Selasa, 05 Maret 2019

Kajian Ahad Sendang Gede

KAJIAN AHAD SENDANG GEDE

TIPOLOGY AKHLAK MANUSIA DIKAITKAN DENGAN ILMU MATHEMATIKA

Drs. H. Sukamdo MSi

26 Jumadil Akhir 1440 H/ 3 Maret 2019

Nabi SAW bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” [HR Bukhari]

Dalam hadits yang lain disebutkan Nabi SAW,

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)

Kita ketahui istilah manusia yang bermoral dan manusia yang tidak bermoral,  atau manusia berakhlak dan manusia tak berakhlak. Manusia yang akhlaknya baik dan manusia yang akhlaknya buruk.
Apa hubungannya dengan mathematika? Secara mathematika, jika kita kaji secara mendalam,  kharakter manusia itu ternyata ada Empat Tipology , jadi bukan dua seperti disebut di atas.

Mari kita introspeksi diri kita masing-masing kira-kira masuk mana?  Adapun ke Empat Tipology mathematis tadi adalah :

*1. Tipe Manusia Minus.*

Adalah tipology manusia yang selalu merasa kurang,  tidak pernah merasa puas dan sangat rakus. Dia tidak mau bersyukur kepada Allah SWT.
Tipe manusia minus sangat cinta kepada harta dan gemerlapnya dunia. Apapun yang diberikan Allah kepada mereka selalu terasa kurang.
Mungkin kita sendiri, kadang-kadang juga merasa kurang.

Dulu ketika masih muda,  membayangkan betapa bahagia apabila sudah kerja dan punya isteri. Pasti akan senang. Namun ternyata kemudian setelah beristeri,  kita mulai berfikir bahwa harus punya Rumah dan perabotannya.
Ternyata yang namanya keinginan itu berkembang terus. Kemudian kita ingin punya TV dan Sepeda Motor.

Merasa pasti semuanya sudah cukup bila itu dipunyai. Namun ketika kita diberi kesempatan untuk memilikinya ternyata masih kurang,  kurang dan selalu kurang.
Nabi Muhammad SAW mengibaratkan manusia tipe Minus ini sebagai Serigala yang sangat lapar dilepas di dalam kerumunan kambing.

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِيْ غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِيْنِهِ

Dari Ka’ab bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya.” ( Hadits Tirmidzi dan Ahmad)

Masyarakat menjadi rusak,  agamapun menjadi rusak. Itu tipology manusia minus.
Mudah-mudahan kita semua tidak termasuk tipe Manusia minus.

*2. Tipe Manusia Plus.*

Manusia yang suka menjilat,  manusia yang bermuka dua atau manusia munafik. Manusia seperti ini mau melakukan apapun apabila dirinya mendapatkan keuntungan.

Kita mengenal tentang orang munafik ini dalam Surat Al Baqarah.

وَاِذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَا لُوْاۤ اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَا لُوْاۤ اِنَّا مَعَكُمْ ۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, Kami telah beriman. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok." (QS. Al-Baqarah 14)

Dalam sejarah ada sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Ubay bin Salul,  dia orang yang dekat Nabi,  kemana-mana ikut Nabi tetapi begitu pisah dengan Nabi dia mengolok-olok Nabi. Ini tipology orang-orang plus.

Dalam hadits dikatakan :

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ

"Manusia yang paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka yang lain.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Orang munafik,  ketika berkumpul dengan orang yang mengaji dia ikut mengaji. Temannya shalat dia ikut shalat. Tetapi begitu keluar dari kelompok orang beriman, dia meninggalkan semua ibadah yang dilakukan.

Orang munafik jelas orang yang berbahaya,  "bunglon" kata orang Jawa. Atau di dalam pepatah disebut sebagai : "Seperti Air di daun Talas".
Dalam hadits di atas dikatakan
 شَرَّ النَّاس.   manusia yang paling buruk
Manusia seperti ini dapat membuat celaka orang lain yang dekat dengan dirinya,  dia akan menyebar fitnah,  gosip tentang orang yang ada di dekatnya :
_"Saya ini temannya sejak kecil,  jadi tahu 'hitam-putihnya dirinya' ..."_

Pada akhirnya tentu tidak akan baik. Orang semacam inilah yang disebut sebagai "Penyebar Kebencian".
Ini kaitannya dengan tahun politik,  dia suka mencaci-maki dan berbicara kotor.
Kita bisa mengutip dari taushiah A'a Gym :
Kita tidak terjamin oleh Presiden siapapun,  kita terjamin oleh Allah SWT,  maka janganlah menuhankan Capres. Gara-gara Pilpres kita lebih banyak ingat Capres daripada ingat Allah. Gara-gara Pilpres akhlak jadi rusak.

Ingat Surat Al Hujurat ayat 11 - 12
Dilarang saling mengolok- kita saling mengejek.
Dilarang saling mencela -kita saling mencela.
Dilarang saling memanggil dengan panggilan buruk : Kampret dan Kecebong.
Dilarang berburuk sangka - kita saling suudzon.
Dilarang mencari aib - Kerjanya mengkorek aib.
Dilarang menggunjing - Kita menggunjing.

*3. Tipe Manusia Kali.*

Dia mempunyai keinginan tinggi,  cita-cita tinggi, gagasan-gagasan yang tinggi,  tetapi tidak mau berusaha maksimal.
Di masyarakat orang seperti ini jumlahnya banyak.
Pernah ketemu dengan kenalan lama yang bertahun-tahun tak jumpa. Kadang ada yang ketemu kemudian mengeluh,  bahwa sejak dulu sampai sekarang hidupnya sengsara terus. Tak pernah cukup hidupnya. Dia kalau mencari pekerjaan maunya yang enak,  besar gajinya ringan kerjanya.

Punya keinginan tinggi,  tapi tak mau usaha. Dalam konteks agama juga ada,  ingin masuk surga tapi tak mau ibadah. Tahu bahwa Al Qur'an adalah petunjuk hidup , tetapi mengaji tak pernah. Bahkan mendengar kata mengaji sudah alergi. Mengaku islam, mengaku beriman tetapi tak mau mengaji. Ini adalah orang yang berangan-angan tinggi tapi tak mau usaha. Ingin masuk surga tapi tak mau ibadah.

Seorang yang punya cita-cita harusnya mau usaha. Seorang yang ingin jadi manusia yang baik pun juga harus usaha.
Ada satu contoh yang dapat ditiru,  di Solo ada organisasi yang disebut MTA. Mereka kalau Kajian Ahad semua diwajibkan datang,  walaupun dari luar kota. Ini adalah contoh tentang komitmen mengakui Al Qur'an sebagai Petunjuk Hidup. Maka begitu ada undangan Kajian Al Qur'an mereka wajib datang.

Diantara kita mungkin juga ada yang berusaha merutinkan untuk membaca Al Qur'an,  minimal ketika malam jum'at. Namun sebenarnya itu belum cukup. Al Qur'an tidak cukup dengan hanya dibaca.
Kalau kita melihat Kajian Ustadz Danu , itu contoh mengaji lillahi ta'ala.  Kita bandingkan dengan diri kita untuk mengaji tempatnya dekat,  mestinya tak ada kendala, namun timbul kemalasan.

Anas bin Malik r.a berkata bahwa Rasulullah SAW biasa membaca do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika kita malas, yang masuk ke pikiran kita setan, dia mempengaruhi kita. Maka tak ada orang malas yang maju.
Lelaki mestinya shalat jama'ah Lima waktu di masjid,  tapi karena malas maka dia shalat di rumah. Ketika jum'at dia terpaksa ke masjid karena harus melakukan shalat jum'at .Namun dia datang setelah khotib di mimbar. Khotib memberikan khutbah,  dia mengantuk.
Lalu kapan dia mendapat ilmu?

*4. Tipe Manusia Bagi.*

Sesuai dengan sebutannya,  manusia bagi adalah manusia yang suka berbagi. Orang yang suka membagikan sesuatu,  atau dengan kata lain dermawan.
Tadi malam ada jama'ah ketemu saya,  menyerahkan infaq rutin bulanan. Orang ini tidak diminta,  tidak juga diperintah -tetapi karena kesadaran diri- dia mau berbagi.
Inilah contoh orang dermawan.

Diantara kita ini banyak yang sudah haji ataupun Umrah. Kalau mereka itu bisa berkumpul, kemudian mencari ide untuk membangun ekonomi masjid. Dengan dikoordinir dan tidak sekedar berbagi harapannya akan dapat membentuk suatu usaha ekonomi yang dapat mengambil keuntungan. Kemudian dari keuntungan tadi untuk memakmurkan masjid.

Dengan memakmurkan masjid pasti otomatis untuk kemakmuran jama'ah. Contoh untuk ini sudah ada, yaitu Masjid Namira di Lamongan ada unit usaha yang digunakan untuk operasional Masjid. Kita juga kenal Masjid Jogokaryan di Yogya,  disana ternyata juga punya unit usaha,  sehingga lingkungan Jogokaryan jadi lingkungan islami yang terkenal di Indonesia,  bahkan berita tentang Jogokaryan sudah sampai ke luar negeri.

Allah SWT berfirman:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَا بِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَا للّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ  ۗ وَا للّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 261)

Mudah-mudahan Allah mengabulkan apa yang menjadi permohonan kita bersama.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar