijrah tadi disebut Muhajir Ummu Qois, yaitu orang yang berhijrah karena Ummu Qois.

Ada 3 Hikmah dari Peristiwa Hijrah yang sangat penting bagi kita :

*1. Hijrah adalah Pengorbanan.*

Ketika awal pertama kali turun perintah hijrah,  Rasulullah memberitahukan kepada Abu Bakar.
Abu Bakar lalu membeli dua ekor onta,  maksudnya yang seekor akan diberikan kepada Rasulullah. Namun Rasul menolak pemberian itu dengan halus , padahal diantara mereka berdua sudah sering saling memberi sesuatu dan tak pernah ditolak.
Abu Bakar tetap bersikeras memberi onta karena dapat kita bayangkan betapa beratnya jika dari Mekkah ke Medinah jalan kaki pada waktu itu dengan kondisi medan yang berat.
Rasul tetap menolak diberi,  namun beliau mau membeli onta tadi dari Abu Bakar dengan harga pasar.

Hikmah Pelajaran :

Rasul memberi pesan bahwa siapapun yang berhijrah,  berniat jihad , ataupun beramal sholeh harus dikerjakan dengan usaha maksimal dan pengorbanan maksimal.
Apabila kita telah selesai mengerjakan satu pekerjaan maka segeralah bergegas menyambut tugas lain,  jangan berhenti.
Setelah semua usaha dilakukan kemudian bertawakalah.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

"Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan , tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain , dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah Ayat 7-8)

Maka kita pun harus mulai berfikir apa yang dapat kita wakafkan untuk perjuangan dakwah.?
Bagaimana kita mengkader anak-anak kita dijalan dakwah?
Ini semua pekerjaan rumah bagi kita, apapun profesi kita,  kita harus membuat planning untuk terus maju ke depan dan menjadi lebih baik.

*2. Memahami Makna Hidup*

Orang kafir Quraisy mulai marah kepada Nabi Muhammad SAW, karena dakwah beliau dianggap mulai mengancam adat istiadat mereka. Mereka bersepakat untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Namun ketika mereka menyergap ke rumah Nabi,  mereka tidak mendapati Nabi Muhammad SAW di rumahnya, karena ternyata yang tidur di tempat tidur Nabi adalah Ali bin Abi Thalib. Hal ini terjadi karena Nabi berpesan agar Ali menempati kamar beliau sementara beliau pergi.
Lalu mengapa Ali berani tidur di kamar Nabi,  padahal dia tahu rumah sudah dikepung musuh dan mereka mau membunuh Nabi. ?

Hikmah Pelajaran :

Gemblengan iman dan akidah yang kuat mengakibatkan Ali berani mengorbankan nyawanya demi membela kepentingan islam dan Nabi Muhammad SAW.
Ini karena Ali bin Abi Thalib benar-benar memahami makna hidup, bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah di akhirat nanti.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا  ۗ  بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ

"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki," (QS. Ali 'Imran 169)

Ketika kita berbicara menyangkut masalah ghoib,  selama itu adalah informasi dari Al Qur'an maka kita harus mengimaninya. Orang-orang yang mati itu sebenarnya tetap hidup tetapi di alam lain. Keadaan mereka akan terkait dengan amalan ketika hidup. Bila amal perbuatannya baik maka ruh akan tenang. Namun bila amalannya buruk maka ruh akan gelisah , ada yang mengatakan "gentayangan". Kita boleh percaya boleh tidak,  hanya Allah yang mengetahui.

Maka dikatakan bahwa ruh pun mengharapkan do'a dari anak atau keluarganya. Kita kenal hadits dari Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)

Maka kitapun perlu memikirkan investasi. Tidak hanya investasi di dunia tetapi juga investasi di Akhirat.

*3. Perlunya Tawakal dan Ikhtiar*

Pada awalnya para Sahabat pun khawatir ketika banyak mendapat tekanan dari Kaum Quraisy.
Ketika mengawali perjalanan hijrah, Rasul dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur. Abu Bakar sangat khawatir karena gua sangat kecil,  dia takut tertangkap.  Namun Rasul menghiburnya dan meminta dia agar tawakal. Peristiwa itu diabadikan dalam Al Qur'an

ٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا  ۚ

"... Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita..."
(QS. At-Taubah 40)

Akhirnya Allah menurunkan laba-laba yang kemudian membuat sarang menutupi gua. Ketika Kaum Quraisy sampai ke Gua Tsur mereka tidak memeriksa gua, karena mereka tak yakin ada orang di dalamnya karena ada jaring laba-laba yang utuh di mulut gua. Rasulullah dan Abu Bakar selamat.

Hikmah Pelajaran :

Ketika Allah telah memerintahkan, maka Allah akan mengatur segala sesuatu dan keselamatan kita dijaga.

Beberapa tahun kemudian, menjelang Perang Badar ganti Rasul yang khawatir karena merasa persiapan pasukan muslim tidak memadai,  jumlah pasukan muslim kira-kira 300 an padahal musuh sekitar 1000 orang. Beliau dihibur Abu Bakar. Kemudian turunlah ayat Al Qur'an.

Allah SWT berfirman :

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَـيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ ....

"Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu, ...." (QS. Al-Anfal 60)

Ayat ini memerintahkan Rasulullah untuk berikhtiar mempersiapkan diri.

Hikmah Pelajaran :

Dalam segala hal kita perlu memahami Sunatullah, maka kita harus ikhtiar. Orang muslim itu bisa kalah bisa menang, tergantung sunatullah. Ketika perang terjadi maka pasukan yang kuat , strateginya baik, apakah itu perang, atau pilpres ataupun Perang dagang berpotensi untuk menang.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 17 September 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad SENDANG GEDE

Drs. H. Hamzah Rifqi, MSi

6 Muharram 1440 H / 16 September 2018

MENGAMBIL PELAJARAN DARI MUSIBAH

*Indonesia Rawan Bencana*

Saat ini kita memasuki bulan Suro,  kata orang Jawa adalah bulan yang "wingit", bulan yang menyeramkan. Menurut kepercayaan Jawa akan banyak bencana di bulan Suro. Kita orang islam, tidak meyakini kepercayaan tadi. Maka kita bersikap bagiku agamaku dan bagimu kepercayaanmu.

Dari data Badan Meteorology dan Geofisika (BMG), Indonesia ini memang memiliki daerah rawan bencana yang luar biasa. Termasuk semua wilayah Pulau Jawa. Hanya ada sedikit daerah di Papua yang bukan rawan bencana.
Indonesia ini rawan terhadap bencana alam murni,  tanpa campur tangan manusia,  baik itu gempa vulkanic,  gempa Tektonik ,  letusan Gunung berapi, tsunami dan sebagainya. Sebagian lagi bencana karena ulah manusia,  langsung ataupun tidak langsung seperti banjir dan tanah longsor.
Maka sebenarnya kejadian bencana alam di Indonesia adalah hal yang biasa.

*Tiga Tingkat Keberagamaan*

Ada ahli sosiology bernama August Comte yang meneliti tentang perkembangan keberagamaan manusia.

1. Teology :

Manusia belum memiliki fikiran tentang sebab musabab kejadian yang ada di alam ini.
Maka manusia kemudian memohon agar Tuhan (alam)  menjauhkan dari bencana.

Sebagai contoh adalah manusia di sekitar sungai Nil. Ketika air sungai berlebihan maka sungai banjir. Mereka mengatakan Sungai Nil marah. Namun usai banjir ternyata meninggalkan humus dan mengakibatkan tanah subur sehingga manusia sejahtera. Maka agar sungai tidak marah dan selalu membawa kesejahteraan mereka menyembah sungai Nil. Mereka menuhankan Sungai Nil.
Gunung juga demikian. Gunung Merapi ketika marah dia meletus. Namun dari letusan meninggalkan pasir yang bermanfaat.

2. ‎Metafisik :

Perkembangan berikutnya , Manusia telah dapat mengetahui tentang tata cara untuk mencegah bencana.
Gunung,  Laut itu semua dianggap ada pengendalinya. Maka di pantai Selatan Pulau Jawa dikenal Nyai Roro Kidul sebagai pengendali.
Gunung Merapi juga ada penghuninya. Mereka itu masuk dunia metafisik,  tidak kelihatan.

Termasuk kita yang meyakini tanpa mengetahui gejala alamiah,  bahwa alam ini ada yang mengatur,  yaitu Allah.

الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَآءَ بِنَآءً  ۖ  وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّـكُمْ

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu.." (QS. Al-Baqarah 22)

Allah juga tidak kelihatan. Ini juga perihal metafisik.
Bila mereka yang percaya Nyai Roro Kidul menyembahnya dengan sedekah laut. Kita orang Islam menyembah Allah dengan shalat.
Dalam tahapan ini manusia berusaha mempengaruhi pembuat bencana dengan cara upacara atau ritual-ritual.

3. ‎Positif

Pengetahuan manusia terus berevolusi,  sudah memahami hukum sebab dan akibat. Manusia telah mendapatkan pengetahuan tentang alam dan kejadian-kejadian.
Manusia tidak lagi menggunakan kekuatan di luar dirinya sehingga hal-hal yang tidak nampak termasuk agama mulai ditinggalkan. Semua dianggap terjadi secara alamiah.
Tsunami di laut diketahui bukan akibat Nyai Roro Kidul. Gempa bumi di Lombok juga diketahui akibat gempa tektonik yaitu akibat lempeng bumi yang bergerak. Gempa di Yogya juga diketahui akibat dari aktivitas Gunung Merapi.

Dulu orang meyakini bahwa lahir, rezeki , jodoh dan kematian ada di tangan Allah.
Namun sekarang manusia faham,  harus bersekolah untuk mendapat ilmu,  kemudian dengan ilmu mencari rezeki.
Sekarang manusia berusaha mencari kenalan,  untuk mencari jodoh.
Sekarang manusia dapat mengusahakan perubahan tanggal kelahiran bayinya,  dapat dipercepat dengan usahanya. Bahkan jika mau dia bisa mengusahakan waktu kematiannya.

*Ujian Untuk Diambil Pelajaran.*

Maka saat ini kita tidak heran,  bahwa negeri kita sering dilanda bencana. Semua ada sebab-akibatnya.
Pertanyaannya adakah campur tangan Allah ?
Hal ini yang perlu kita pelajari, jangan sampai terjadi kita ini seperti yang sering disebutkan dalam ayat :
"Apakah kamu tidak mengambil Pelajaran ?".

Rasulullah SAW  ketika mengutus Mu’adz ke Yaman bersabda :
“Bagaimana engkau akan menghukum apabila datang kepadamu satu perkara ?”.
Mu’adz menjawab : “Saya akan menghukum dengan Kitabullah”.

Sabda beliau :“Bagaimana bila tidak terdapat di Kitabullah ?”.
Ia menjawab : “Saya akan menghukum dengan Sunnah Rasulullah”.

Beliau bersabda :“Bagaimana jika tidak terdapat dalam Sunnah Rasulullah ?”. Ia menjawab : “Saya berijtihad dengan pikiran saya dan tidak akan mundur…”.

Betapa banyak ayat al-Qur`an yang menganjurkan kita untuk menggunakan akal pikiran ,  mengambil pelajaran dari kisah-kisah kehidupan.
"Tidakkah kalian berfikir?"
"Tidakkah kalian melihat?"
"Tidakkah kalian mengetahui?"
Tak ada satu tempatpun yang aman dari musibah. Jika dibukit maka akan rawan longsor,  jika didataran rendah mungkin akan rawan banjir. Di tempat lain lagi mungkin rawan badai topan.

*Ujian Telah Dijanjikan.*

Semua dari kita ini pasti akan diuji oleh Allah.  Ujian ini sudah dijanjikan Allah.

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ  الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah 155)

*Tidak Ada Musibah Selain Atas IjinNya*

Semua ujian sudah diijinkan Allah.
Kita ini semua ada di dalam tempat yang punya potensi bencana.
Ibarat di kebun binatang,  kita aman karena semua binatang buas ada di dalam kandang. Keadaan itu hanya potensi bahaya karena kandang tertutup. Ketika ada kandang yang rusak,  maka potensi bahaya berubah menjadi bahaya.
Demikian juga dengan alam semesta ini ada dalam kekuasaan Allah. Jika Allah tidak memerintahkan maka Gunung Merapi tidak meletus,  Lempeng bumi tidak bergerak.

سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ  وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

"Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Hadid 1)

Allah yang mengatur semua alam semesta ini. Lalu nikmat Allah yang mana hendak kamu dustakan?

مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ  وَمَنْ  يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ  وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun 11)

Orang beriman bila kena musibah akan makin beriman.

*Hukum Alam Di Genggaman Allah*

Hukum alam yang membuat adalah Allah. Bahkan Allah bisa mengubah hukum alam. Itu terjadi ketika Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰۤى اِبْرٰهِيْمَ

"Kami (Allah) berfirman, Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim," (QS. Al-Anbiya  69)

Maka kita tahu,  ketika Nabi Ibrahim a.s dibakar beliau tidak mati,  bahkan merasa sejuk.
Contoh lain,  ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s

فَاَوْحَيْنَاۤ اِلٰى مُوْسٰۤى اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ ۗ   فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيْمِ

"Lalu Kami wahyukan kepada Musa, Pukullah laut itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar." (QS. Asy-Syu'ara'  63)

Tidak masuk akal,  tapi untung Musa taat kepada Allah.  Maka ketika laut di pukul,  laut terbelah karena hukum alam diubah oleh Allah.
Menurut hukum alam : air selalu ke bawah.  Ketika dipukul Musa,  air naik ke atas seperti Gunung. Kemudian Musa dan rombongan diselamatkan. Namun ketika Fir'aun mengejar,  Allah mengembalikan air laut,  maka tenggelamlah Fir'aun dan bala tentaranya.
Maka bila terjadi bencana apapun, dan bila Allah berkehendak akan menyelamatkan suatu kaum pasti kaum itu selamat.

*Mengapa Allah Menghancurkan ?*

Tidak mustahil terjadi, bahwa Allah menghancurkan suatu kaum,  meskipun di dalam kaum tadi ada orang sholeh.

Ada sahabat bertanya kepada Rasulullah :
"Mungkinkah satu negeri dan lingkungan penduduk dihancurkan oleh Allah,  padahal di dalamnya ada orang-orang sholeh? ".
"Ya.. ", jawab Rasulullah. "Karena mereka bersikap "tepo sliro" (lemah-lembut). Mereka orang-orang sholeh itu diam saja terhadap kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang".

Kita sering tak berani melakukan nahi munkar,  alasan karena merasa sungkan maka tak berani menegur yang salah,  apalagi jika yang berbuat salah orang yang berjasa pada kita.

*Kehendak Allah Tidak Ada Yang Bisa Menghindar*

Ketetapan Allah tak ada yang dapat menghindar. Apakah sedang maksiat ataupun sedang shalat,  bila Allah berkehendak untuk mematikan maka tak ada yang bisa menghindar.
Tetapi kita perlu memilih,  mau husnul khotimah atau su'ul khotimah.

Ketika Nabi Nuh membuat kapal, beliau dicemooh oleh orang -orang. Dan orang yang tidak percaya Nabi Nuh tak ada yang selamat. Termasuk puteranya sendiri.

وَهِيَ تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَالْجِبَالِ ۗ  وَنَادٰى نُوْحُ اِبْنَهٗ وَكَانَ فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ

"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, Wahai anakku! Naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir."
(QS. Hud 42)

قَالَ سَاٰوِيْۤ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَآءِ ۗ  قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚ  وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ

"Anaknya menjawab, Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah! Nuh berkata, Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud  43)

*Meraih Keberkahan Menghindari Kehancuran.*

Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ  مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا  كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami , maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 96)

Indonesia meskipun rawan bencana tetapi dikaruniai dengan kekayaan alam yang luar biasa. Bila kita ingin terhindar bencana dan mendapat keberkahan maka harus dibuat.
Ini adalah social engineering,  harus direkayasa ada dakwah amar makruf nahi mungkar. Jangan diam saja dan berpedoman yang penting diri kita baik. Tidak cukup ! Kalau ada kemungkaran harus dicegah.

Rasulullah SAW bersabda:

” من رأى منكم منكرا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعف الإيمان “ ( رواه مسلم )

“Barangsiapa di kalangan kamu melihat kemungkaran hendaklah mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lidahnya dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.” ( HR Muslim )

Nahi mungkar sesuai dengan posisi kita,  maka Ketua RT bertanggung jawab di lingkungan RT nya,  dan demikian seterusnya.
Orang Tua pun harus melakukan Nahi Mungkar di dalam keluarganya. Jangan melakukan pembiaran, karena anak ibarat air , anak perlu dibentuk agar menjadi sholeh.
Berkumpullah dengan orang sholeh agar menjadi sholeh.

*Mungkinkah Ini Pembukaan Bencana?*

Kemunafikan,  itu yang terjadi di sekitar kita. Indonesia digambarkan oleh Doel Sumbang sebagai Negeri Tumaritis  (Negerinya Semar) dalam lagunya :

Yah Tumaritis sayangku
Kini kau mulai tua
Dan tak cantik lagi
Sekarang badanmu sudah tak bersih lagi

Sekarang bajumu sudah tak rapi lagi, kotor oleh debu-debu
Oleh debu kelicikan,
oleh debu kerakusan,
Oleh debu kebejatan moral,
oleh debu kemunafikan...

Allah SWT berfirman:

وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّاۤ  اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ  اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ

"Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan sholat, melainkan dengan malas dan tidak pula menginfakkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan." (QS. At-Taubah 54)

Munafik jaman dulu masih shalat , tapi tidak sungguh-sungguh. Munafik jaman now sudah tidak shalat lagi,  mereka terang-terangan.

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ  ۚ  وَاِذَا قَامُوْۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰى  ۙ  يُرَآءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا

"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa' 142)

*Kematian Tak Dapat Dihindarkan*

Dimanapun kita berada,  pada saatnya kematian akan mendatangi kita.

اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ   ۗ  وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ   ۚ  وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ   ۗ  قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ  ۗ  فَمَالِ ھٰٓ ؤُلَآ ءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, Ini dari sisi Allah, dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, Ini dari engkau Muhammad. Katakanlah, Semuanya datang dari sisi Allah. Maka mengapa orang-orang munafik itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun ?" (QS. An-Nisa' 78)

*Upaya Mendapatkan Husnul Khotimah*

Yang penting,  ada musibah atau tidak ada musibah kita mati husnul khotimah. Jangan sampai harta benda dan anak-anak kita melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا  لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ  وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ  فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Munafiqun 9)

Jangan sampai kita menyesali kematian kita karena tak sempat berinfak,  bersedekah.

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ  يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ  قَرِيْبٍ ۙ  فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata menyesali , Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Munafiqun 10)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 16 September 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

HIJRAH , TINJAUAN SIRAH NABAWIYAH

Tanggal : 6 Muharram 1440 H/ 16 September 2018

Nara sumber :  Tri Wiyanto S.Sos

*Pentingnya belajar Sirah (sejarah)*

Ketika kita berbicara tentang hijrah maka kita akan ketemu hadits tentang niat.

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim)

Niat amalan, bisa berdasar tiga hal : Allah dan Rasul,  Dunia (pangkat,  jabatan , kekayaan, ketenaran dll),  dan yang ketiga : Wanita.

Maka ketika kita mau belajar tentang hijrah dari Sirah Nabawiyah , kita luruskan niat kita,  bahwa kita akan belajar tentang Rasulullah SAW.
Ketika kita menyatakan iman kepada Allah salah satunya adalah kita harus mengimani Rasul.
Kita harus percaya terhadap apa-apa yang dibawa Rasulullah Muhammad  SAW. Sejarah juga membuktikan bahwa satu-satunya Rasul yang sejarahnya ditulis lengkap sejak lahir sampai wafat secara detail hanya beliau SAW, termasuk ucapan-ucapan beliau.

Maka ketika kita belajar Sirah Nabawiyah manfaatnya adalah :
1. Meningkatkan Keimanan kita kepada Rasulullah SAW
2. Menumbuhkan ‎Kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Seolah-olah kita hadir pada saat kehidupan Rasulullah.
3. ‎Kemauan untuk mengikuti (itiba')  kepada Rasulullah SAW. Karena kita dapat memahami hadits secara kontekstual, tidak sekedar tekstual.
Secara tak langsung kita melaksanakan perintah Allah untuk meneladani Rasul.

*Peristiwa Hijrah*

Hijrah ini ada dua Pengertian,  yaitu Hijrah Makani dan Hijrah Maknawi.

Hijrah Makani

Hijrah makani adalah perpindahan tempat tinggal. Hal ini menjadi sunah bagi kita,  minimal kita harus pindah satu kali,  yaitu dari mengikut di rumah orang tua kemudian pindah ke rumah sendiri. Dengan berpindah tempat itu merupakan pendidikan mental yang luar biasa. Dengan berpindah maka dia akan bertemu dengan bermacam-macam manusia.
Ketika kita ikut orang tua, maka semua urusan diurus orang tua. Ketika kita pindah ke rumah sendiri, mau tak mau harus mandiri. Ini adalah proses penempaan kematangan jiwa. Maka orang tua harus rela bila anaknya mau berhijrah.

Hijrah Maknawi

Adalah perubahan sikap dari perbuatan tak baik menjadi perbuatan atau perilaku yang baik.
Ada kisah pembunuh 100 orang yang harus hijrah ke tempat orang-orang soleh agar dia menjadi soleh. Dalam perjalanan dia meninggal dan jadi ahli surga. Pelajaran yang diambil adalah bahwa hijrah maknawi saja kadang tidak cukup. Harus disertai hijrah Makani untuk berkumpul dengan orang baik.

*Hijrah di Jaman Rasulullah*

Peristiwa hijrah ini tidak lepas dari masalah politik, maka jika kita mendengar ada ulama kita dicekal,  dipersekusi pada jaman ini,  hal itu sudah pernah dialami oleh Rasulullah SAW. Bahkan yang dialami Rasul pada waktu itu jauh lebih dahsyat karena yang melakukan persekusi adalah orang Arab pada waktu itu yang kasar dan tak segan membunuh.

Hijrah pada jaman Rasulullah tidak semudah Pindah Rumah pada saat ini. Karena Rasul dan Sahabat tidak boleh membawa harta benda yang dipunyai. Hanya boleh membawa bekal sedikit.

Hijrah pada jaman Rasulullah dan Sahabat tidak dilakukan satu kali. Tapi dilakukan bergelombang.

1. Abu Salamah, pernah hijrah ke Madinah seorang diri.
2. ‎Suhail bin Sinan dan rombongan.
3. ‎Umar bin Khattab dan kawan-kawannya.

Hijrah Rasulullah adalah hijrah gelombang terakhir setelah kawan-kawannya. Khabar akan hijrahnya Rasulullah sudah disambut dengan baik oleh orang-orang Madinah,  karena kerabat ibu Rasulullah berasal dari Madinah.

*Kesepakatan Makar Kaum Quraisy*.

Orang-orang Quraisy,  terutama Abu Jahal dan Abu Lahab sudah mulai marah terhadap dakwah Rasulullah.
Dianggap Rasulullah membahayakan Tuhan mereka,  yaitu Lata dan Uzza.
Mereka mengadakan rapat Parlemen orang Quraisy,  yang namanya Darun Nadwah. Darun Nadwah ini mirip MPR jaman dulu,  masing-masing daerah mengirim utusan. Namun utusan ini dipilih oleh Kepala Kabilah dan usia utusan minimal 40 tahun.

Rapat dipimpin oleh Abu Jahal. Abu Jahal ini nama julukan,  karena nama aslinya Amr bin Hisyam. Dia diberi julukan Abu Jahal artinya Bapak Kebodohan. Tidak berarti dia tidak pandai,  tetapi karena kedudukannya sebagai paman Rasulullah namun tidak menyebabkannya beriman. Dia tidak mau tahu terhadap kebenaran-kebenaran yang disampaikan Rasulullah.
Semua Bani berkumpul, dalam catatan sejarah saat itu tanggal 12 September 622. Mereka menetapkan keputusan untuk makar :

1. Menangkap dan memenjarakan Rasulullah,  atau
2. ‎Membunuh Rasulullah , atau
3. ‎Rasulullah diusir dari Mekkah.

Keputusan ini diabadikan Allah dalam Al Qur'an. :

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا  لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَ ۗ  وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗ   وَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ

"Dan ingatlah , ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Al-Anfal Ayat 30)

*Mengawali Perjalanan*

Orang-orang Quraisy menjanjikan hadiah besar untuk siapa yang dapat menangkap atau membunuh Rasulullah. Mereka membuat skenario pengepungan rumah Rasulullah, masing-masing Kabilah ada perwakilannya.
Ketika itu Rasulullah ada di dalam rumah yang dikepung. Beliau bersama Abu Bakar dan Ali yang saat itu masih remaja.

Berjalanlah skenario Allah. Pada malam akan hijrah, Nabi Muhammad SAW meminta Ali bin Abi Talib untuk memakai baju dan selimutnya dan berbaring di tempat tidurnya. Maka, ketika algojo kafir Quraisy mengintip ke tempat tidur Muhammad SAW mereka melihat seseorang berbaring di tempat tidur dan mengira bahwa Nabi Muhammad SAW masih tidur.
Pada malam hari itu para pengepung tak mau menyalakan api,  khawatir akan terlihat. Maka kondisi gelap sekali dan mereka justru tidak sadar bahwa di tengah malam itu Nabi Muhammad keluar meninggalkan  rumah bersama Abu Bakar.

*Bersembunyi di Gua Tsur*

Perjalanan hijrah ini dengan berjalan kaki dan meskipun tujuannya adalah Medinah (arahnya di Utara Mekkah) , namun Rasul tidak langsung menuju kesana.  Beliau pergi ke Gua Tsur yang arahnya ke Yaman,  di Selatan.
Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam.
Maka ketika para pengepung sadar bahwa Nabi Muhammad telah lolos, mereka mengejar ke arah Medinah. Namun para pengejar tidak melihat jejak. Kemudian para Pemburu ini berpencar dan ada yang mengejar ke Gua Tsur.

Kembali scenario Allah berjalan. Pada Gua Tsur tadi dimana Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di dalamnya , oleh Allah diberi burung merpati yang mengerami telurnya dan laba-laba dengan sarangnya yang menutupi pintu gua yang kecil.
Para pengejar yakin bahwa tak mungkin Nabi bersembunyi dalam gua. Karena bila masuk gua pasti telur merpati terinjak dan sarang laba-laba rusak.

Orang Quraisy meskipun jahat namun akhlak mereka tak mau mengganggu burung dara. Maka mereka kemudian pulang ke Mekkah. Rasul dan Abu Bakar tetap tinggal beberapa hari di Gua Tsur.

*Peran Asma' binti Abu Bakar*

Ransum makan untuk Rasul dan Abu Bakar selama di Gua Tsur dikirim oleh Asma'.
Asma' mengangkut perbekalan Rasul dan Abu Bakar dengan onta. Ketika ingin mengikat makanan, dia tidak mempunyai tali untuk mengikatnya. Lalu, dia merobek ikat pinggangnya menjadi dua, satu untuk mengikat makanan dan satu lagi untuk mengikat pinggangnya.

Dialah Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq , peran Asma’ hebat sekali dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad SAW.
Setelah dirasa aman, kira-kira 4 hari kemudian Rasul dan Abu Bakar meneruskan perjalanan ke Medinah dengan membawa onta yang dikirim Asma'.

*Pemburu bernama Suraqa*

Karena ontanya cuma satu maka onta tidak ditunggangi. Mereka jalan kaki dari Mekkah ke Medinah ditengah Padang pasir yang panas dan tidak melalui jalan yang biasa dilalui.  Ketika itu kaum Quraisy tetap mencari Rasulullah SAW.
Pada hari ke 3 , atau seminggu setelah meninggalkan rumah,  ada yang mengetahui posisi Nabi.
Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan orang sedang dalam perjalanan dengan seekor onta, maka seorang Quraisy bernama Suraqa bin Malik mengejar mereka.

Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Muhammad SAW  hingga kudanya tersungkur dalam pasir.  Dia hendak memanah Nabi, namun seperti kebiasaan mereka mengundi nasib dulu, maka sebelum memanah dia mengundi dulu :  panah atau tidak.. ?
Ternyata undian menghasilkan tidak dipanah. Kemudian dia mengejar lagi,  namun terulang lagi, kudanya tersungkur lagi.
Hal ini terulang sampai tiga kali,
sehingga Suraqa merasa itu suatu alamat buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu.
Setelah itu Nabi Muhammad justru berhenti menanti Suraqa.
Suraqa kembali pulang, bahkan dia menyerahkan kudanya kepada Nabi Muhammad dan dia juga merahasiakan route perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW.

*Kisah Ali bin Abi Thalib*

Setelah Rasul hijrah,  Ali masih tinggal di Mekkah selama tiga hari untuk menyelesaikan pesan-pesan Nabi. Pesan itu adalah mengembalikan barang titipan . Karena Rasul sebagai al-Amin (orang yang dipercaya)  banyak dititipi barang oleh orang Mekkah.
Hal ini menjadi sunah bagi kita bila akan pergi agar tidak meninggalkan hal yang tidak beres tanpa memberi pesan amanat pada yang tinggal.

Ketika Ali kemudian menyusul ke Medinah,  Ali menempuh jalan yang lurus dan biasa dilalui. Dia tiba di Medinah 7 hari lebih cepat dari Rasul yang jalannya memutar untuk menghindari pengejaran.
Maka dapat kita bayangkan betapa beratnya perjalanan hijrah Rasulullah SAW. Sampai banyak orang Medinah yang gelisah. Mereka tiap hari menunggu Rasul diperbatasan kota karena mencemaskan keselamatan Rasul.

*Kepahlawanan Abu Bakar*

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Bakar menceritakan hijrahnya bersama Nabi :
Kami berjalan siang dan malam hingga tibalah kami di pertengahan siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada seorang pun yang lewat. Kulemparkan pandangan ke segala penjuru, apakah ada satu sisi yang dapat kami dijadikan tempat berteduh. Akhirnya, pandanganku terhenti pada sebuah batu besar yang memiliki bayangan. Kami putuskan untuk istirahat sejenak disana. Aku ratakan tanah sebagai tempat istirahat Nabi SAW , lalu kuhamparkan sehelai jubah kulit dan mempersilahkan beliau untuk tidur di atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun beristirahat.

Setelah itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada seseorang yang bisa dimintai bantuan. Aku pun bertemu seorang penggembala kambing yang juga mencari tempat untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya, “Wahai anak muda, engkau budaknya siapa?” Ia menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang kukenal. Aku bertanya lagi, “Apakah kambing-kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya. “Bisakah engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun mengiyakannya.

Setelah diperah. Aku membawa susu tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya terbangun. Saat beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai Rasulullah”. Beliau pun minum susu tersebut sampai aku merasa puas melihatnya.

Luar biasa ! Abu Bakar, seorang yang kaya, mau bersusah payah menjadi pelayan Rasulullah.
Satu hal lagi hikmah kisah ini adalah kita disunahkan memberi makan dan minum musafir.
Selama perjalanan,  Abu Bakar merahasiakan identitas Rasulullah,  untuk keamanan beliau,  beliau Rasulullah diperkenalkan sebagai Penunjuk jalan.

*Susu Kambing Tua*

Dalam perjalanan hijrah antara Mekkah dengan Medinah di tempat yang sunyi, Rasulullah dan Abu Bakar berhenti didepan suatu kemah di daerah Qudaid,  130 km dari Mekkah. Maksudnya untuk membeli makanan atau minuman.
“Dapatkah kami membeli tamar dan beberapa teguk susu kambing?” tanya Rasulullah kepada perempuan tua.
“Sayang sekali nak!” sahut Ummu Ma’bad. “Ibu sendiripun merasa lapar dan haus sekali, suami saya sudah lama pergi mencari makanan, sampai sekarang belum kembali.”

Lalu Rasulullah SAW  melihat seekor kambing yang sedang ditambat dibelakang rumah itu. Sambil menunjuk kambing tersebut, Rasulullah berkata kepada Ummu Ma’bad. “Ibu, dibelakang kemah ini saya melihat ada seekor kambing.” “Apakah kami dapat membeli air susu kambing itu, walaupun hanya beberapa teguk?”
“Kambing itu sudah lama tidak mengeluarkan susu lagi nak” sahut perempuan tua itu.
“Bolehkah saya mencoba memeras susu kambing itu, kalau–kalau mungkin ada air susunya?” kata Rasulullah.
“Silahkan nak!” ujar Ummu Ma’bad.Rasulullah berjalan mendekati kambing itu. Setelah menengadahkan tangannya untuk memohon doa, beliau memegang susu kambing tersebut dan memerasnya.
Tiba-tiba susu kambing itu mengeluarkan susunya.
Sesudah minum seperlunya, Rasulullahpun meneruskan perjalanannya, sedangkan sisa susu itu masih banyak yang tinggal.

Tatkala suami wanita itu, Abu Ma’bad pulang membawa kambing yang kurus -kurus dan lemah. Ketika ia melihat adanya persediaan air susu kambing. Abu Ma’bad berkata kepada isterinya :
“Darimanakah kau mendapatkan air susu kambing itu?”,
Ummu Ma’bad menjawab
“ Demi Allah , tenda kita telah dilewati orang yang diberkahi oleh Allah. Dia berbicara begini dan begini keadaannya seperti ini dan seperti ini'.
"Demi Allah,  aku yakin itu adalah Pemuda Quraisy yang sedang diburu oleh kaumnya".
"Gambarkan bagaimana pemuda itu wahai ummu Ma'bad. "

Maka ummu Ma'bad menceritakan sifat-sifat Rasulullah.
Maka Abu Ma’bad berkata kepada isterinya :
"Demi Allah,  ini adalah orang Quraisy yang sedang dibicarakan oleh khalayak ramai. Jika ada kesempatan, aku benar-benar ingin menemani perjalanannya ".

*Suara Jin*

Dikisahkan oleh Asma' binti Abu Bakar, " Kami tidak mengetahui ke arah mana Rasulullah pergi".
Karena jalur yang dilalui oleh Rasulullah bukan jalur yang umum dilalui oleh para musafir.
Namun tak berapa lama muncul sesosok jin dari dataran rendah Mekkah yang kemudian menyuarakan syair. Semua mendengar suara tetapi tak ada yang melihat sosok jin tadi.
Begitu kami mendengar bait-bait syair itu, maka kami mengetahui ke arah mana jalan yang dilalui oleh Rasulullah menuju Madinah.

*Memasuki Quba*

Rasulullah SAW tiba di Quba, dekat kota Madinah pada tanggal 23 September 622. Maka perjalanan yang beliau tempuh sudah 11 hari.

Berita kedatangan Rasulullah disambut dengan Penuh Suka Cita.
Mereka menunggu dibatas kota.
Suatu hari seorang Yahudi yang kebetulan naik diatas rumahnya melihat bintik di kejauhan yang dia yakin itu Rasulullah.
Orang-orang Anshar bergembira dan mereka meneriakkan takbir. Semua menyambut Rasulullah.
Saat itu turunlah ayat Al Qur'an :

فَاِنَّ اللّٰهَ  هُوَ مَوْلٰٮهُ وَجِبْرِيْلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ  وَالْمَلٰٓئِكَةُ بَعْدَ ذٰلِكَ  ظَهِيْرٌ

".. maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan juga Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya." (QS. At-Tahrim 4)

Ketika mereka bertemu, Abu Bakar berdiri dan Rasul duduk. Orang Anshor mengira bahwa yang berdiri adalah Rasul.
Tatkala panas matahari mengenai Rasulullah, Abu Bakar segera mema­yungi beliau dengan jubahnya. Saat itu­lah mereka baru tahu bahwa yang duduk dan diam itulah Rasulullah SAW.
Di Quba Rasulullah mendirikan masjid yang pertama kali.

*Tiba di Madinah*

Berita tentang hijrahnya Nabi SAW yang akan menyusul kaum muslimin Mekkah yang telah tiba sebelumnya su­dah tersiar di Yatsrib (Madinah).
Akhirnya, Rasulullah tiba dengan selamat di kota Madinah. Sambutan penuh suka cita diiringi Syair pun ber­kumandang:

Thola‘al badru ‘alayna
Min Tsaniyyatil Wada’
Wajabasy syukru ‘alayna
Ma da‘a lillahi da‘
Ayyuhal mab‘utsu fina
Ji’ta bil amril mutha’
.....
Banyak yang menawari rumah tinggal kepada Rasulullah. Rasulullah menyerahkan pemilihan rumah kepada ontanya. Dimana onta tadi mau berhenti. Onta itu pertama kali berhenti,  tapi beliau tidak turun. Tempat itu kemudian dijadikan tempat Masjid Nabawi.

Kemudian onta itu berjalan lagi dan berhenti di rumah Abu Ayyub.
Abu Ayyub segera mengambil pelana onta.  Di rumah Abu Ayyub-lah Nabi SAW memilih untuk tinggal.

*Di Rumah Abu Ayyub*

Rumah Abu Ayyub adalah rumah tingkat. Dia mempersilahkan Rasul menempati yang atas untuk penghormatan. Namun Rasul tak bersedia,  karena akan banyak tamu yang harus ditemui. Maka Rasul mempersilahkan Abu Ayyub tidur di atas.
Karena merasa sungkan tidur di atas maka Abu Ayyub memilih tidur di pojok atas, dimana bagian bawahnya adalah dapur. Dengan demikian dia tidak tidur di atas Rasul.

Rasul tinggal di rumah Abu Ayyub selama 7 bulan karena sambil menunggu pembangunan Masjid dan Rumah beliau di dekat masjid.
Isteri Abu Ayyub ini pandai memasak. Suatu ketika dia masak, tetapi Rasul tidak menyentuh makanan. Tentu saja hal ini menjadikan Abu Ayyub bingung dan dia bertanya kenapa Rasul tidak makan.
Rasul menjawab bahwa Jibril membisiki beliau bahwa beliau tak boleh makan karena dalam masakan ada bawang merah dan bawang putih. Namun Rasul tidak melarang Abu Ayyub memakan makanan itu.
Pelajaran dari sini adalah bahwa kita disunahkan untuk mengurangi makanan yang akan menimbulkan bau badan.

Demikian beratnya perjalanan hijrah Rasulullah,  beliau berjalan kaki selama 11 hari untuk memenuhi Perintah Allah.
Semoga dengan mempelajari Sejarah Rasulullah dapat meningkatkan kecintaan kita kepada beliau.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAKk

Senin, 10 September 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

HIJRAH SEBAGAI MOMENTUM INTROSPEKSI DIRI

Tanggal : 28 Dzulhijjah 1439 H/ 9 September 2018

Nara sumber :  Drs. H. Aan Jumeno MM

*Tahun Baru Hijriyah*

Ketika kita menjumpai tahun baru biasanya disambut dengan sangat meriah. Sebentar lagi kita menyambut bulan Muharram, artinya memasuki tahun baru, namun selama ini biasanya kita tidak membuat persiapan apapun.
Padahal pada saat itulah Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Medinah,  dimana saat itu beliau dielu-elukan oleh masyarakat Medinah. Sedemikian pentingnya peristiwa itu sampai Umar bin Khattab r.a menetapkan peristiwa Hijrah tadi sebagai awal tahun baru umat islam. Maka semestinya kita umat islam menyambut bulan Muharram dengan semangat.

*Perintah Introspeksi*

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ  ۚ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr 18)

Ada orang yang beriman tetapi tidak takwa,  tidak mau menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Ada yang usianya 50 tahun tapi takwa baru 2 tahun. Ada yang usia 60 tahun tapi takwa baru 1 tahun,  tetapi ada yang usia 25 tahun,  takwanya 15 tahun. Jadi beda-beda. Maka kadang kita bandingkan keimanan kita itu dengan iblis. Menurut Imam Ghozali,  iblis itu 80 ribu tahun sangat percaya dan takwa kepada Allah,  namun setelah dia diperintah bersujud kepada Adam a.s ,  dia membangkang kepada Allah. Dia membangkang karena merasa lebih tinggi daripada Adam a.s. Hanya dengan membangkang sekali saja,  iblis yang takwa 80 ribu tahun dilaknat selamanya.
Kita manusia ini baru takwa berapa tahun?  Berapa kali kita membangkang?

Nabi Adam a.s diperintahkan menempati surga dengan berbagai kenikmatan. Banyak yang diperbolehkan dan hanya satu yang dilarang. Namun ternyata justru satu yang dilarang itu diambil akibat godaan iblis.
Kita di dunia ini hampir mirip,  banyak yang diperbolehkan namun ada beberapa yang dilarang. Kenyataan banyak juga yang memilih yang dilarang tadi. Alasan mereka : Mencari yang haram saja sulit apalagi yang halal?
Ini jelas keliru,  ini pemikiran orang yang sudah tergoda iblis.

Kita diperintahkan untuk introspeksi diri. Merenungkan apakah kita sudah ada di posisi benar atau belum. Bahkan untuk bicara saja kita diperintahkan agar dipikir dulu.
Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih)

Apakah berbicara lewat lesan atau lewat medsos aturannya sama.
Kalau yakin baik tidak apa kita bicara panjang lebar. Tetapi saat ini pembicaraan lewat medsos sudah luar biasa keburukannya,  bahkan yang buruk mungkin lebih banyak dibanding yang baik .
Ada ujaran kebencian, menghujat orang lain,  bahkan ustadz juga dihujat, seolah dirinya sudah sempurna.
Ghibah, membahas kejelekan tak pernah menawarkan solusi yang tentu tak ada maslahatnya.
Mereka itu seolah tak percaya akhirat,  dimana semuanya harus dipertanggung-jawabkan.

*Takwa Adalah Kemuliaan*

Ayat di atas tadi mengulang kata "Takwa" sampai dua kali. Ini penegasan agar kita takut. Takut tidak mendapat rahmat Allah yang berupa : Ridha,  Surga dan Kasih Sayang.
Rahmat Allah itu diturunkan 1 di dunia dan yang 99 nanti di Akhirat.
Namun manusia pada umumnya senang dunia. Seolah dunia ini kekal.

وَيْلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ  الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗ
يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗۤ اَخْلَدَهٗ

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya."
(QS. Al-Humazah Ayat 1- 3)

Maka kadang orang melihat orang lain berharga atau tidak dari sisi hartanya. Bila kaya dihormati.
Padahal islam jelas memberi pedoman , bahwa yang paling dimuliakan adalah yang paling takwa.

 اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ

".. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.." (QS. Al-Hujurat 13)

Dalam haditspun dikatakan betapa ibadah shalat sunah sebelum fajar itu nilainya melebihi dunia seisinya.
Ini adalah isyarat perintah agar kita takwa,  bukan perintah untuk kaya.

*Makna Hijrah*

Hijrah pada dasarnya adalah pindah atau berubah. Maka ada istilah Hijrah Makani (tempat)  dan Hijrah Maknawi (makna).

1. Hijrah Makani

Ketika mau ibadah saja diganggu,  agama dimusuhi maka perlu hijrah makani. Hal ini yang dilakukan Rasul. Beliau mendapatkan perintah untuk hijrah dari Mekkah ke Medinah untuk menyelamatkan islam.
Ketika itu di Mekkah beliau dimusuhi, bahkan para sahabat ada yang disiksa. Di Medinah Rasulullah sudah ditunggu kehadirannya karena ada dua suku yang selalu bermusuhan,  yaitu Aus dan Khazraj.
Karena Rasul sudah terkenal bisa mempersatukan Kabilah-kabilah di Mekkah.

2. Hijrah Maknawi

Nilai hijrah tergantung esensinya.
Menurut Ibnu Hajar : " Hijrah adalah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT ".
Maka pada saat ini hijrah dimaknai lebih luas lagi yaitu perubahan perilaku yang kurang syar'i menuju ke arah yang lebih syar'i.
Misalnya saja dulu kalau mendengar adzan tidak direspond dan tetap nonton TV,  sekarang langsung memenuhi panggilan adzan.

Nabi Muhammad SAW mendapat gelar al Amin, yang artinya terpercaya,  hal ini karena kebaikan beliau. Yang memberi gelar ini orang Mekkah. Namun karena kemudian Nabi mendakwahkan islam yang dianggap nanti dapat mengganggu kebiasaan Jahiliyah maka beliau dimusuhi.
Keadaan ini hampir sama dengan kondisi saat ini ketika ada Pengajian dibubarkan, dipersekusi hanya karena berbeda. Kenapa?  Karena ada yang khawatir kemapanannya terganggu.

*Mengubah Mindset*

Kita ini perlu mengubah mindset hidup ini untuk apa?

Rasulullah SAW bersabda :

َ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ . (HR Bukhâri)

Bagaimana menjadi musafir?  Makhluk surga akan terbiasa dengan budaya surga,  disana semua patuh pada aturan Allah,  bicara teratur dan sebagainya. Maka ketika di dunia ini banyak yang melanggar larangan Allah,  bicaranya celometan.
Maka mestinya jika kita musafir pasti tak cocok dengan dunia.
Tetapi yang terjadi malah banyak yang krasan,  cocok dengan kemaksiatan dunia. Maka mereka mestinya tidak pantas di surga.

Bagaimanakah Penduduk Surga?
Kita ingat bagaimana Allah memanggil penduduk surga :

يٰۤاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ    

"Wahai jiwa yang tenang!" (QS. Al-Fajr 27)

Penduduk Surga itu berjiwa tenang (nafsu muthmainah).

Selain Nafsu Muthmainah ada beberapa nafsu lainnya, antara lain :

1. Nafsu Amarah.
Adalah orang-orang yang bangga dengan dosa-dosa, bahkan merasa apa yang dilakukan hebat. Orang seperti ini tak akan suka dengan pengajian ataupun ibadah di masjid.
Nafsu amarah itu senantiasa membawa sesuatu yang buruk dan menggelincirkan, tidak sadar bahwa perbuatannya dosa.

2. Nafsu Lawamah
Dalam nafsu lawamah ini sudah timbul penyesalan. Pekerjaan yang dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika menyadari bahwa kegiatan itu dilarangNya. Ada yang menyebut dengan istilah " Tobat - Kumat".

3. Nafsu Mulhamah
Orang-orang pada tingkatan nafsu ini jiwanya sudah diilhami dengan ketakwaan kepada Allah.
Pada dasarnya jiwa manusia itu dipengaruhi dengan kedosaan dan ketakwaan.

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا

"maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya," (QS. Asy-Syams 8)

*Tugas Utama Manusia*

Tugas manusia di dunia ini adalah bertakwa.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 56)

Menjadi pertanyaan pada diri kita sendiri,  apakah kita sudah beribadah 24 jam dalam sehari?
Apakah bisa?  Tentu saja bisa dan ada caranya. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian.

1.  Setiap kegiatan niatnya untuk ibadah.

 Rasulullah SAW bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika kita bekerja di kantor akan menjadi ibadah jika memang kita berniat untuk ibadah.

2. Tawakal kepada Allah.

Sebelum bekerja kalau mau berangkat , kita bertawakal.
"Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah ".(Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya)..

Maka selama itu kerja kita menjadi amal ibadah.

3. Ikhlas.

وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ  

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama..." (QS. Al-Bayyinah 5)

Termasuk ibu-ibu yang menjalankan tugas ibu rumah tangga dengan ikhlas akan menjadi amal ibadah.
Ikhlas itu sangat penting,  biasanya orang yang tidak ikhlas hasil kerjanya juga tidak baik,  hablu-minanasnya juga tidak baik.

Ikhlas itu ibarat filsafat tukang parkir. Sebanyak dan sebagus apapun kendaraan yang dititipkan , dia tak merasa susah jika diambil pemiliknya. Jika kita sadar bahwa harta yang kita miliki itu bukan milik kita maka kita akan ikhlas jika diambil oleh pemiliknya,  yaitu Allah SWT.

Ikhlas adalah melakukan segala sesuatu karena Allah. Yakin bahwa dunia tidak abadi dan tidak lama.

*Momentum Untuk Introspeksi*

Dikisahkan dalam Isra' Miradj tentang daya pikat dunia itu ibarat wanita cantik.  Maka manusia yang mestinya bersikap sebagai musafir saja akhirnya terpikat dunia dan lupa tujuan perjalanan,  yaitu akhirat. Padahal janji Allah jelas :

وَلَـلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰى

"dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan." (QS. Ad-Duha 4)

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman:
“Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik di hati manusia.” ... (HR. al-Bukhari)

Di dunia ketika dijanjikan upah besar maka akan berbondong-bondong.  Mestinya ketika Allah menjanjikan hadiah akhirat yang luar biasa juga begitu. Namun tidak terjadi karena iman atau kepercayaan kurang.

Ketika ada Gempa Lombok,  kita diminta untuk "ngamal" namun malah "ngomel".
Ketika ada kotak infak beredar kita pura-pura ngantuk.
Ketika ada ajakan kebaikan, ragu-ragu,  akhirnya terlambat.
Kesempatan-kesempatan tidak segera disambut dengan baik.

Momen Hijrah ini adalah momen untuk introspeksi,  sesungguhnya posisi kita sampai dimana,  nafsu kita sampai dimana,  tentunya Tujuannya adalah Nafsu Muthmainah. Dengan introspeksi diharap kelak tak ada penyesalan. Kehidupan akhirat itu abadi, maka pembalasan akan lama. Sudah saatnya kita Fastabiqul Choirot (berpacu dalam kebaikan)

Hijrah itu ada dua, hijrah binafsih dan hijrah jama'ah. Perintahnya adalah:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; ."
(QS. At-Tahrim 6)

Jenis kesalahan juga ada dua : Merugikan diri sendiri dan Merugikan orang lain.
Bila merugikan diri sendiri cukup dengan bertobat :

رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

" ... Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf 23)

Tetapi bila merugikan orang lain, harus meminta maaf. Lalu bagaimana caranya minta maaf jika kita memfitnah ulama lewat medsos?
Tentu sulit meminta maaf. Maka kita perlu makin hati-hati bermedsos.
Pekerjaan rumah lainnya adalah amanat,  apakah sudah ditunaikan semua? Kita tahu Nabi Ibrahim itu mendapat amanat lewat mimpi saja tetap ditunaikan. Memang dalam kehidupan kita sering dihadapkan pilihan,  maka kita perlu mengutamakan mana yang perintah Allah. Introspeksi diri lainnya adalah adakah kita sudah cukup sabar?

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 03 September 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad Sendang Gede

Drs. Syarif Hidayat , MSi

21 Dzulhijjah 1439 H / 2 September 2018

BULAN HARAM

اِنَّ عِدَّةَ الشُّ:هُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram.." (QS. At-Taubah 36)

Bertepatan dengan penciptaan langit dan bumi , Allah telah menetapkan ada 4 bulan haram atau bulan yang dimuliakan. 4 bulan yang dimuliakan ini kita bisa melihat :
1. Dalam tafsir Ibnu Katsir.
2. ‎Pada Terjemah Al Qur'an dari Depag dalam Surat Al Baqarah ayat 197.

Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bulan haram adalah bulan Dzulqo'dah,  Dzulhijjah,  Muharram dan Rojab. Saat ini kita masih berada di akhir bulan Dzulhijjah.

*1. Bulan Rojab*

Bulan Rojab menjadi istimewa karena ada peristiwa besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi di kemudian hari,  yaitu peristiwa Isra' Miradj Nabi Muhammad SAW.
Intisari dari peristiwa itu adalah kita sebagai umat islam harus benar-benar menjaga shalat. Bukan sekedar menjaga pelaksanaan shalat saja tetapi juga menjaga makna shalat.
Kalau kita menjaga pelaksanaan dan makna shalat maka terciptalah islam rahmatan lil alamien. Karena makna shalat adalah hablu minallah dan hablu minannas.
Perlu dipertanyakan jika ada orang sudah shalat tetapi masih pelit. Perlu dipertanyakan jika ada orang sudah shalat tetapi masih bertengkar dengan tetangga, masih mengurangi timbangan,  masih korupsi dan sebagainya. Itu berarti shalatnya belum menjadi kepribadian hidupnya.

Shalat itu sangat penting, ketika Allah menyampaikan perintahNya maka Allah menurunkan Firman. Namun ketika perintah Shalat,  Allah memanggil RasulNya untuk menghadap.

1.1. Kedudukan Shalat.

قال النبي صلى الله عليه واله: موضع الصلاة من الدين كموضع الرأس من الجسد

Rasulullah saw bersabda:
“Kedudukan shalat dari agama adalah seperti kedudukan kepala dari badan.”

Tanpa tangan, tanpa kaki manusia dapat hidup,  tetapi tanpa kepala manusia tak dapat hidup.
Dalam hadits lain dikatakan betapa pentingnya shalat jama'ah,  betapa pentingnya shalat subuh. Maka jika orang tahu pahala shalat subuh berjama'ah niscaya dia akan datang ke masjid,  meskipun harus merangkak. Maka pada saat ini ada masjid-masjid yang sudah menyiapkan kursi untuk mereka yang terpaksa harus melakukan shalat dengan duduk.

1. 2. Shalat membedakan Muslim dengan Kafir.

Pada hadits lain dikatakan bahwa yang membedakan antara orang muslim dan orang kafir adalah shalat. Ada bapak-bapak yang hobby nonton bola pada malam hari sehingga waktu subuh mereka mengantuk. Maka perbedaan begadangnya yang muslim dengan yang tidak adalah orang muslim akan tetap shalat subuh dan yang lain akan tidur. Apapun profesinya,  guru,  tentara, polisi ataupun pedagang yang muslim ketika tiba waktu shalat mereka menghentikan kegiatannya untuk shalat. Maka kita dapat menyaksikan di Mekkah, Medinah ketika menjelang adzan pedagang-pedagang siap-siap menutup dagangannya.

1. 3. Shalat adalah amalan pertama yang dihisab oleh Allah SWT.

Barang siapa shalatnya bagus maka akan bagus pula amal-amal yang lain.

*2. Bulan Muharram*

Muharram adalah bulan pertama dari kalender Hijriyah yang dimuliakan Allah. Tetapi apakah kita akan memuliakan Muharram atau tidak itu kembali ke masing-masing pribadi. Kita akan menyebut. Muharram atau nama lain yang justru dianggap bulan bencana yaitu  Suro maka harus dimulai dari diri kita sendiri.

Mengubah budaya ini butuh usaha pembiasaan. Biasakan diri kita melakukan hal baik di bulan Muharram,  seperti beli rumah,  rehab rumah. Kita sosialisasikan bahwa Muharram itu bulan baik dan tak perlu ketakutan dengan bulan yang dimuliakan Allah SWT. Pertolongan Allah pada Nabi Adam terjadi pada bulan Muharram. Demikian juga pertolongan Allah pada Nabi Ibrahim,  Nabi Yusuf,  Nabi Musa , Nabi Sulaiman,  Nabi Daud semua pada bulan Muharram.

Bagaimana bulan Muharram akan mulia jika kita sebagai umat islam tidak memuliakan?
Kita tidak gampang mengembalikan istilah Minggu menjadi Ahad. Ini butuh pembiasaan.
Sama dengan Muharram, apabila kita tidak membiasakan dengan menyebut bulan Muharram maka yg terbayang adalah Suro dengan segala macam kegiatan bulan Suro.
Lebih-lebih jika masuknya bulan bersama musim puting beliung,  maka akan tambah menyeramkan. Padahal kita semua yang belajar IPA tahu tentang fenomena alam,  adanya angin darat dan angin laut.

Allah menurunkan air dan meniupkan angin sesuai kebutuhan manusia. Tetapi jika dalam energi alam ada yang hilang maka terjadilah ketimpangan. Ibarat bangunan yang disangga empat tiang kokoh,  tiba-tiba rusak satu tiang maka akan roboh. Maka ketika angin laut yang mestinya ditahan hutan bakau, namun kemudian hutan bakau hilang , maka angin akan membesar jadi puting beliung. Ini bukan kesialan,  tapi akibat dari perbuatan kita sendiri.
Maka dalam Al Qur'an , berkali-kali kita diperintah untuk berfikir :
"a fa laa ta'qiluun ?"
"a fa laa tazakkaruun ?"

Bagaimana kita memuliakan Muharram, mestinya kita mencontoh kepada Rasulullah SAW.

2. 1 . Amalan Puasa Muharram

Pada awalnya Rasul berpuasa pada tanggal 10 Muharram ( hari 'Asyura)
Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan,  ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’

Nabi berpuasa pada tahun ke 9 Hijriah. Maka pada saat itu Rasul menjawab :

" Bukankah kita beriman kepada Nabi Isa a. s,  Nabi Ibrahim a. s dan Nabi Ishak a.s ?

  كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ

"... Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya..." (QS. Al-Baqarah 285)

Kita umat islam wajib mengimani 25 Rasul, kita tak perlu hafal namun setidaknya kita pernah mendengar nama mereka. Maka jaman dulu kakek kita mengajarkan syi'iran yang menyebut nama-nama Nabi.
Kenapa kita perlu tahu?  Karena kita disunahkan memberi salam jika kita mendengar Nama Nabi diucapkan oleh seseorang.

Maka kalau mereka berpuasa, kita umat islam juga berhak untuk puasa. Dan untuk menyelisihi kaum Yahudi,  Nabi SAW memerintahkan :
“Berpuasalah pada hari ‘Asyura dan selisihilah kaum Yahudi dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.”

Jika engkau tidak bisa berpuasa tanggal 9, 10, dan 11 , maka engkau berpuasalah pada tanggal 9 dan 10 atau tanggal 10 dan 11 Muharram .Bila itupun tidak dapat,  maka berpuasalah pada tanggal 10.
Namun dalam riwayatnya Nabi belum sempat menjalani puasa tanggal 9 dan 11 karena beliau wafat.

2. 2. Hari Kasih Sayang

Muharram adalah bulan mulia,bahkan Nabi mengatakan bahwa tanggal 10 Muharram juga disebut Hari Kasih Sayang. Dan Nabi memperingati dengan berpuasa dan menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Anehnya disini ibu-ibu justru memperingati tanggal 14 Februari sebagai hari kasih sayang. Ini kekeliruan besar yang harus diluruskan.

Tidak ada salahnya kita mengadakan acara, mengundang fakir miskin dan anak yatim di masjid untuk diberi santunan. Tidak berarti ini riya, karena hal ini dalam rangka syi'ar agama , memberi contoh kepada yang lain agar mereka menirukan.

*3.Dzulqo'dah dan Dzulhijjah*

Dua bulan tadi adalah sejarah awalnya Ibadah Haji.

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ  ۚ  فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ

"Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan haji dalam bulan-bulan itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam haji..." (QS. Al-Baqarah 197)

3. 1. Syariat Haji

Haji itu waktunya sudah ditentukan pada musim haji yaitu bulan Dzulqo'dah dan Dzulhijjah, walaupun puncaknya hanya pada tanggal 8 sd 14 Dzulhijjah. Jadi cuma 7 hari. Namun karena semua orang harus melakukan ibadah pada waktu yang sama,  maka perlu penjadualan kedatangan dan pemulangan haji.
Saat ini daftar tunggunya saja sudah sampai 23 tahun. Sehingga akhirnya berangkat sudah tua sekali. Memang hal ini bukan ukuran keberhasilan, karena ada yang tua justru sehat dan yang muda sakit.

Pada saat haji kita dilarang untuk rafats , berbuat maksiat, dan bertengkar. Ini adalah miniatur awal agar baik,  maka tidak berarti bahwa setelah pulang lalu tidak dilarang.
Larangan ini sepulang haji tetap berlaku untuk menjaga kemabruran haji. Kita tak boleh berbantahan,  mestinya setelah haji dan telah melihat berbagai macam cara shalat akan menambah toleransi kita. Berbeda-beda tadi memang ada dasarnya masing-masing. Yang penting Syarat dan Rukun tidak salah.

3.2. Syariat Qurban.

Berikutnya dalam bulan ini ada Syariat ibadah qurban.
Allah SWT berfirman:

اِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah."
(QS. Al-Kausar Ayat 1- 2)

Mereka yang berkiblat pada ayat ini mengatakan qurban hukumnya wajib bagi yang lapang.
Tetapi mereka yang berkiblat pada hadits Rasulullah SAW ketika menyembelih dua ekor kambing pada hari ‘Id. Hukum Qurban adalah Sunah Muakkad.

Beliau berkata, " Ya, Allah! Sesungguhnya ini dariMu dan untukMu, kurban dari Muhammad dan umatnya...”

3. 3. Sejarah Qurban

3. 3. 1. Jaman Nabi Adam.

Dari sejarahnya qurban sudah ada sejak Nabi Adam a.s. Ketika Nabi Adam a.s mau menikahkan putera-puterinya mereka diminta berqurban. Putera-putera Nabi Adam a.s dalam berqurban diberikan pilihan dan yang diterima qurbannya boleh memilih isterinya. Ketika salah satu diterima qurbannya, maka yang lain iri dan terjadilah pembunuhan yang pertama. Kemudian turun syariat tentang perawatan jenazah.

3. 3. 2. Jaman Nabi Ibrahim

Qurban berikutnya pada jaman Nabi Ibrahim a.s. Riwayatnya karena ada nadzar atau janji. Nabi Ibrahim a.s ini perintis perdagangan di negeri Arab saat itu. Beliau memberikan makan gratis pada tamu-tamunya,  bahkan pernah sampai menyembelih 100 ekor onta. Beliau banyak dipuji sampai akhirnya beliau lupa bahwa yang berhak mendapat pujian hanya Allah SWT.  Nabi Ibrahim a.s sampai bernadzar bahwa jika punya anak dia sanggup mengorbankannya. Ini nadzar sebelum punya anak.

Ketika beliau punya anak,  kemudian Nabi Ibrahim a.s menjalani beberapa ujian. Salah satunya adalah meninggalkan isteri dan anaknya di suatu tempat sampai 12 tahun.
Mereka kemudian dipertemukan,  tapi kemudian beliau diingatkan oleh Allah tentang nadzarnya melalui mimpi 3 kali.

"Maka ketika anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.." (QS. As-Saffat 102)

3. 3. 3. Jaman Pra Islam

Qurban berikutnya terjadi sebelum Islam.  Ketika itu Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad ) bertugas sebagai siqoyah (Petugas pemberi minum kepada jama'ah). Pada suatu saat sumur mereka kering.  Kemudian muncul cerita tentang sumur zam-zam yang saat itu hilang karena pernah ditimbun.
Ketika kemudian mendapat petunjuk letak sumur zam-zam maka Abdul Muthalib mulai menggali.  Dia membayangkan jika anaknya banyak maka pekerjaannya ringan.
Abdul Muthalib berdo'a agar jika dia diberi anak laki-laki banyak (10) ,  dia bersedia mengorbankan salah satu anaknya.

Do'a Abdul Muthalib dikabulkan Allah, beliau mempunyai 10 anak putera dan 3 puteri. Dia diingatkan akan nadzarnya. Kemudian Abdullah yang terpilih untuk qurban. Namun atas saran Pendeta saat itu qurban itu diganti dengan 100 onta.
Maka qurban pada waktu pra islam juga berupa teguran.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK