Senin, 25 Maret 2019

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

KAJIAN AHAD MUHAMMADIYAH BANYUMANIK

JIHAD ITU PERLU SERIUS

Dr. dr. H. Masrifan Djamil MMR, MPH

17 Rojab 1440 H/ 24 Maret 2019

Allah SWT berfirman:

سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

"Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff  1- 3)

Mengapa saat ini banyak anak muda berani melanggar aturan,  padahal dia tahu tentang hal itu ? Ada anak muda yang jelas memakai jilbab tetapi dia berani berpacaran di muka umum. Mungkin mereka menganggap bahwa jilbab itu hanya sekedar mode, karena memang 100% mahasiswi ditempat saya mengajar itu berjilbab semua.

Memakai jilbab sudah bagus, tetapi sayang pembelajarannya kurang. Di fakultas itu kuliah agama cuma satu semester. Mungkin mereka mendapat pelajaran agama di SMP dan SMA,  tapi terputus-putus tidak nyambung. Apalagi jika mereka tak pernah sekolah madrasah,  sudah pasti pelajaran agamanya kurang. Ini masalah kita saat ini, kita khususnya generasi muda tidak mendalami agama.

Padahal Allah SWT sudah mengingatkan agar kita disiplin,  teratur seperti sebuah bangunan yang kokoh.

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَا تِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَ نَّهُمْ بُنْيَا نٌ مَّرْصُوْصٌ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."
(QS. As-Saff 4)

Kenyataan kita ini semakin hari semakin terpecah-belah. Padahal di masa kini perjuangan akan semakin berat dan persaingan makin keras. Bagaimana kita akan menyiapkan anak-anak kita?
Mengapa umat lain, orang Tiong Hoa lebih sukses dari pada kita.?
Mengapa ada 1% orang Indonesia menguasai 55,4 % perekonomian ? Itu hal yang luar biasa, mengapa mereka bisa sukses?
Itu semua karena mereka "berjihad" lebih serius dalam menghadapi kehidupan. Mungkin mereka tak tahu ayat di atas,  tapi mereka mempraktekkan proses secara serius dan teratur.

Kebetulan saya ketemu mereka dan mereka berkata bahwa seharusnya umat islam itu bisa lebih sukses.  Lhoh kok bisa?
Dia menjelaskan ada tiga sebab yang seharusnya mengakibatkan umat islam sukses :
1. Umat islam bangun tidur diawali dengan do'a, lalu shalat.
2. ‎Pada waktu dhuha umat islam melaksanakan shalat dhuha,  yang dapat melancarkan rejeki.
3. ‎Orang islam diperintah untuk  jihad atau bersungguh-sungguh.

Tak perlu heran mereka juga mengenal istilah Shalat Dhuha karena memang bergaul dengan umat islam. Mari kita renungkan ucapan orang Tionghoa yang saya temui ini. Dia mengatakan kunci sukses : Do'a secara umum dan khusus serta Usaha yang serius.
Kita umat islam berdo'a , shalat juga banyak,  tetapi kunci yang ketiga pelaksanaannya tidak serius. Beda dengan mereka, mereka selalu serius dalam jihad mereka. Mereka juga berdo'a dengan cara mereka.

Ada sebuah rumah makan milik mereka yang tak perlu disebut nama. Mereka membuka cabang dan melihat peluang, bahwa banyak warung kopi malam hari.  Akhirnya  mereka membuat cafe kecil di Rumah makannya,  jual roti dan kopi. Ternyata sangat laris karena mereka serius dalam bekerja,  rasa dan tampilannya hebat. Sukses di cafe, mereka berani menyewa tempat di Transmart, padahal sewanya mahal. Tetapi mereka sudah menghitung semuanya.  Semua digarap serius sampai ke mebel,  menu,  layanan semua kelas premium.

Mereka berjuang tidak main-main,  tidak kecil-kecilan. Perhatikan saja pabrik sabun, hotel kemudian ada lagi Pabrik rokok. Bapak semua yang perokok telah menyumbang Pabrik Rokok sehingga sekarang mereka mampu membuat hotel di dekat Taman Diponegoro , Semarang.
Kita umat islam ini semestinya jadi kunci sukses,  karena jumlahnya banyak. Namun ada satu hal yang belum kita punyai yaitu Keseriusan atau Profesionalisme.

Di Palembang ada pembangunan LRT,  namun sayang tiap bulan rugi operasional. Ini adalah contoh ketidak seriusan kita dalam perencanaan. Mungkin tidak ada dalam berita tapi ini nyata.  Maka perlu bagi kita untuk punya jaringan medsos. Tidak semua yang di medsos itu hoax. Kadang banyak hal benar ada di Medsos yang di Media tak ada.

Contohnya ada pabrik di Sulawesi Tenggara yang begitu ketatnya dijaga sampai tak bisa dimasuki Pemda untuk diperiksa. Padahal kalau menurut aturan kan harus diperiksa misal amdalnya dan sebagainya. Namun bukan itu point yang ingin kita sampaikan , ternyata mereka malah menerapkan apa yang diperintah oleh islam :

فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَ نَّهُمْ بُنْيَا نٌ مَّرْصُوْصٌ

"fii sabiilihii shoffang ka`annahum bun-yaanum marshuush"

Mereka berusaha dengan serius untuk rapi dan terorganisir.
Ketika kita mandi,  mungkin tak pernah berfikir bahwa sabun yang kita pakai,  pasta gigi yang kita pakai, deodorant yang kita pakai, tak satupun dimiliki oleh umat islam.

Ketua IPHI yang kebetulan adalah Dirut sebuah BUMN berencana membuat produk-produk untuk kebutuhan rumah tangga.
Dia cerita karena BUMN usahanya banyak,  punya 26 gerai toko. Namun itu tak lepas dari ancaman. Dia didatangi konglomerat dan dibujuk kerjasama melepaskan usahanya untuk dikelola mereka , nanti bagi hasil . Usulan ini ditolak.
Demikian pula ketika membuat produk lain,  juga didatangi mau dibeli.  Kenapa?  Supaya tidak jadi pesaing.

Umat islam ini sulit untuk diubah preferensi produk yang dipakai. Kalau sudah memakai, sulit untuk diajak pindah memakai produk umat. Padahal kualitas sudah bagus.  Maka perjuangan untuk membuat Produk buatan umat perlu kerjasama yang kuat. Jika Muhammadiyah punya Jaringan Saudagar, maka IPHI akan membuat jaringan Juragan. Ini baru akan mulai bergerak untuk meluncurkan 36 item produk.
36 Produk ini sudah ada tapi tak bisa masuk pasar, ditolak mereka karena potensi jadi saingan.

Banyak produk mati di pasar antara lain Air mineral dan gula. Padahal itu produk BUMN. Apalagi jika hanya milik perorangan pasti gampang dihabisi. Namun ada pengusaha yang justru berhasil memasarkan produk umat ini ke Timur Tengah. Disana tak ada monopoli. Mudah-mudahan akan berhasil kerjasama dengannya,  dan produk umat ini akan dilabeli Haji ditawarkan ke umat,  mudah-mudahan berhasil. Kualitas tidak kalah dan akan dibuat patentnya. Kalau kita ingin sukses memang harus menyiapkan segalanya dengan serius,  jangan sampai terjadi seperti LRT Palembang.

Kemudian Surat As Saff ayat 10 sampai 13 membahas tentang janji Allah yang perlu kita usahakan agar kita menjadi Pemenang.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَا بٍ اَلِيْمٍ

"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?" (QS. As-Saff 10)

Yang diseru hanya orang beriman , bukan semua orang. Sebagai orang beriman kita ini wajib meyakini hal-hal yang bersifat takdir , bersifat "given".

Kita ini wajib bersyukur jika punya anak atau cucu lahir sehat dan lengkap. Karena ada hal-hal yang dokter juga tak tahu ketika bayi belum lahir. Misalnya saja ada bayi yang ternyata tak bisa minum susu ibunya. Penyakit ini namanya Intoleransi Laktosa. Penyebabnya adalah karena bayi ini tidak diberi satu enzym saja oleh Allah. Jadi bayi ini tidak lengkap.

Allah SWT berpesan kepada kita yang beriman :

تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَ مْوَا لِكُمْ وَاَ نْفُسِكُمْ ۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ۙ

"Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui," (QS. As-Saff 11)

Kita wajib beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah. Hambatannya ternyata banyak, ada yang meragukan. Ada yang bertanya apakah Al Qur'an ini asli?  Bukankah Al Qur'an ini ditulis oleh Usman bukan oleh Rasulullah? Bukankah Usman saat itu Kepala Negara dan dia bisa mengatur Al Qur'an?

Pertanyaan ini bahaya karena bisa menggoyahkan iman , maka harus diketahui bahwa pada saat Nabi mendapat wahyu itu dicatat.
Ada lima pencatat wahyu saat itu. Ketika Usman bin Affan menyusun Al Qur'an,  mereka itu masih hidup semua. Ali bin Abi Thalib , Muawiyah, Ibnu Abbas yang hafal Al Qur'an masih hidup dan itu dikumpulkan semua mengawasi penyusunan Al Qur'an.

Ketika Al Qur'an selesai dikumpulkan, kemudian yang lain yang tidak penting dibakar. Agar tidak membuat kebingungan. Ini menunjukkan betapa cerdasnya para sahabat. Maka banyak sekali pujian kepada generasi sahabat.
Mereka para sahabat selalu shalat jama'ah di masjid. Kita ini untuk terus berjama'ah lima kali dalam sehari di masjid belum berhasil. Padahal hanya imam Syafi'i saja yang tidak mewajibkan shalat jama'ah di masjid.

Perintah selanjutnya adalah jihad dengan harta. Betapa hebatnya semangat untuk berinfak dikalangan para sahabat.
Umar bin Khattab r.a berkata:
“Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah SAW bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’.

Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah SAW lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)

Luar biasa sekali,  kita belum apa-apa dibandingkan mereka.
Alhamdulillah bahwa sekarang sudah banyak yang mulai paham pentingnya infaq shadaqah.
Alumni HMI membuat masjid di Sampangan,  kemudian ada rencana jalan dilebarkan dua meter, tentu tempat parkir akan habis. Akhirnya dibentuk panitia untuk mencari dana penyelamatan masjid. Hasilnya memang luar biasa,  semangat untuk menyumbang masjid ada yang menyumbang 5 juta,  10 juta sampai 50 juta.

Pesan yang tersirat dalam ayat adalah agar kita ini selalu berusaha melakukan amalan yang terbaik.
Tentang shalat yang terbaik adalah berjama'ah di masjid,  maka kalau bisa seorang isteri mengingatkan suaminya yang ketika ada adzan dia masih di rumah,  belum berangkat ke masjid.

Selanjutnya Allah SWT menjanjikan imbalan berupa ampunan dosa dan memasukkan ke Surga.

يَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ۙ

"niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam Surga 'Adn. Itulah kemenangan yang agung," (QS. As-Saff  12)

Di Surga, keluarga yang beriman akan dikumpulkan kembali. Orang-orang sholeh juga akan dipertemukan dengan kawan-kawan yang sholeh. Adapun kedudukan yang tertinggi adalah mereka yang mati syahid seperti kurban penembakan di New Zealand.

Selanjutnya Allah SWT berfirman:

وَاُخْرٰى تُحِبُّوْنَهَا ۗ نَصْرٌ مِّنَ اللّٰهِ وَفَـتْحٌ قَرِيْبٌ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ

"dan ada lagi karunia yang lain yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin." (QS. As-Saff  13)

Ada kalimat yang sering dipinjam oleh Muhammadiyah : "nashrum minallohi wa fat-hung qoriib"
Kalau kita semua taat, maka Allah menjanjikan kemenangan. Janji Allah SWT pasti benar,  namun sampai sekarang ini kita belum mendapatkan kemenangan itu.
Ada pabrik tak boleh dimasuki oleh Pemerintah Daerah,  padahal ada di lokasi kita. Dan banyak lagi kekalahan-kekalahan kita,  seperti diuraikan di atas.  Namun kita diminta untuk menggembirakan kaum Muslimin.

Maka marilah kita selalu berusaha dan meningkatkan do'a. Ada surat yang diinginkan oleh Rasulullah agar kita semua membaca dan menghafalnya yaitu : Surat Al Mulk.
Fadilahnya, tentu akan membuat Rasulullah senang dan selain itu untuk menghindarkan siksa kubur.

Namun seperti dimuka tadi,  do'a tak cukup tanpa jihad. Terjemahan yang paling baik untuk saat ini kata jihad adalah bersungguh -sungguh meraih ridha Allah.  Maka bagi pemuda yang masih sekolah , jihadnya adalah belajar sungguh-sungguh.
Kita juga bisa mencontoh orang barat. Mereka kalau ditugasi akan menjawab :  "I will do my best".
Penting bagi kita untuk menjaga semangat, jangan sampai "nglokro". Peluang hanya akan muncul bila kita sungguh-sungguh.

Rasulullah SAW mengajarkan do'a yang sangat hebat kepada kita :

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

“Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini. Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami” (HR Tirmidzi dan Hakim).

Do'a tersebut sangat lengkap,  isinya :

1. Memohon diberi rasa takut kepada Allah yang dapat menghalangi perbuatan maksiat.
2. ‎Memohon ketaatan kepada Allah agar masuk ke surga.
3. ‎Memohon keyakinan yang  meringankan segala musibah.
4. ‎Memohon kenikmatan pendengaran , penglihatan dan kekuatan.
5. ‎Memohon menjadikannya sebagai warisan.
6. ‎Memohon balasan atas orang-orang yang menganiaya.
7. ‎Memohon pertolongan terhadap orang yang memusuhi.
8. ‎Memohon jangan ada musibah dalam urusan agama.
9. ‎Memohon jangan menjadikan dunia ini sebagai hal terbesar.
10. ‎Memohon jangan sampai orang yang tidak menyayangi islam menjadi Pemimpin.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

#SAK

Sabtu, 16 Maret 2019

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

KAJIAN AHAD MUHAMMADIYAH BANYUMANIK

MENJAGA KEIMANAN

KH. Drs Gunarto Muchsin

3 Rojab 1440 H/ 10 Maret 2019

Menjelang kenabian dari Nabi Muhammad SAW keadaan di Arab pada waktu itu disebut Jahiliyah. Kondisi ini tidak berarti mereka tak dapat menulis, bahkan dapat dikatakan bahwa Arab pada saat itu sudah maju baik di bidang Politik Pemerintahan maupun Kehidupan Perekonomian,  mereka sudah mengenal perdagangan sampai menembus negara lain,  seperti dikisahkan dalam Surat Quraisy.

لِاِيْلٰفِ قُرَيْشٍ ۙ  اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَآءِ وَا لصَّيْفِ ۚ

"Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas." (QS. Quraisy 1 - 2)

Jadi kejahiliyahan mereka bukan dalam masalah duniawi,  tetapi masalah rohani. Kehidupan spiritual jauh dari tuntunan Allah SWT.
Ada ritual peribadatan tetapi ala Jahiliyah. Setelah kedatangan Nabi Muhammad SAW dibersihkan sesuai dengan tuntunan Allah SWT.

Seorang bernama Zaid bin Amru bin Nufail, seorang tokoh yang lurus dan menentang kejahiliyahan. Dia mempunyai uang dan dia memelihara bayi wanita yang ditelantarkan oleh orang tuanya. Ketika anak itu besar dikembalikan kepada orang tuanya.

Dia pergi ke Syam untuk konsultasi kepada Pendeta Yahudi tentang keadaan masyarakatnya. Pada waktu itu agama Yahudi sudah terpecah belah. Zaid bin Amru ingin masuk ke dalam agama Yahudi  tetapi ditolak oleh Pendeta itu. Dia disarankan untuk memasuki agama yang hanif,  agama Yahudi "garis lurus", agamanya Nabi Ibrahim. Hanif artinya lurus dan cenderung pada Tauhid.

Jarak Nabi Ibrahim dengan Nabi Muhammad kira-kira 3000 tahun. Nabi Ibrahim mempunyai dua putera yaitu Ishak dan Ismail. Ishak mempunyai putera Yakub kemudian darinya berkembang Nabi-nabi bani Israel.  Israel ini nama lain Yakub, artinya Pejuang Allah. Nabi Yakub mempunyai 12 putera dan salah satunya menjadi Nabi yaitu Nabi Yusuf yang namanya diabadikan dalam Al Qur'an.

Ada yang percaya bila ingin mempunyai anak yang tampan dan sholeh harus dibacakan surat Yusuf.
Hal ini kita tanggapi positif saja, daripada mencari idola diluar Al Qur'an. Namun perlu diluruskan : Bila ingin anak sholeh yang dibaca mulai Al Fatihah sampai An Nas,  jangan memilih surat.
Nabi Ismail dikirim ke Mekkah dan selanjutnya menurunkan Nabi Muhammad SAW. Jadi Nabi Muhammad SAW turunan garis lurus dari Nabi Ibrahim.

Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun saat itu masa Jahiliyah,  namun ternyata tidak semua terseret dalam kedholiman. Masih ada yang bertauhid dengan lurus.

Zaid bin Amru pulang ke Mekkah dan kemudian dia ke Ka'bah membuat pengumuman :

"Wahai masyarakat Quraisy,  saya baru pulang dari Syam.  Saya mempunyai keyakinan untuk menyeru dan membimbing kepada umat ini agar tidak mendapatkan kemurkaan Allah maka ikutilah agama yang hanif,  agama Ibrahim".

Jadi agama Ibrahim masih ada pada saat itu. Ibrahim adalah Nabi yang hanif dan dapat dijadikan teladan.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَا نَ اُمَّةً قَا نِتًا لِّـلّٰهِ حَنِيْفًا ۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۙ  شَا كِرًا لِّاَنْعُمِهِ ۗ اِجْتَبٰٮهُ وَهَدٰٮهُ اِلٰى صِرَا طٍ مُّسْتَقِيْم

"Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan , patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik, dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus." (QS. An-Nahl ayat 120 - 121)

Kepada Nabi Ibrahim kita juga bershalawat sebagaimana kepada Nabi Muhammad SAW. Shalawat Ibrahimiah ini yang paling baik untuk diucapkan. Setiap kita shalat harus bershalawat ibrahimiah.

Agama Islam mempunyai garis hubungan yang lurus dengan Agama Nabi Ibrahim.

ثُمَّ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗ وَمَا كَا نَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

"Kemudian Kami wahyukan kepadamu Muhammad , Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik."
(QS. An-Nahl 123)

Maka kita semua yang ingin selamat harus mengikut kepada Nabi Muhammad SAW agar akidah kita lurus :

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
َ
*Tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah dan Muhammad Rasulullah*

Syahadat ini kita ucapkan tiap hari dalam Shalat,  jangan sampai kita dan anak-anak kita hanya hapal saja tapi tak mendalami maknanya.
Syahadat harus kita ucapkan dengan serius, dihayati dalam hati dan dipraktekkan dalam kehidupan.
Dalam Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dituliskan pula Syahadat.

*Hidup harus berdasar Tauhid dan Taat kepada Allah SWT.*

Pokok pikiran ini terpenting karena menuju jalan yang lurus. Tauhid inilah akidah yang diperjuangkan oleh para Nabi,  sejak Nabi Adam,  Nabi Idris,  Nabi Nuh, Nabi Ibrahim  sampai Nabi Muhammad SAW.
Hidup ini harus mempertahankan syahadat,  iman tak boleh kering. Maka kita harus tahu makna apa yang kita baca ketika duduk akhir shalat.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ

(Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya allah.).

Ketika kita membaca attahiyat itu adalah penghormatan kepada Allah,  maka posisi kita duduk tawarruk,  bukan bersila.
Pandangan mata ke tempat sujud. Ini masalah kesopanan. Ketika kita menghadap atasan saja harus menjaga pandangan mata terlebih lagi dihadapan Allah.

Kemudian kita lanjutkan dengan do'a.

 السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

(Keselamatan atas engkau wahai Nabi Muhammad, demikian pula rahmat engkau dan berkahNya. keselamatan dicurahkan pula untuk kami dan atas seluruh hamba allah yang shaleh - shaleh)

Demikian pula ketika kita membaca Al Fatihah, itu tidak sekedar do'a,  menurut Hadits Muslim,  bacaan Al Fatihah ketika shalat adalah dialog dengan Allah SWT.

Dari Abu Hurairah r.a Nabi. SAW bersabda :

Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta.
Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.”
Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”
Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”
(HR. Muslim)

Dengan memahami makna bacaan Al Fatihah, maka kita akan dapat menghayati shalat, membayangkan Allah dihadapan kita dan menjawab Al Fatihah yang kita baca.
Maka Nabi Muhammad SAW ketika membaca Al Fatihah ada jeda, untuk  merasakan suasana dialog dengan Allah SWT.

*Memelihara Qolbu*

Dengan shalat yang khusyuk maka Allah SWT mengakses kita dan kita "mengakses" Allah SWT dengan qolbu kita. Qolbu itu ada dua dan keduanya wajib kita pelihara. Yang pertama Qolbu rohani dan yang kedua Qolbu jasmani.

Orang Jawa menerjemahkan Qolbu sebagai Hati,  padahal sebenarnya Qolbu jasmani adalah jantung. Qolbu harus dijaga kesehatannya agar dapat hidup lebih sehat dan lama,  dapat beribadah lebih lama.

Qolbu Rohani adalah Ruh,  yang dapat mengakses Allah SWT.
Sejak janin berusia 4 bulan di dalam rahim,  ruh ini sudah dikirim oleh Allah SWT. Ruh ini makhluk Allah yang suci dan cinta kepada Allah SWT.

Manusia terdiri dari jasmani dan rohani , berbeda dengan malaikat yang hanya ruh saja ,berbeda dengan binatang yang materi saja.
Manusia memang dibekali dengan nafsu dan takwa.

Allah SWT berfirman:

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮهَا ۖ  فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ

"demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya," (QS. Asy-Syams Ayat 7-8)

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا ۖ  وَقَدْ خَا بَ مَنْ دَسّٰٮهَا ۗ

"sungguh beruntung orang yang menyucikannya jiwa itu, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (QS. Asy-Syams Ayat 9 - 10)

Berbahagialah orang yang memperbaiki ketaatannya, shalatnya diperbaiki,  amal ibadahnya diperkuat. Sebaliknya mereka yang tak pernah mengaji,  imannya berlepotan kelak akan mendapat siksa yang pedih.

Maka marilah kita menjaga qolbu baik yang ruhani maupun yang jasmani. Qolbu jasmani dijaga dengan makanan yang baik dan olah raga yang proporsional. Namun jangan berlaku berlebihan melupakan usia. Kita ingat dulu ada beberapa orang terkenal , ada Benyamin, Adji Mas Said meninggal ketika memaksakan diri berolah raga. Karena tidak terlatih maka jantungnya tidak kuat.

*Hanif sumbernya "Laa ilaha Ilallah"*

Dari ‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib r.a, bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

((ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً)

“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha kepada Allah  sebagai Rabbnya dan Islam sebagai agamanya serta nabi Muhammad sebagai rasulnya” (HR Muslim)

Banyak anak kecil yang sudah hapal hadits ini, namun tak cukup untuk dihapal saja. Kita harus paham maknanya.

Orang yang dapat merasakan nikmatnya iman adalah dia yang rela Allah SWT sebagai Tuhannya,  Muhammad SAW sebagai nabinya dan Islam sebagai agamanya. Rela itu ketika diperintah dia rela,  disuruh mengaji dia rela. Infaq, Ibadah dan berjuang membela agama islam dia rela.

Tetangga kita namanya Abdul Aziz,  tetapi agamanya Non Muslim. Boleh jadi orang tuanya muslim,  masa kecilnya mungkin mengaji. Namun akibat pergaulan dan lingkungan, apalagi mungkin karena kefakiran, maka ketika akidah tidak kuat, akan dijual akidahnya. Ini karena dia dulu tidak rela islam sebagai agamanya.

Kita mungkin termasuk muslim yang baik karena tiap Ahad jam 6 pagi sudah datang di Gedung Dakwah untuk mengaji. Tetapi ada dimanakah putera-puteri kita?  Jangan sampai mereka tidur di rumah tak diberi kesempatan mendalami agamanya. Keluarga kita juga harus kita jaga agar tidak masuk neraka.

Maka untuk memahami Laa ilaha Ilallah ada enam point penting :

*1. Memahami arti dengan benar.*

Laa ilaha ilallah bukan sekedar tidak ada Tuhan selain Allah seperti hapalan anak-anak kita. Arti yang harus ditanamkan adalah :
Tidak ada Tuhan yang berhak disembah,  ditaati,  diibadahi selain Allah.  Karena ada banyak Tuhan selain Allah diluar sana.

*2. Melekat dengan Ikhlas.*

Kerelaan terhadap Allah,  Muhammad dan Islam harus ikhlas. Tidak tercampur yang lain. Menerima islam juga harus murni tidak tercampur akidah lain. Maka kita harus mengaji Islam Garis Lurus. Jangan ada keyakinan yang musyrik. Tidak boleh tercampur Takhayul,  Bid'ah dan Khurofat.

*3. Harus Jujur tidak Munafik.*

Jujur dalam bersyahadat adalah  ketika lesan kita mengucap syahadat,  melekat dalam hati dan diamalkan dalam perbuatan. Bila tidak sesuai maka dia adalah Munafik.

Ada sahabat bernama Hudzaifah bin Yaman yang mengetahui orang munafik atau tidak. Bahkan sampai Umar bin Khattab ketika menjadi Khalifah,  beliau meminta masukan dari Hudzaifah bin Yaman ketika mau memilih pejabat,  agar tidak keliru memilih orang munafik.

*4. Harus Cinta kepada Allah.*

Menurut konsep imam Al Ghozali cinta itu mempunyai Empat Puluh persyaratan untuk memperbaiki hati.
10 yang pertama tentang akidah jangan sampai tercampur kemusyrikan.
10 yang kedua tentang ibadah jangan sampai tercampur dengan takhayul, bid'ah dan khurofat.
10 yang ketiga tentang Akal yang sehat.
10 yang Keempat tentang akhlakul karimah.

Ketika kita mengucapkan syahadat harus melahirkan kecintaan kepada Allah.  Wujud cinta adalah kerinduan. Kita rindu dan memohon perlindungan , kita taat ketika diperintah.
Ketika ada panggilan adzan,  apakah kita mendatanginya?
Satu jam sebelum Subuh kita diminta bangun, untuk shalat Tahajud,  apakah kita lakukan?
Ketika datang petugas Lazis untuk menarik zakat apakah kita terima dengan ikhlas?

Cinta itu bila ketemu akan senang. Maka ketika kita cinta kepada Allah pasti rindu. Rindu dan menunggu Ramadhan dengan penuh harap,  rindu menunggu datangnya waktu shalat subuh. Dengan adanya kecintaan maka tak ada keraguan dalam amal ibadah.

*5. Semakin yakin tak ada keraguan*

Nabi Muhammad SAW berdakwah di
Mekkah 13 tahun dan di Medinah 10 tahun. Ada suku Bani Asad ibnu Khuzaimah. Mereka islam dan kaya sekali, namun mereka sombong ketika kaya tak mau menyumbang. Suatu saat terjadi krisis ekonomi yang menimpa mereka. Bani Asad Ibnu Khuzaimah ini jadi miskin dan mereka datang menghadap Nabi. Mereka mengaku beriman dan meminta sumbangan.

Maka turunlah ayat 14 dan 15 surat Hujurat. Allah SWT berfirman:

قَا لَتِ الْاَعْرَا بُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰـكِنْ قُوْلُوْۤا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَا نُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۚ وَاِ نْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَا لِكُمْ شَيْئًــا ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَا بُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ

"Orang-orang Arab Badui berkata, Kami telah beriman. Katakanlah kepada mereka , Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah Islam , karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat ayat 14 - 15)

Ayat ini membuktikan bahwa faktor ekonomi itu sangat ampuh,  dapat memaksa seseorang bahkan untuk melepaskan akidahnya.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa  islam saja belum cukup. Harus terus dibina agar menjadi iman. Orang yang beriman itu harus yakin. Orang yang murtad itu karena ragu-ragu.

Maka semua harus membina iman, dengan mengaji dan berdo'a. Tidak cukup bagi kita untuk mendoakan anak agar sukses ekonominya. Kita harus mendoakan agar anak kita teguh dalam keimanan. Nabi Yakub ketika meninggal dunia dia kumpulkan anak cucunya dan ditanya agama mereka.

اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَآءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُ ۙ اِذْ قَا لَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْ ۗ قَا لُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِ لٰهَ اٰبَآئِكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًا ۚ وَّنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

"Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya'qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab, Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya berserah diri kepada-Nya."
(QS. Al-Baqarah 133)

Maka mendidik anak itu tidak berhenti ketika dia dewasa,  khusus dalam hal pendidikan agama sampai akhir hayat kita.
Jangan sampai iman mereka ragu-ragu. Ragu-ragu itu keimanannya 50% . Jika anak tak pernah belajar atau mengaji maka iman akan habis.

*6. Harus menimbulkan Ketaatan.*

Manusia diberi pilihan untuk Taat atau Durhaka kepada Allah.
Kita tahu bahwa iblis itu tahu tentang Allah, pengetahuan iblis tentang Allah melebihi pengetahuan manusia, tetapi iblis durhaka kepada Allah. Dia iblis termasuk golongan yang menolak,  sombong dan kafir.

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰٓئِكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْۤا اِلَّاۤ اِبْلِيْسَ ۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَ ۖ وَكَا نَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

"Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir." (QS. Al-Baqarah 34)

Semoga kita mendapat pencerahan , sehingga semakin iman kepada Allah,  tidak memilih-milih ibadah yang ringan saja.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

#SAK

Selasa, 05 Maret 2019

Kajian Ahad Sendang Gede

KAJIAN AHAD SENDANG GEDE

TIPOLOGY AKHLAK MANUSIA DIKAITKAN DENGAN ILMU MATHEMATIKA

Drs. H. Sukamdo MSi

26 Jumadil Akhir 1440 H/ 3 Maret 2019

Nabi SAW bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [HR Bukhari]

Dalam hadits yang lain disebutkan Nabi SAW,

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)

Kita ketahui istilah manusia yang bermoral dan manusia yang tidak bermoral,  atau manusia berakhlak dan manusia tak berakhlak. Manusia yang akhlaknya baik dan manusia yang akhlaknya buruk.
Apa hubungannya dengan mathematika? Secara mathematika, jika kita kaji secara mendalam,  kharakter manusia itu ternyata ada Empat Tipology , jadi bukan dua seperti disebut di atas.

Mari kita introspeksi diri kita masing-masing kira-kira masuk mana?  Adapun ke Empat Tipology mathematis tadi adalah :

*1. Tipe Manusia Minus.*

Adalah tipology manusia yang selalu merasa kurang,  tidak pernah merasa puas dan sangat rakus. Dia tidak mau bersyukur kepada Allah SWT.
Tipe manusia minus sangat cinta kepada harta dan gemerlapnya dunia. Apapun yang diberikan Allah kepada mereka selalu terasa kurang.
Mungkin kita sendiri, kadang-kadang juga merasa kurang.

Dulu ketika masih muda,  membayangkan betapa bahagia apabila sudah kerja dan punya isteri. Pasti akan senang. Namun ternyata kemudian setelah beristeri,  kita mulai berfikir bahwa harus punya Rumah dan perabotannya.
Ternyata yang namanya keinginan itu berkembang terus. Kemudian kita ingin punya TV dan Sepeda Motor.

Merasa pasti semuanya sudah cukup bila itu dipunyai. Namun ketika kita diberi kesempatan untuk memilikinya ternyata masih kurang,  kurang dan selalu kurang.
Nabi Muhammad SAW mengibaratkan manusia tipe Minus ini sebagai Serigala yang sangat lapar dilepas di dalam kerumunan kambing.

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” ( Hadits Tirmidzi dan Ahmad)

Masyarakat menjadi rusak,  agamapun menjadi rusak. Itu tipology manusia minus.
Mudah-mudahan kita semua tidak termasuk tipe Manusia minus.

*2. Tipe Manusia Plus.*

Manusia yang suka menjilat,  manusia yang bermuka dua atau manusia munafik. Manusia seperti ini mau melakukan apapun apabila dirinya mendapatkan keuntungan.

Kita mengenal tentang orang munafik ini dalam Surat Al Baqarah.

وَاِذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَا لُوْاۤ اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَا لُوْاۤ اِنَّا مَعَكُمْ ۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, Kami telah beriman. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok." (QS. Al-Baqarah 14)

Dalam sejarah ada sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Ubay bin Salul,  dia orang yang dekat Nabi,  kemana-mana ikut Nabi tetapi begitu pisah dengan Nabi dia mengolok-olok Nabi. Ini tipology orang-orang plus.

Dalam hadits dikatakan :

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ

"Manusia yang paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka yang lain.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Orang munafik,  ketika berkumpul dengan orang yang mengaji dia ikut mengaji. Temannya shalat dia ikut shalat. Tetapi begitu keluar dari kelompok orang beriman, dia meninggalkan semua ibadah yang dilakukan.

Orang munafik jelas orang yang berbahaya,  "bunglon" kata orang Jawa. Atau di dalam pepatah disebut sebagai : "Seperti Air di daun Talas".
Dalam hadits di atas dikatakan
 شَرَّ النَّاس.   manusia yang paling buruk
Manusia seperti ini dapat membuat celaka orang lain yang dekat dengan dirinya,  dia akan menyebar fitnah,  gosip tentang orang yang ada di dekatnya :
_"Saya ini temannya sejak kecil,  jadi tahu 'hitam-putihnya dirinya' ..."_

Pada akhirnya tentu tidak akan baik. Orang semacam inilah yang disebut sebagai "Penyebar Kebencian".
Ini kaitannya dengan tahun politik,  dia suka mencaci-maki dan berbicara kotor.
Kita bisa mengutip dari taushiah A'a Gym :
Kita tidak terjamin oleh Presiden siapapun,  kita terjamin oleh Allah SWT,  maka janganlah menuhankan Capres. Gara-gara Pilpres kita lebih banyak ingat Capres daripada ingat Allah. Gara-gara Pilpres akhlak jadi rusak.

Ingat Surat Al Hujurat ayat 11 - 12
Dilarang saling mengolok- kita saling mengejek.
Dilarang saling mencela -kita saling mencela.
Dilarang saling memanggil dengan panggilan buruk : Kampret dan Kecebong.
Dilarang berburuk sangka - kita saling suudzon.
Dilarang mencari aib - Kerjanya mengkorek aib.
Dilarang menggunjing - Kita menggunjing.

*3. Tipe Manusia Kali.*

Dia mempunyai keinginan tinggi,  cita-cita tinggi, gagasan-gagasan yang tinggi,  tetapi tidak mau berusaha maksimal.
Di masyarakat orang seperti ini jumlahnya banyak.
Pernah ketemu dengan kenalan lama yang bertahun-tahun tak jumpa. Kadang ada yang ketemu kemudian mengeluh,  bahwa sejak dulu sampai sekarang hidupnya sengsara terus. Tak pernah cukup hidupnya. Dia kalau mencari pekerjaan maunya yang enak,  besar gajinya ringan kerjanya.

Punya keinginan tinggi,  tapi tak mau usaha. Dalam konteks agama juga ada,  ingin masuk surga tapi tak mau ibadah. Tahu bahwa Al Qur'an adalah petunjuk hidup , tetapi mengaji tak pernah. Bahkan mendengar kata mengaji sudah alergi. Mengaku islam, mengaku beriman tetapi tak mau mengaji. Ini adalah orang yang berangan-angan tinggi tapi tak mau usaha. Ingin masuk surga tapi tak mau ibadah.

Seorang yang punya cita-cita harusnya mau usaha. Seorang yang ingin jadi manusia yang baik pun juga harus usaha.
Ada satu contoh yang dapat ditiru,  di Solo ada organisasi yang disebut MTA. Mereka kalau Kajian Ahad semua diwajibkan datang,  walaupun dari luar kota. Ini adalah contoh tentang komitmen mengakui Al Qur'an sebagai Petunjuk Hidup. Maka begitu ada undangan Kajian Al Qur'an mereka wajib datang.

Diantara kita mungkin juga ada yang berusaha merutinkan untuk membaca Al Qur'an,  minimal ketika malam jum'at. Namun sebenarnya itu belum cukup. Al Qur'an tidak cukup dengan hanya dibaca.
Kalau kita melihat Kajian Ustadz Danu , itu contoh mengaji lillahi ta'ala.  Kita bandingkan dengan diri kita untuk mengaji tempatnya dekat,  mestinya tak ada kendala, namun timbul kemalasan.

Anas bin Malik r.a berkata bahwa Rasulullah SAW biasa membaca do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika kita malas, yang masuk ke pikiran kita setan, dia mempengaruhi kita. Maka tak ada orang malas yang maju.
Lelaki mestinya shalat jama'ah Lima waktu di masjid,  tapi karena malas maka dia shalat di rumah. Ketika jum'at dia terpaksa ke masjid karena harus melakukan shalat jum'at .Namun dia datang setelah khotib di mimbar. Khotib memberikan khutbah,  dia mengantuk.
Lalu kapan dia mendapat ilmu?

*4. Tipe Manusia Bagi.*

Sesuai dengan sebutannya,  manusia bagi adalah manusia yang suka berbagi. Orang yang suka membagikan sesuatu,  atau dengan kata lain dermawan.
Tadi malam ada jama'ah ketemu saya,  menyerahkan infaq rutin bulanan. Orang ini tidak diminta,  tidak juga diperintah -tetapi karena kesadaran diri- dia mau berbagi.
Inilah contoh orang dermawan.

Diantara kita ini banyak yang sudah haji ataupun Umrah. Kalau mereka itu bisa berkumpul, kemudian mencari ide untuk membangun ekonomi masjid. Dengan dikoordinir dan tidak sekedar berbagi harapannya akan dapat membentuk suatu usaha ekonomi yang dapat mengambil keuntungan. Kemudian dari keuntungan tadi untuk memakmurkan masjid.

Dengan memakmurkan masjid pasti otomatis untuk kemakmuran jama'ah. Contoh untuk ini sudah ada, yaitu Masjid Namira di Lamongan ada unit usaha yang digunakan untuk operasional Masjid. Kita juga kenal Masjid Jogokaryan di Yogya,  disana ternyata juga punya unit usaha,  sehingga lingkungan Jogokaryan jadi lingkungan islami yang terkenal di Indonesia,  bahkan berita tentang Jogokaryan sudah sampai ke luar negeri.

Allah SWT berfirman:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَا بِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَا للّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ  ۗ وَا للّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 261)

Mudah-mudahan Allah mengabulkan apa yang menjadi permohonan kita bersama.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK