Selasa, 23 Oktober 2018

Kajian Ahad AMM Banyumanik

Kajian Ahad AMM Banyumanik

TENTANG MUSIBAH

Tanggal : 12 Shafar 1440 H/ 21 Oktober 2018

Nara Sumber : Prof. Dr. H. Yusuf Suyono MA

Diantara pertanyaan orang-orang kepada Majelis Tarjih, ada yang menanyakan tentang banyaknya musibah pada akhir-akhir ini,  baik gempa bumi,  banjir ataupun tsunami. Ada da'i yang mengatakan bahwa itu karena dosa Pemimpin atau dosa rakyat itu sendiri, antara lain adanya LGBT dan kebebasan hidup tanpa ikatan, Perzinaan dan sebagainya sehingga diazab Allah SWT.

Pendapat dari Majelis Tarjih adalah bahwa ujian dari Allah itu selalu ada,  namun tidak selalu berupa kesengsaraan saja. Kesenangan juga ujian dari Allah. Jadi yang di Semarang, kita diuji dengan kesenangan. Nabi Sulaiman juga diuji dengan kesenangan, namun beliau berkata :

 فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ  ۗ  لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ  ۗ

".. Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya .."
(QS. An-Naml 40)

Kenikmatan adalah ujian apakah seseorang dapat bersyukur atau tidak. Tanpa ujian maka iman dan ketakwaan seseorang tak dapat meningkat,  bagaikan siswa bila mau naik tingkat maka dia diuji dulu.

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ  عَمَلًا   ۗ  وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ

"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun," (QS. Al-Mulk 2)

Tabiat manusia bila diuji dengan kesenangan dia akan senang dan tidak bersyukur,  maka dia tidak lulus. Bila diuji kesengsaraan dia merasa susah.

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗ    ۙ  فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ اَكْرَمَنِ
وَاَمَّاۤ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ  ۙ  فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ  اَهَانَنِ

"Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku."
(QS. Al-Fajr Ayat 15-16)

Lalu dijawab Allah SWT :

كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَ .وَلَا تَحٰٓ ضُّوْنَ  عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّـمًّا  وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

"Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan yang halal dan yang haram , dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr ayat 17-20)

Ujian kedua berupa kesengsaraan, bila dia dapat bersabar,  maka akan lulus. Ujian itu tanda kecintaan Allah. Kesenangan dan kesengsaraan itu pasti silih berganti dan dunia ini adalah tempat ujian.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya [HR Tirmidzi dan Ibnu Madjah]

Maka kita tak perlu iri bila ada orang yang hobi maksiat tetapi malah selalu mendapat kesenangan. Itulah yang disebut dengan istidraj (jebakan kelimpahan rejeki).

Hadits diatas memberi pengertian bahwa orang muslim yang mendapat musibah adalah orang yang dicintai Allah SWT. Apabila dia mendapat musibah maka dia membaca istirja (Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un).Juga sekaligus membaca Alhamdulillah,  karena dibalik musibah mesti ada sesuatu yang nikmat. Contoh,  kena musibah mobilnya tabrakan,  mobil penyok tapi dirinya selamat.

Abdullah bin Mas’ud –ra - berkata;

وقال عبدالله بن مسعود رضى الله عنه: الايمان نصفان نصف صبر ونصف شكر

“Iman itu terdiri dari dua bagian, separuhnya berupa kesabaran dan separuhnya berupa syukur.”

Jadi antara Sabar dan Syukur ibarat dua sisi dari mata uang. Selalu muncul bergantian antara Sabar dan Syukur.

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ  الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
الَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ   ۙ  قَالُوْۤا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
اُولٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ  ۗ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah Ayat 155 - 157)

Firman Allah SWT itu biasanya ditujukan kepada orang kedua dan Allah sebagai pihak pertama (mutakallim - pembicara).
Sedangkan orang kedua (mukhotob)  ada tiga tingkatan :
- orang awam, tidak tahu.
- ‎orang yang ragu-ragu (membantah)
- ‎orang yang ingkar
Dalam ayat ini digunakan dua huruf taukid untuk menguatkan ,  lam taukid ( لَامُ التَّوْكِيْدِ  )      dan nun taukid ( نُونَا التَّوْكيدِ ) artinya ini peringatan keras yang ditujukan kepada mukhotob yang ingkar.

Ayat tersebut juga menegaskan bahwa setiap manusia di dunia pasti kena musibah. Namun setelah kesengsaraan ada kesenangan.
Mereka yang marah-marah terhadap musibah tak akan mendapat apa-apa. Sedangkan mereka yang sabar akan mendapat pahala. Wajib meyakini bahwa dibalik musibah akan ada hikmahnya.

Allah SWT berfirman:

كُتِبَ عَلَيْکُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّـكُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 216)

Maka jika pasanganmu menjengkelkan, bersabarlah. Dengan bersabar pasti akan mendapat balasan lebih baik. Dibalik yang tidak disukai pasti ada kebaikan yang akan diperoleh kemudian. Ada hikmah disana. Belum tentu mereka yang pasangannya terlihat menarik itu akan menyenangkan mereka.

Ummu Salamah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

 مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)

Diharamkan untuk mengumpat bila terkena musibah dan diperbolehkan mengucapkan " inna lillahi wa inna ilaihi roji'un" bila ada musibah yang menimpa siapa saja, termasuk bila musibah itu menimpa orang kafir atau berdosa.
Seperti di Palu kemarin diperkirakan musibah terjadi akibat perbuatan dosa-dosa sebelum kejadian. Karena memang ada wasiat dari Rasul bahwa dosa-dosa adalah sumber dari azab Allah.

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia;..." (QS. Ar-Rum 41)

Lalu apakah kita diperbolehkan melakukan shalat Ghoib?  Shalat Ghoib hanya diperbolehkan bila diniatkan kepada kurban kaum muslim.

Diantara pelaku maksiat , mereka menolak campur tangan kita, ketika kita menegakkan nahi mungkar, alasan mereka itu hak mereka untuk minum-minum atau berbuat maksiat,  karena memakai uang mereka sendiri. Namun ketahuilah bahwa azab atau musibah yang dijanjikan Allah itu nanti tidak akan pandang bulu. Tidak hanya menimpa mereka yang maksiat saja.

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآ صَّةً   ۚ  وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al-Anfal  25)

Ketika azab diturunkan maka Tsunami tidak akan memilih apakah itu rumah maksiat atau masjid. Untuk menghindari azab,  kita diperintah untuk Amar Makruf Nahi mungkar sejak dini. Jangan sampai terlambat.

Berikut ini ada percakapan imajiner antara Ahmad,  takmir masjid dengan Jon,  Ketua Takmir.

"Jon, di desa kita ada warung jual miras. Ayo kita tindak!"
"Nggak usah. Yang penting jadi orang baik."

Sebulan kemudian.

"Jon, para pemuda mulai suka mabuk-mabukan di warung itu. Ayo kita tindak sebelum terlambat!"
"Buat apa? Lha wong mereka juga nggak ganggu kita, kok."

Sebulan lagi berlalu.

"Jon, sekarang warung itu dibangun tambah megah. Nggak cuma jual miras, sudah ada pelacurnya juga. Setengah penduduk desa sudah jadi pelanggan. Kalau kita tidak menindak sekarang, besok-besok kita nggak akan punya kekuatan lagi".

"Urus diri sendiri dulu, nggak usah ngurusin orang lain."

Setahun kemudian.

"Jon, desa kita sudah jadi pusat maksiat. Masjid mau dirobohkan. Kamu, sebagai ta'mirnya, juga akan diusir."
"Lho, lho. Kok gitu? Ya jangan gitu, dong. Ayo kita lawan mereka!"
"Sudah terlambat, Jon. Kita sudah jadi minoritas. Dulu saat mereka dengan getol menanamkan ideologi dan memperluas kekuasaan, kita cuma sekedar jadi orang baik. Ternyata itu tidak cukup."

Untuk melakukan nahi mungkar itu ada 3 kekuatan :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِّهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang yang tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Kelompok yang bergerak dengan kekuatan atau kekuasaan, yaitu umaro , dalam hal ini Polisi harus bergerak dulu. Kemudian kelompok kedua yang bergerak dengan lesan seperti Para ulama,  wartawan dan sebagainya. Kemudian yang paling lemah kelompok ketiga, rakyat yang tak setuju kemaksiatan , bergerak dengan do'a. Mereka harus bersatu padu melakukan nahi mungkar.

Ada yang berpendapat bahwa bencana seperti Tsunami itu adalah kejadian alam biasa. Ini aneh bila muncul dari bangsa Indonesia yang katanya religius. Memang benar ada kejadian alam,  tapi apakah alam bergerak sendiri?  Tentu tidak,  karena ada yang menggerakkan alam, yaitu Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

وَاِذَا الْبِحَارُ  فُجِّرَتْ

"dan apabila lautan dijadikan meluap," (QS. Al-Infitar 3)

Jelas ada yang membuat laut meluap. Tsunami itu bahasa Jepang, artinya laut meluap atau al-bihaaru fujjirot. Laut ditsunamikan, jadi ada yang membuat tsunami. Lalu siapa?
Orang Atheis , Agnostik dan Materialistik menganggap Tuhan itu seperti pembuat jam. Misal jam dibuat di Swiss,  setelah laku sampai Indonesia maka Pembuat jam di Swiss sudah tidak mengurusi lagi.

Padahal Tuhan tidak begitu. Allah itu menjaga terus ciptaannya.

يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ  يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗۤ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

"Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang lamanya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. As-Sajdah 5)

Allah SWT itu tidak menganggur setelah penciptaan,  Allah sangat sibuk.

يَسْئَـلُهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ  كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍ

"Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan." (QS. Ar-Rahman  29)

Maka dalam peristiwa tsunami,  lempeng bumi bergerak juga atas kehendak Allah.

Kelebihan Kita sebagai Umat Muhammad SAW adalah bahwa Allah SWT berjanji tak akan memusnahkan kita dalam bencana.

Satu hari Rasulullah SAW setelah shalat dua rakaat kemudian berdoa. Setelah selesai berdoa, Rasulullah SAW pun berkata:

"Aku telah memohon kepada Allah SWT tiga hal. Dari tiga hal itu, hanya dua hal yang Dia kabulkan sementara yang satu lagi ditolak. Tiga hal itu adalah:

1. Aku memohon kepada Allah SWT agar Dia tidak membinasakan umatku dengan musim paceklik yang berkepanjangan. Permohonanku ini dikabulkan oleh Allah SWT.

2. Aku memohon kepada Allah SWT agar umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti umat Nabi Nuh a.s.). Permohonanku yang ini pun dikabulkan oleh-Nya.

3. Aku memohon kepada Allah SWT agar umatku terbebas dari pertikaian sesama umat Islam.
Tetapi permohonanku yang ini telah ditolak oleh-Nya."

Allah SWT juga memberi jalan keluar kepada kita untuk menghindari tsunami,  menghindari musibah dan mendapatkan keberkahan.

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ  مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا  كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami , maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 96)

Dalam ayat tadi dikatakan "seandainya" penduduk bumi beriman dan takwa. Itu artinya tak terjadi, seperti jika kita mengatakan seandainya saya konglomerat, berarti pasti bukan konglomerat.

Jadi sebenarnya solusi untuk menghindari bencana sudah jelas,  yaitu kita beriman , bertakwa. Kemudian melakukan Amar makruf nahi mungkar dengan kerjasama tiga pihak : Umaro,  Ulama dan Rakyat.

Tantangan kita di Indonesia ini adalah kaum Atheis , Liberalis telah berkembang pesat. Mereka berpendapat bahwa bencana adalah peristiwa alam biasa,  tak ada campur tangan Allah. Mereka itu mendustakan ayat Allah.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 15 Oktober 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

NIKMAT YANG TERLUPAKAN

Tanggal : 5 Shafar 1440 H/ 14 Oktober 2018

Nara sumber :  Drs.H. Fachrur Rozi MAg

*Turunkan Tensi Kesombongan*

Ibnu Abbas adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat cerdas,  beliau berusia 9 tahun ketika Rasulullah wafat. Dia pernah dido'akan Rasul agar menjadi ahli agama dan do'a Rasul ini terkabul.  Bahkan Rasul pernah berpesan kepada Umar jika dia menemukan ayat yang tidak paham maknanya agar bertanya kepada Ibnu Abbas.

Pelajaran yang didapat adalah bahwa kita boleh belajar kepada siapa saja,  termasuk kepada anak muda kalau memang dia pandai.
Demikian juga jika kita memilih Pemimpin atau Imam Shalat tidak masalah meskipun berusia muda asal berkompeten.
Maka kriteria untuk menjadi Imam Shalat urutannya adalah :
- Yang fasih bacaannya.
- ‎Yang baik akhlaknya
- ‎Yang diterima oleh Kaumnya
- ‎Yang matang usianya.
Dalam hal ini usia ternyata bukan paling utama. Memang pada umumnya ketika tambah usia akan tambah zuhud,  tambah baik.

Manusia itu cenderung sombong karena merasa lebih. Karena merasa lebih tua dia merasa lebih baik. Karena merasa lebih lama tinggal di kampung dia merasa lebih baik. Karena merasa lebih senior di organisasi dia merasa lebih baik.
Ini keliru. Kita dapat belajar dari Perang Khondag,  ternyata bukan usulan Abu Bakar atau Umar yang diterima Rasul,  melainkan usulan Salman al Farisi yang merupakan orang baru masuk islam.

Maka yang paling bagus adalah bagaimana memanfaatkan semangat anak muda dan digabung dengan kebijakan orang tua. Anak muda boleh memberi nasehat kepada yang tua jika memang hal baik.
Maka kitapun memanfaatkan semangat anak muda kita untuk menjadi Sukarelawan menolong bencana ke Palu,  Donggala. Sementara yang tua memberi dukungan segala sarana.

Maka mari kita turunkan Tensi Kesombongan kita. Jangan merasa lebih pandai hanya karena lebih tua. Jangan merasa lebih tahu karena lebih lama tinggal di kampung. Jangan merasa lebih hebat karena merasa lebih dulu masuk organisasi. Belajarlah dari Rasul,  karena Rasul pun memerintah Umar untuk bertanya kepada Ibnu Abbas.

*Dua Nikmat yang Sering dilupakan*.

Ada dua kenikmatan yang pada umumnya membuat sebagian besar umat manusia tertipu,  tidak sadar bahwa hal itu adalah kenikmatan dari Allah. Manusia baru sadar kenikmatan itu ketika kedua nikmat itu mulai hilang.
Nikmat itu adalah *KESEHATAN* dan *KESEMPATAN*

Nabi SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari)

*Nikmat Kesehatan*

Manusia baru menganggap sehat itu nikmat ketika dia menderita sakit. Ketika bangun tidur kemudian membuka mata dan dapat melihat dengan jelas ternyata tidak banyak yang bersyukur dan kemudian mengucap :

“Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur”
(Segala puji bagi Alloh yang telah menghidupkanku setelah mematikanku, dan kepada-Nya-lah kami akan dibangkitkan).

Manusia baru ingat ketika kena sakit mata dan sulit membuka mata.
Gigi yang rutin kita pakai untuk mengunyah makanan juga tak pernah kita syukuri sebagai nikmat Allah. Baru kemudian ketika sakit gigi kita ingin agar nikmat sehatnya gigi dikembalikan.
Minuman teh hangat yang dihidangkan istri tak kita syukuri, bahkan masih protes,  terlalu manis.
Padahal dengan dapat merasakan manis itu berarti kita sehat,  karena ketika sakit semua terasa pahit.

Ketika sakit kita tak dapat membedakan rasa bakso-soto atau sop. Semua hanya terasa panas.
Ketika kita sakit tak dapat menikmati enaknya buah apel , mangga atau jambu. Tetapi anehnya kita baru memberi buah yang enak kepada tetangga kita ketika dia sakit dan diopname di rumah sakit. Ketika tetangga kita sehat malah tak pernah kita kirimi buah yang enak.
Padahal perintah untuk berbuat baik kepada tetangga itu setiap saat :
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)

*Introspeksi Diri*

Allah SWT berfirman:

وَفِيْۤ اَنْفُسِكُمْ ۗ  اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

"dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Az-Zariyat 21)

Kita diperintahkan untuk "bercermin", melihat diri kita sendiri dengan mata hati kita betapa luar biasa nikmat Allah yang diberikan.
Mulai dari sirkulasi darah di seluruh tubuh kita yang mengalir karena dipompa jantung. Luar biasa,  sistem itu kemudian ditiru manusia sebagai piston dalam mesin mobil.

Kita perhatikan hal kecil,  rambut dikepala kita misalnya,  ada rambut dan ada alis. Sama-sama rambut tapi karakternya beda. Yang satu tumbuh terus yang lain,  alis tidak tumbuh.
Bayangkan jika alis tumbuh,  pasti sangat mengganggu pandangan mata. Fungsi keduanya memang beda karena alis untuk melindungi mata. Namun kembali manusia sering aneh,  alis yang tidak tumbuh malah dikerok habis. Ini namanya tidak mensyukuri nikmat.

Tangan kita ini luar biasa karena mudah ditekuk. Pernah kejadian anak SMA lulus sekolah lalu ngebut dengan motor. Terjadi kecelakaan dan tangan sulit ditekuk. Untuk bisa pulih harus operasi dengan biaya yang mahal.

Itu semua adalah nikmat yang menipu. Ketika kita sehat kita sama sekali tak sadar dan tak mensyukuri nikmat kesehatan.

*Jangan suka Mengeluh*

Manusia itu dikenal sebagai suka mengeluh.

اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا

"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh." (QS. Al-Ma'arij  19)

Bayangkan,  ketika bangun tidur Bukannya bersyukur tapi malah mengeluh : " Aduh ...badanku sakit semua rasanya ..."
Apanya yang sakit?  Apakah mata,  mulut,  telinga,  hidung sakit?  Mungkin pinggang sakit gara-gara tidur tidak ditempat biasa.
Yang sakit hanya pinggang tapi yang dikeluhkan sakit semua. Ini mengingkari nikmat Allah.

Manusia itu suka mengeluh. Dia diberi nikmat tidak bersyukur. Namun jika ada sedikit nikmat dicabut maka keluhannya seolah semua nikmat dihilangkan.
Kalau dilanjutkan,  bahwa seorang suami bekerja keras mencari nafkah diberikan pada isteri. Tetapi ketika melakukan sedikit kesalahan maka isteri mengomelnya luar biasa.
Ini berlaku timbal balik,  banyak juga suami yang tak menghargai kebaikan isteri.

Maka jika kita pernah menderita sakit,  bagi orang mukmin itu adalah kenikmatan juga karena memberi kesempatan kepada kita untuk banyak istighfar dan dosa kita diampuni. Mungkin bisa jadi ketika sehat kita jarang istighfar.

*Ketika Tua dikembalikan seperti awal kejadian*

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ  اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
(QS. Ya-Sin 68)

Ketika umur kita bertambah, kita akan merasa bahwa kondisi fisik kita yang pada saat muda itu kuat,  sekarang sudah lemah.

Pengalaman pribadi,  ketika muda jadi Pembimbing haji dan ada jama'ah yang hilang maka kita masih kuat dan rajin untuk mencari. Namun kemarin,  karena kaki sakit , meski badan sehat sudah tak mampu lagi mencari jama'ah hilang. Akhirnya kita pasrah berdo'a minta bantuan Allah dan alhamdulillah jama'ah yang hilang ditemukan.

Ketika usia menjadi tua , dampaknya tak selalu pada fisik saja. Sebagian orang ternyata menjadi pikun (lemah ingatan). Ada kisah jama'ah lain yang  punya riwayat hilang beberapa kali,  karena memang pikun.
Dengan memanfaatkan jaringan Pembimbing haji kita bisa saling minta tolong dan jama'ah tadi ketemu setelah 3 hari hilang.
Menurut pengakuannya dia dolan ke rumah temannya. Namun orang yang menampung dirinya tidak pernah merasa kenal dengan dirinya. Dia hanya sekedar menolong jama'ah hilang.

Belum lagi tentang kisah jama'ah lain yang bingung :
- Ada jama'ah yang ketika di asrama Donohudan mencari becak,  mau pulang ke Semarang. Untung bisa dibujuk untuk naik pesawat.
- ‎Ada jama'ah ketika di Mekkah minta dicarikan bis,  mau pulang ke Solo.  Dia mungkin merasa di Semarang.
- ‎Ada jama'ah yang gembira diberi uang 80 real. Tetapi dia kehilangan uang 500 ribu rupiah. Kalau ini jelas jama'ah tertipu.

Itu semua kisah nyata untuk pembelajaran tentang nikmat Allah.
Betapa hebatnya kesehatan fisik,  akal dan jiwa kita. Ketika tubuh kita masih kuat,  ingatan masih kuat kita tidak merasa hal itu adalah nikmat Allah. Kita baru sadar ketika usia tua dan kehilangan tubuh sehat dan ingatan yang kuat.

Maka kita diajari untuk berdo'a
“Allahumma ‘afini fi badani".
(Ya Allah, sehatkanlah badanku)

Dan jika diantara kita ada yang diberi kesempatan untuk tinggal bersama,  merawat orang tua atau mertua maka hendaklah dirinya meningkatkan kesabarannya. Orang tua menjadi pikun itu hal yang wajar namun mudah-mudahan kita terhindar darinya.

*Bagaimana Rasulullah menjaga Kesehatan?*

Ada beberapa cara yang dilakukan Rasulullah dalam menjaga kesehatan.

1. Riyadoh (Olah Raga).

Di masa mudanya Nabi Muhammad giat berolah raga. Ada tiga macam olah raga yang dilakukan Nabi Muhammad,  yaitu : Berkuda , Memanah dan Gulat. Bisa jadi Khabib Nurmagomedov , juara UFC itu mengidolakan Nabi Muhammad pada saat itu.

Di usia senja ketika di Madinah, beliau tetap berolah raga berkuda atau jalan kaki. Beliau jalan kaki dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba pulang pergi, jadi kira-kira 7 KM. Beliau berolahraga bersama isteri beliau Aisiyah.

2. Bangun sebelum Subuh.

Rasul selalu istirahat setelah shalat Isya apabila tak ada acara tertentu dan kemudian beliau selalu bangun sebelum subuh untuk shalat malam.

3. Tidak makan kecuali lapar,  berhenti makan sebelum kenyang.

Muqauqis penguasa Mesir mengirim seorang tabib ke Madinah sebagai tanda persahabatan. Tabib ini bertugas mengobati penduduk Madinah. Dua tahun ia tinggal di Madinah, tapi ia tidak menjumpai seorang pun berobat kepadanya, hingga dia menanyakan ke Nabi, kok bisa….?

“Penduduk Madinah tidak ada yang sakit.” jawab Nabi SAW

“Bagaimana cara seluruh penduduk sehat?”.

Rasulullah SAW menjawab, “Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum lapar. Jika makan, kami melakukannya tidak sampai kenyang".

Salah satu sumber penyakit adalah karena tidak dapat mengendalikan isi lambung.

*Nikmat Kesempatan*

Allah memberikan kesempatan kepada kita,  namun sering kita lalaikan. Kadang kita diajak untuk berbuat kebajikan,  apakah itu mengikuti pengajian atau mungkin mengunjungi teman sakit,  namun kita memilih untuk menunda pekan depan. Kenyataan yang terjadi pekan depannya tak ada kesempatan itu lagi. Mungkin ada acara lain atau malah orang yang mau dijenguk sudah sembuh.

Ketika ada kesempatan iedhul fitri kumpul keluarga,  segera laksanakan. Belum tentu kesempatan silaturahim bisa diulang. Jangan sampai menunda-nunda maksud baik,  karena itu adalah nikmat kesempatan yang diberikan.

Kesempatan sering diabaikan,  bahkan kesempatan hidup sering diabaikan. Jangan sampai seseorang menunda-nunda untuk shalat jama'ah di masjid,  karena bisa jadi keduluan dia harus masuk masjid untuk dishalatkan.

Jangan sampai kelak kita menyesal dan berkata :

ُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرٰبًا

yaa laitanii kuntu turoobaa
(Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.) (QS. An-Naba'  40)

Dengan tetap menjadi tanah meskipun diinjak-injak, namun kelak tak perlu bertanggung jawab.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 07 Oktober 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad SENDANG GEDE

Dr.Drs. H. Rozihan SH, MAg

27 Muharram 1440 H / 7 Oktober 2018

KARUNIA ILMU & HARTA

*Karunia Allah*

Ada beberapa karunia dari Allah SWT seperti Petunjuk, Naluri,  Ilmu,  Harta, Iman.
Semua orang diberi Petunjuk, berupa Naluri. Misalnya kalau lapar maka nalurinya mencari makan. Jika mendapat serangan atau ancaman berusaha menghindar. Itu naluri yang sama dan dipunyai oleh semuanya.
Namun terkait Petunjuk atau Hidayah keimanan tidak diberikan kepada semua orang.
Terkait dengan Ilmu dan Harta atau Kekayaan diberikan Allah kepada mereka yang mau dan berusaha mendapatnya. Jika tidak mau maka tidak diberi oleh Allah.

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰٮهُمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ  ۗ  وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗ  وَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَآءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗ  وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْـتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ

"Bukanlah kewajibanmu Muhammad menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka kebaikannya untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi pahala secara penuh dan kamu tidak akan dirugikan." (QS. Al-Baqarah 272)

*Petunjuk itu dari Allah*

Manusia tak dapat memberi Petunjuk kepada orang lain. Orang tua tak dapat memberi petunjuk kepada anaknya. Sejarah kemanusiaan  membuktikan bahwa Nabi Nuh tak dapat memberi petunjuk kepada anaknya , sehingga anaknya menjadi sesat.

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ  اَحْبَبْتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ

"Sungguh, engkau Muhammad tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki..." (QS. Al-Qasas 56)

Nabi Muhammad ternyata tak dapat memberi petunjuk kepada Paman yang dikasihinya.
Maka jika kita memberi Petunjuk atau nasehat kepada siapapun tak perlu ngotot, karena memang kita tak diberi kemampuan untuk meyakinkan seseorang. Petunjuk atau hidayah itu wewenang Allah.

Ketika kita menasehati anak itu adalah usaha kita agar anak tidak tersesat. Disamping usaha kita perlu untuk mendo'akan anak.
Nabi mengajarkan kepada kita untuk mendo'akan anak sebagai berikut :

اللهم بارك لي في أولادي واحفظهم وارزقهم ولا تضرهم ووفقهم لطاعتك وارزقنا برهم…

Allahumma barik li fi auladi wahfadhum warzuqhum wa la tadhurrahum wawaffiqhum litho’atik warzuqna birrohum…

Artinya :
“Ya Allah berkatilah aku dalam urusan anak-anak ku, mohon jagalah mereka, anugerahi mereka, jangan lah Engkau murka pada mereka, berilah taufiq agar mereka taat kepada Engkau, dan anugerahi kami atas bakti mereka…”

Dalam surat Al Ahkaf ayat 15 juga dikatakan kita tak punya apa-apa dan tak bisa apa-apa. Karena ketika manusia lahir tak bisa apa-apa.
Maka kita diajarkan berdo'a :

... رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰٮهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ     ۗ  ۚ  اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

... robbi auzi'niii an asykuro ni'matakallatiii an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shoolihan tardhoohu wa ashlih lii fii zurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal-muslimiin

"Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.".(QS. Al-Ahqaf  15)

Ada orang diberi nikmat tetapi tak tahu kalau itu nikmat bahkan menyalah-gunakan nikmat. Buktinya ketika tak punya uang dia mengeluh,  padahal dia diberi nikmat berupa kesehatan.
Bukankah sehat itu lebih baik daripada punya uang?
Maka tidak mudah untuk mensyukuri nikmat, kita perlu berdo'a untuk itu. Tidak hanya kepada diri sendiri tapi juga minta agar terhadap orang tua diberi kemampuan bersyukur.

Bayangkan ketika orang tua kita berusia lanjut,  maka akan seperti anak kecil lagi. Emosinya tinggi dan merasa dirinya yang paling benar.
Ini sudah disebutkan dalam Al Qur'an :

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ  اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
(QS. Ya-Sin 68)

Maka yang muda harus minta kekuatan untuk bersyukur, orang muda harus sabar agar dapat melayani orang tua. Tentu saja ini tak mudah.

Dengan sabar dan shalat kita minta pertolongan Allah. Memang Sabar dan Shalat yang khusyuk itu suatu hal yang berat, tetapi harus diusahakan.

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ۗ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ

"Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Dan sabar dan sholat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (QS. Al-Baqarah 45)

Bukti bahwa shalat itu berat, ketika shalat kita sulit khusyuk, pikiran melayang kemana-mana.
Dengan doa kita meminta agar anak kita sholeh. Sholeh itu meliputi semua kebaikan.

*Berbuat baik dengan Harta, Kekayaan dan Ilmu*

Karunia Allah ada dua,  harta atau kekayaan dan ilmu. Namun kedua hal itu diberikan kepada mereka yang mengusahakan. Harta tak sama dengan Kekayaan. Harta itu tidak selalu uang. Harta atau Kekayaan termasuk kesehatan kita, anak yang sholeh termasuk Kekayaan.

Ketika kita berbuat baik dengan harta, misal menolong orang dengan harta kita maka kebaikan itu untuk diri kita sendiri. Demikian juga jika melakukan kejahatan kepada orang lain, maka kejahatan itu untuk diri kita sendiri.

Karunia berupa harta dan ilmu hanya diberikan kepada yang mengusahakan.  Maka ada beberapa kondisi kepemilikan karunia.

*1. Diberi harta dan ilmu.*

Ini adalah orang yang beruntung. Dia tahu maksudnya harta itu untuk apa. Dia tahu harta sebagian untuk disimpan,  sebagian untuk dibelanjakan dan sebagian untuk sedekah. Dia itu berjalan diatas bumi dengan rendah hati , tidak sombong.

Bila punya uang tak punya ilmu akan sombong, contohnya Fir'aun.
Orang tak punya ilmu ibarat burung beo,  selalu mengucap sesuatu tapi tak faham maksudnya.

Orang berilmu selalu berusaha mencari faham. Ketika shalat dia faham maknanya, faham yang diucapkan. Maka ketika shalat kita tidak faham 100% , kita diberi kesempatan untuk menyempurnakannya dengan mengerjakan shalat sunah qabliyah dan bakdiyah.

Orang berilmu dan punya harta , dia tahu bahwa uang adalah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan.
Bagaimana uangnya, diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa ,  ada manfaatnya atau tidak. Tidak semua barang dibeli olehnya.

ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ

"kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan yang megah di dunia itu". (QS. At-Takasur 8)

Orang berilmu itu rendah hati dan menebarkan salam (keselamatan).

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ  هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina , mereka mengucapkan, salam," (QS. Al-Furqan 63)

Jika dia berbuat baik tidak dipamerkan karena dia tahu bahwa yang dikerjakan masih belum banyak. Beda dengan orang tanpa ilmu, dia senang memamerkan amalannya.

Berbuat baik itu tidak harus paling banyak, tetapi berbuat baik yang terbaik. Seperti kita lihat dalam ayat:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ  عَمَلًا   ۗ

"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya...,"
(QS. Al-Mulk 2)

Kehidupan ini adalah ujian. Maka tiap orang pasti punya masalah. Namun masalahnya berbeda-beda. Maka orang Jawa mengatakan bahwa kehidupan itu : "Wang-sinawang".

Allah memberikan ujian sesuai kemampuan. Bagi yang kaya diperintah sedekah harta. Lalu bagaimana orang miskin bersedekah?  Kepada orang miskin diberi karunia bahwa dengan mengucap Tasbih,  Tahmid dan Tahlil itu bernilai sedekah.

Orang berilmu jika dikritik dia menjawab dengan sabar. Karena menasehati orang bodoh itu memang sulit. Maka membutuhkan kesabaran. Bila tidak sabar hanya akan jadi perdebatan.
Bila orang berilmu maka dia mudah mencerna nasehat, karena dia mudah faham. Bahkan Allah juga membedakan antara orang berilmu dan tidak.

... قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ  اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ

"... Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar 9)

Maka orang berilmupun akan mencari ibadah yang efektif,  usaha sedikit namun nilainya banyak.
Belum tentu yang terbanyak amalnya itu yang paling baik , kita tak tahu siapa yang amalnya terbaik. Namun hanya orang berilmu bisa memilih amalan terbaik.

*2. Diberi Ilmu tanpa Harta.*

Punya ilmu tak punya harta,  namun
dengan ilmu dia menciptakan kreativitas dan idealisme akan tumbuh dan menjadi rujukan.
Bila punya sedikit uang dia berusaha mengembangkan uangnya. Mungkin dengan membuka usaha atau jasa.

Contoh orang berilmu tapi tak punya harta adalah Nabi Musa. Ilmu yang diperoleh Nabi Musa tentang api yang dapat jadi penerang dan penghangat.

اِذْ قَالَ مُوْسٰى  لِاَهْلِهٖۤ اِنِّيْۤ اٰنَسْتُ نَارًا ۗ  سَاٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِخَبَرٍ اَوْ اٰتِيْكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ  لَّعَلَّكُمْ تَصْطَلُوْنَ

"Ingatlah ketika Musa berkata kepada keluarganya, Sungguh, aku melihat api. Aku akan membawa kabar tentang itu kepadamu, atau aku akan membawa suluh api (obor) kepadamu agar kamu dapat berdiang." (QS. An-Naml  7)

Meskipun Musa pandai,  namun Allah menyampaikan bahwa diatas orang pandai selalu ada yang lebih pandai. Maka Nabi Musa diperintah untuk belajar ilmu hikmah kepada Nabi Khidir. Maknanya adalah untuk terus menerus mencari ilmu dan jangan sombong.

*3. Diberi Harta tanpa Ilmu.*

Harta tanpa ilmu rapuh karena tidak bisa memanage, akhirnya terjadi kesombongan dan kikir.
Contoh misal orang mau haji tetapi menjual rumahnya,  ini keliru karena hartanya akan habis. Dia tak mengelola hartanya.

Akibat lain karena tak punya ilmu dan ingin hartanya tak berkurang,  dia menjadi kikir. Kemudian dia akan mengajari orang lain untuk kikir.

Allah SWT berfirman:

.... اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرَا
الَّذِيْنَ يَـبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ  ۗ  وَ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا

".. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan." (QS. An-Nisa' 36-37).

*4. Tidak punya Harta dan Ilmu.*

Orang yang celaka , orang yang paling rendah derajatnya susah menjalani kehidupan,  bodoh dan miskin. Kebodohan dan kemiskinan itu bukan takdir, melainkan karena kemalasan tak mau usaha.

... اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا  بِاَنْفُسِهِمْ ۗ

"... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.." (QS. Ar-Ra'd 11)

Perintahnya adalah mengubah cara berfikir. Artinya dia harus mau berusaha karena orang yang lemah tidak disukai oleh Allah.

*5. Punya Harta, punya Ilmu dan Iman*

Orang yang punya ketiganya : Harta,  Ilmu dan Iman akan mulia. Adapun yang punya Harta,  Ilmu tapi tak punya Iman akan celaka.
Harta dan ilmunya akan menjadi Perhiasan yang mencelakakan.

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗ     فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ اَكْرَمَنِ
وَاَمَّاۤ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ  ۙ  فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ  اَهَانَنِ

"Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku."
(QS. Al-Fajr 15-16)

Padahal orang harus memanfaatkan semua potensinya secara optimal. Untuk mencapai kemuliaan , orang harus kerja keras.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK