Senin, 19 Maret 2018

Pengajian Ahad. AMM Banyumanik

Pengajian Ahad AMM Banyumanik

30 Jumadil Akhir 1439 H / 18 Maret 2018

Ahmad Taufan

*Menjaga Ukhuwah*


Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat  10)

Dengan islam ini kita dikondisikan sebagai orang yg bersih karena kita dalam sehari,  lima kali kita sholat dan sholat itu mempersyaratkan wudlu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tentu yg dimaksud bukan bersih secara fisik tapi bersih secara ruhani. Maka ketika Allah mengatakan cinta kepada orang yg suci itu bukan hanya suci lahir tapi juga batin. Suci batin itu terukur dengan sikap ikhlas dalam beribadah.

Dalam waktu dekat kita akan menjumpai perhelatan Akbar yaitu Pilkada serentak dan Pilpres.  Maka ketika menghadapi hal seperti ini penyakit perpecahan dalam umat itu mulai timbul kembali. Permusuhan, atau masalah lama kadang diungkit lagi,  padahal kita sudah diingatkan dengan firman Allah SWT :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai...."
(QS. Ali 'Imran 103)

Kita juga diingatkan bahwa kita ini bersaudara (QS Al Hujurat 10),  namun seolah semua ayat ini dilupakan. Kita dilarang untuk saling olok-mengolok.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ ...

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,  karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok,..." (QS. Al-Hujurat 11)

Maka kita yg mengenal ayat-ayat ini dalam mensikapi perhelatan Pilkada nanti agar biasa-biasa saja,  tetap menjaga ukhuwah persaudaraan.

Kenyataan kemarin yg terjadi perdebatannya jauh lebih sengit,  merambah ke level aqidah,  ada juga tuduhan bid'ah, bahwa demokrasi itu adalah bid'ah yg sesat. Maka memutuskan untuk Golput. Padahal Golput ini dosa,  setidaknya ada dua dosanya :
1. Sebagai anak negeri tidak taat terhadap kesepakatan nasional.
2. Tidak bertanggung-jawab terhadap kemaslahatan umat.

Tapi lucunya meski mengatakan Demokrasi itu sesat, Pemimpin yg terpilih sesat, mereka tetap mentaati Pemimpin yg terpilih.

Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita?  Kita tetap harus berusaha semampunya.
Allah SWT berfirman:

 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا  بِاَنْفُسِهِمْ

".. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.." (QS. Ar-Ra'd  11)

Dikisahkan setelah jaman Nabi Musa, bangsa Israel menderita akibat penjajahan oleh Thalud. Bangsa Israel tak kuat dan mengadu kepada Nabinya waktu itu,  yaitu Nabi Samuel.
Tetapi kata nabi Samuel : " Jika ingin berubah maka kamu ubah dulu dirimu sendiri , Pemimpin itu sesungguhnya merupakan cermin dari yg dipimpin", padahal waktu itu belum dikenal Demokrasi.

Maka memilih Pemimpin di jaman sekarang pun juga akan mencerminkan rakyat yg dipimpin. Maka dibentuklah organisasi-organisasi. Dan orang-orang berimanpun mestinya akan berkelompok,  mereka akan berkumpul memilih Pemimpin yg arif, bijaksana, beriman, bertakwa, berfastabiqul Khoirot, Pemimpin yg suka Ukhuwah, suka ikut Pengajian, suka ikut taklim dan suka kepada Para ulama. Maka kalau kita demikian pasti Jawa Tengah akan berubah ke arah lebih baik.

Siapa yg akan dipilih,  tentunya akan kembali ke aspirasi masing-masing. Yg penting adalah tadi,  sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara.
Jangan sampai justru orang islam mau diadu domba, nanti pasti orang lain yg akan mengambil manfaat.

Bagaimana mereka mengadu domba?
Maka akan muncullah istilah-istilah :
"Jangan bawa-bawa agama ke wilayah politik".
Padahal ini ucapan lipstick, strategi mereka. Keluar mereka berkata begitu,  ke dalam mereka berkata aqidah mereka.
Mereka mengatakan Tuhan tidak perlu dibela. Padahal kita umat islam perlu mengingat firman Allah SWT. :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad  7)

Orang islam yg mengatakan agama tak perlu dibela berarti keliru. Ingat bahwa beberapa puluh tahun lalu orang Islam di Indonesia itu diatas 95%,  sekarang tinggal 85%.

Nabi Isa as pun juga mengajarkan kepada pengikutnya untuk membela agama Allah

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ  الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ  قَالَ الْحَـوَارِيُّوْنَ نَحْنُ  اَنْصَارُ اللّٰهِ ...

"Maka ketika 'Isa merasakan keingkaran Bani Israil , dia berkata, Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah? Para hawariyyun menjawab. Kamilah penolong agama Allah.." (QS. Ali 'Imran 52)

Kita membela agama Allah seperti diperintahkan, maka Allah akan menguatkan kita. Mirip dengan ketika kita diperintah bersyukur maka Allah akan menambah nikmat.
Maka membela agama Allah pada hakekatnya adalah membela eksistensi diri kita.

Ketika agama tak boleh dibela,  berarti tak boleh membela diri kita, artinya agar siap dijajah kembali.
Ketika umat islam sudah tidak ada interest dengan agamanya,  maka ketika itulah agama islam menjadi lemah.
Usaha untuk melemahkan kita tidak hanya lewat politik,  juga melewati narkoba. Kalau 1 atau 2 ons mungkin itu selundupan. Tapi kalau sudah beberapa ton,  ini sudah bukan selundupan lagi.

Maka solusi untuk itu semua adalah menjaga ukhuwah. Momen seperti Pilkada ini nanti adalah ujian ukhuwah kita. Apakah kecintaan kita kepada saudara kita ini berdasarkan kepada kecintaan kepada Allah SWT?  Ternyata kadang ikatan persaudaraan itu sangat nisbi,  sangat relatif.  Namun bila kecintaan kepada saudara itu didasari atas kecintaan kepada Allah maka beda pilihan pun tak akan membuat jadi perpecahan. Alhamdulillah bila pilihan bisa sama,  mengantarkan ke surga. Namun kadang pilihan-pilihan hanya didasari pertimbangan dunia saja.

Perintah Allah adalah berpegang teguh pada agama Allah jangan berpecah-belah. Perintah digabung dengan larangan kebalikannya,  berarti ini hukumnya wajib. Maka menjaga ukhuwah adalah utama, tetap bersilaturahim. Ayat tadi merupakan kesatuan dari ayat sebelumnya dari Surat Al Hujurat yg intinya agar menjaga persatuan umat dalam kesatuan Tauhid.

Dalam hadits disebutkan , orang mukmin itu bagai bangunan :

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim]

Dalam hadits lain,  orang mukmin diibaratkan tubuh :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

Ikatan ukhuwah,  itu sangat penting,  kita ingat bahwa negeri ini dibangun atas dasar ikatan ukhuwah,  ada Yong Java,  Yong Sumatera, dan sebagainya. Tapi yg menggerakkan mereka untuk memberontak agar merdeka adalah keimanan. Disana ada Tuanku Iman Bonjol dan sebagainya,  karena ketika dijajah tak dapat melakukan ketaatan kepada Allah maka mereka berjuang.

Kondisi sekarangpun perlu perjuangan,  kita tahu betapa hutang negara menumpuk, sudah melampaui 4000 trilyun. Namanya berhutang tentu saja tidak bebas,  harus membayar.
Lalu siapa yg bisa mengangkat harkat martabat bangsa ini?  Tentu umat islam,  umat islam yg berukhuwah,  bukan berpecah-belah. Umat yg dicintai Allah.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ  يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. As-Saff 4)

Juga dalam hadits :

قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلىَ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِيْ كُلٍّ خَيْرٍ،

Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing dari keduanya ada kebaikan....” [HR. Muslim].

Dikatakan mukmin yg kuat dicinta Allah maksudnya adalah mukmin yg menjaga ukhuwah,  tak mungkin mukmin yg berpecah belah akan kuat,  karena kekuatan umat ada pada jama'ah.
Bahkan janji Allah akan menolong itu dengan syarat bahwa kita mau menolong saudaranya yg lain.

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam,

وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ

 “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”. [HR Muslim].

Tak mungkin seseorang mau menolong saudaranya bila tanpa ukhuwah. Maka menjaga ukhuwah dalam ikatan iman ini sangat penting.

Menjaga ukhuwah adalah komitmen iman,  merupakan "qaulan sadida".
Maka orang baru bisa merasakan manisnya iman jika sudah bisa menjaga ukhuwah,  mencintai saudaranya karena Allah.

Saat kita berhadapan dengan realita maka akan banyak mendapat tantangan.Maka Ingatlah bahwa kita ini umat islam yg satu,  jangan mau diadu domba,  tetap menjaga ukhuwah islamiah.
Maka kala kita ingin mengubah maka perhatikan terhadap tatanan yg menjaga ukhuwah. Pilihlah Pemimpin yg mengajak takwa kepada Allah,  jangan yg memilih yg menjauhkan dari Allah. Pilih yg paling minim kemadharatannya.


TANYA - JAWAB

Pertanyaan. :

Bagaimana memilih Pemimpin berdasar keimanan,  toh kita kekurangan informasi yg disampaikan ke publik ,informasinya tidak sampai kesana.

Jawaban :

Ketika dikatakan bahwa Pemimpin itu merupakan cerminan dari yg dipimpin,  maka kepada siapa Allah meminta pertanggung -jawaban bila ada Pemimpin yg salah dipilih?
Tentunya kembali kepada diri kita masing-masing sebagai pemilih.

Maka dalam memilih kita tak boleh "wis pokoke.. ".

Memilih Pemimpin harus tahu siapa yg dipilih. Ibarat membeli barang, kita juga perlu tahu barang yg dibeli. Demikian juga dengan memilih Pemimpin,  karena itu kita wajib berusaha mencari informasi :

- Konsep utamanya adalah mencari yg paling baik dan mendorong ukhuwah.
- Apakah calon akan membantu umat islam,  memajukan pengajian, membantu jama'ah.
- ‎Sekarang media informasi sudah gampang diperoleh. Buka profil masing-masing dan teliti kegiatan pendidikan dan pengalaman.
- ‎Bagaimana track recordnya dan kegiatan agamanya.
 - ‎Atau dengan cara bertanya kepada Para Pemimpin, kalau di organisasi ya ke Pemimpin Organisasi,  atau tanya ke Ustadz.
- ‎Perlu cross cek,  tanpa berdebat karena kadang ada yg fanatismenya berlebihan, melibatkan emosi.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 18 Maret 2018

Kajian Ahad Masjid Al Hikmah banyumanik

Kajian Ahad Masjid Al Hikmah, Sendang Gede, Banyumanik,  Semarang

Drs. H. Fachrur Rozi MAg

30 Jumadil Akhir 1439 H / 18 Maret 2018

*Muhasabah*

Diantara Nasehat Ibrahim bin Adham adalah:

*1. - أنكم عرفتم الله ؛ فلم تؤدوا حقه*

*Aroftumullah walam tuaddu haqqahu*

Katanya kalian mengenal Allah, namun tidak menunaikan hak-hak-Nya.

Yakin bahwa semua amal akan diganti,  tetapi amalnya kurang. Kita yakin kepada Allah tapi panggilan adzan kita abaikan.

*2.-  قرأتم القرآن ، ولم تعملوا به* .

*Qorotumul quran walam ta'malu bihi*

Kalian membaca Al-Quran, tapi kalian tidak mau mengamalkan isinya.

Punya Al Qur'an tapi tak dapat membaca,  jika sudah dapat membaca Al Qur'an ternyata tak pernah membaca. Jika sudah membaca ternyata tidak mengerti artinya. Jika sudah mengerti artinya ternyata tidak mengamalkan. Jika mengamalkan ternyata tidak ikhlas.

Itu mungkin terjadi pada kita. Membuka HP tiap hari,  membaca WA terus menerus,  tapi membaca Al Qur'an tidak pernah. Al Qur'an hanya dijadikan mas kawin saja tidak dibuka.
Padahal kita diperintah membaca,  mulai dengan membaca secara Tartil,  secara Tadarus dengan memahami maknanya. Kemudian secara qiroah dan diamalkan.

*3. - زعمتم أنكم تحبون رسول الله ﷺ ، ثم تركتم سنته*

*Idda'aitum Hubba Rosulillah wa taroktum Sunnatahu*

Kalian mengaku mencintai Rasulullah, tetapi kalian suka meninggalkan ajaran dan sunnahnya.

Sunnah terbagi dalam tiga bagian, yaitu :
Sunnah qauliyah , Sunnah fi’liyah , Sunnah taqririyah.

Sunnah Qauliyah merupakan perkataan atau sabda Nabi. Sunnah Fi’liyah adalah perbuatan nabi. Sunnah Taqririyah merupakan sikap Nabi.
Itu semua yg semestinya kita lakukan.
Termasuk membaca shalawat. Kita kenal ada dua macam shalawat yaitu :
Shalawat di dalam shalat yg patent tak boleh diubah,  tak boleh ditambah.
Shalawat di luar shalat yg redaksinya banyak sekali. Shalawat boleh dilagukan tapi jangan keterlaluan,  ada shalawat yg memakai lagu gereja,  itu membingungkan umat.

*4. - دفنتم موتاكم ، ولم تعتبروا بهم*

*Dafantum mautakum wa lam ta'tabiru bihim*

Kalian sering mengantar jenazah ke kubur, tapi tidak mampu mengambil pelajaran darinya.

Ada yg ketika takziah malahan bergurau,  ini namanya qolbunya mati, tidak dapat mengambil pelajaran.
Pelajaran apa yg dapat diambil?

1. Kematian itu pasti dan tidak urut harus tua dulu, tidak harus melewati sakit.
Ada bayi yg mati, ada pula orang tua yg sehat. Ada orang sakit yg sembuh,  ada orang yg mengunjunginya malahan mati.

2. Manusia dianggap ada ketika masih ada nyawanya. Maka ketika dia meninggal dikatakan sudah tidak ada,  dikatakan " telah pergi mendahului kita.. ".
Manusia itu fisik dan ruh ,  ketika ruhnya hilang,  maka fisiknya bukan lagi dianggap manusia,  dia dianggap mayat.
Anehnya ketika hidup,  manusia lebih suka merawat fisik dan kurang perhatian terhadap rohani. Padahal fisik akan tak berguna dan dipendam ketika ruh diangkat.
Buktinya ketika fisik sakit akan segera dicarikan obat,  tapi ketika ruhnya sakit, ada suara adzan menjadi jengkel ,  tidak dipedulikan.
Ada gangguan pada rambutnya dia bingung,  tapi pikiran melenceng terus dibiarkan saja. Lipstick bibir diperhatikan tapi ucapan dibiarkan tak terkendali.

Padahal kita diingatkan,  Dari Anas bin Malik radhiyallohu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda,

« يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ ».

Mayit itu diikuti oleh tiga golongan, akan kembali dua golongan dan satu golongan akan tetap menemaninya, dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya”. (HR Buchory Muslim).

Karena itu mencintai keluarga itu perlu,  mencari harta juga perlu tapi yg penting adalah mencari bekal mati,  yaitu amal sholeh karena waktu kita itu makin lama makin pendek.

Ada lagi yg perlu diingat bahwa makin tua kita akan makin lemah,  maka ketika mau ibadah juga akan susah,  padahal ketika muda dan kuat malas beribadah.

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ  اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?" (QS. Ya-Sin 68)

Ingat bahwa mati itu pasti, mati itu bisa terjadi setiap saat,  maka persiapan mati yg paling baik adalah selalu berbuat baik. Sehingga ketika mati pas sedang berbuat baik.  Itulah yg disebut husnul khotimah.

Hadits lain dari Ibnu Abbas ra, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari)

Kesehatan dan kesempatan,  itu yg sering disia-siakan. Contoh tidak semua masjid mengadakan Kajian Ahad Pagi,  apalagi yg disertai makan pagi,  itu adalah kesempatan yg baik.

Kesehatan kita harus dimanfaatkan untuk beramal. Amal itu tidak hanya mengisi kotak amal,  banyak amal yg bisa dilakukan, bila tak mampu amal dengan uang, dapat amal tenaga,  atau amal pikiran,  atau amal do'a dan minimal amal dengan diam tidak membuat gangguan.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 11 Maret 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

23 Jumadil Akhir 1439 H/11 Maret 2018

Drs. H. Fachrur Rozy MAg

Qobulul Ibadah

Pada akhir-akhir ini dunia medsos dihebohkan dengan ibadah Sa'i Pancasila,  Sa' i dengan menyanyi dan yg terakhir ada lagi Shalawat Jokowi. Kita tak perlu membahas ibadah tadi sah atau tidak,  yg jelas tidak benar dan alhamdulillah yg bersangkutan telah minta maaf.
Ibadah kepada Allah itu ada aturan dan syarat-syaratnya agar dapat diterima. Maka sebaiknya kita mengikuti aturannya agar ibadah kita bisa diterima sebagai amal sholeh, jadi bekal kita untuk hidup di akhirat karena setiap amal perbuatan kita di dunia ini kelak akan diminta pertanggung-jawabannya.

*Makna ibadah Secara Umum*

"Maa uddiyat ibtighoan li wajhillah, watholaban li tsawabihi fil akhirat."
(Apa-apa saja yg dikerjakan dalam rangka mencari ridlo Allah, dan mencari balasannya di akhirat.)
Jadi di dunia mencari ridlo Allah,  di akhirat mencari Surganya Allah.

Apa saja,  termasuk ibu-ibu yg mencuci, mensetrika,  membersihkan dapur,  memandikan anak bukanlah pekerjaan yg rendah nilainya.  Semua adalah ibadah jika dikerjakan dalam rangka mencari ridlo Allah.
Demikian juga,  ibu-ibu yg bekerja mencari nafkah membantu suami karena nafkah suami tak mencukupi,  maka bila dia mendapat ridlo suami dan diniati untuk  mencari ridlo Allah akan menjadi ibadah.

Namun kadang kita dengar istilah ibu-ibu yg bekerja : Uangmu (suami)  adalah uangku, tapi uangku adalah uangku sendiri. Maka bisa-bisa dia hanya dapat kecapaian saja dan tak mendapat pahala apa-apa.
Jadi isteri bekerja di rumah ataupun bekerja di luar rumah adalah sama saja.
Bisa jadi isteri yg bekerja di rumah lebih mulia , sepanjang dia mencari ridlo Allah.
Jangan meremehkan isteri yg bekerja di rumah,  karena jam kerja isteri di rumah itu luar biasa,  sejak terbitnya matahari sampai "terbenamnya mata suami".
Disini yg penting adalah ridlo Allah.

Demikian juga sebaliknya , isteri pergi ibadah Umrah untuk bersenang-senang bersama temannya dengan meninggalkan suami dan ridlo suami,  bisa-bisa tidak ada nilai-ibadahnya sama sekali.
Mereka yg mencari ridlo Allah, mereka adalah orang yg mencari balasan di akhirat, mereka meyakini bahwa hidup tidak berhenti ketika kematian. Justru kematian adalah awal dari proses kehidupan yg panjang.
Intinya adalah banyak perbuatan-perbuatan duniawi yg bisa bernilai ibadah karena bagusnya niat,  dan banyak perbuatan yg kelihatannya ibadah menjadi urusan dunia saja karena niat yg salah.

Contoh,  memarkir motor kita dipojok dengan tujuan agar memberi kesempatan tempat kepada yg lain, adalah ibadah. Sebaliknya memarkir motor di jalan sempit dengan sembarangan sehingga mengganggu yg lain,  akan menjadi maksiat.
Urusan dunia,  bisa jadi ibadah atau jadi maksiat tergantung niat.
Di lain pihak ada perbuatan yg kelihatannya ibadah, misalnya Puasa Senin Kamis tapi bila diniatkan agar badan tidak  terlalu gemuk maka hanya akan menjadi urusan dunia saja.

*Ibadah terbagi dua : Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghoiru Mahdhoh*

*1. Ibadah Mahdhoh*

Ibadah mahdhoh adalah ibadah yg bersifat khusus untuk Ritual, seperti Shalat,  Zakat,  Puasa,  Haji.
Ibadah khusus tata caranya diatur.
Ibadah Ghoiru Mahdhoh adalah ibadah yg umum seperti bekerja,  bermain,  bergaul dan sebagainya. Hal ini bisa disebut sebagai ibadah bila diniatkan dengan benar.

Ibadah Mahdhoh syaratnya ada tiga :

1.1 Sihhatun Niyah (Niatnya benar).

Niat harus benar karena Allah semata.
Puasa bila diniatkan agar dirinya kebal maka bukanlah ibadah.
Haji, bila diniatkan untuk menutupi keburukan watak agar mendongkrak citra diri supaya terpilih Pilkada ,  maka bukanlah ibadah.
Thawaf,  bila diniatkan agar mendapatkan kekayaan maka bukanlah ibadah.

1.2. Ada Syariatnya.

Ibadah mahdhoh harus mengikuti syariat, maka Puasa Ngebleng bukan ibadah karena tak ada dalam syariat.
Dalam Puasa yg benar itu ada berbuka dan Makan Sahur.
Kalau setiap orang boleh membuat syariat maka ibadah yg asli akan hilang.
Haji,  syariatnya ke Mekkah bukan ke India dan juga tidak bisa diganti dengan Ziarah Wali tujuh kali,  karena tak ada Syariat itu walaupun ibadah Ziarah diperbolehkan.

1.3. Ada Kaifiyahnya (Tata Caranya)

Shalat tak boleh membuat cara sendiri misal memakai bahasa Indonesia.
Haji harus melempar Jumrah satu-persatu tak boleh langsung dilemparkan semua. Haji harus di bulan Haji,  tak boleh misalnya diganti bulan lain.
Jadi tata caranya harus mengikuti apa yg dicontohkan nabi.
Maka Sa'i dengan membaca Pancasila, syariatnya mungkin memenuhi,  tapi kaifiyahnya jelas tidak mengikuti. Jadi dalam ibadah mahdhoh tak ada istilah Kreatif dalam ibadah,  tinggal ikuti saja.

Maka ibadah mahdhoh itu jumlahnya terbatas. Istilahnya bila tak diperintahkan untuk ibadah mahdhoh maka sebaiknya janganlah dilakukan.
Shalat misalnya harus Rukuk dan Sujud. Apabila tidak dapat melakukannya,  sudah ada Kaifiyahnya,  sehingga melakukannya lebih mudah.

*2. Ibadah Ghoiru Mahdhoh*

Syaratnya hanya ada dua : Niatnya harus karena Allah dan Merupakan Perbuatan Amal Sholeh.
Maka caranya tinggal itiba' saja.
Contoh : Perintahnya adalah Menutup Aurat. Maka membuat model kerudung itu bebas,  asal niat baik.
Tapi tak mungkin Perbuatan Maksiat diniati dengan baik. Tidak boleh Mencuri atau Korupsi walaupun untuk dibagikan.
Perbuatan baik niat yg jelek juga bukan ibadah,  seperti telah dijelaskan di depan.
Harus faham bahwa terkadang kita harus membuat laporan sedekah,  itu bentuk pertanggung-jawaban,  bukanlah hal riya atau tidak ikhlas.
Menuliskan gelar Haji di depan nama tidak selalu bermaksud Riya. Bila diniatkan untuk menjaga perilaku diri agar tetap baik maka itu adalah hal yg baik. Sebaliknya seorang haji yg tidak mau menuliskan gelarnya belum tentu karena ikhlas.

Jangan sampai syarat ibadah Ghoiru Mahdhoh yg hanya dua ditarik untuk ibadah mahdhoh yg syaratnya tiga.
Contoh : Hanya dengan Niat baik dan Amalan Sholeh, Tanpa Kaifiyah tak dapat dipakai untuk ibadah mahdhoh .
Mereka yg Sa'i dengan membaca Pancasila mungkin niatnya baik,  mengobarkan semangat Kebangsaan.
Itu juga Amal Sholeh, tapi tidak memenuhi Kaifiyah. Kita buktikan dengan ilustrasi lain,  misal pada saat Upacara 17 Agustus tetapi lagunya diganti Shalawat Nabi,  pasti akan banyak yg protes karena Tata Cara atau Kaifiyah dilanggar.

*Melaksanakan Ibadah harus didasari dengan beberapa hal*

Al iman : Harus yakin bahwa Allah memerintahkan kita begitu.

Al Islam : Sesuai dengan syariat islam.

Al Ihsan : Dilakukan dengan cara yg baik.
Misal shalat harus menutup aurat,  dan aurat laki-laki adalah dari pusar sampai lutut. Maka shalat tanpa baju dan hanya memakai celana pendek sampai lutut adalah sah,  tetapi tidak ihsan.

Al Ikhbat : Tunduk,  menurut aturan.

At Tawakal : Berserah diri.
Kadang kebiasaan di desa, jika mau berangkat haji maka biaya ritual di luar Haji kadang besar sekali. Baik ketika berangkat ataupun pulang.
Hal ini adalah tradisi biasa yg sulit dihindari dan merupakan hal yg baik , maka bagi yg menjalani ibadah harus tawakal.
Puasa pun juga harus dijalani dengan tawakal,  walaupun misalnya kondisi sakit mag. Dengan tawakal maka pikiran akan tenang dan kuat menjalani puasa.
Demikian pula dengan shalat, dibutuhkan ketawakalan.

Al Mahabah : Dengan dasar cinta maka melaksanakan ibadah terasa ringan.
Kecintaan harus didasari aturan.
Saking senangnya ibadah maka seseorang sudah datang di masjid menunggu adzan.
Sebegitu cintanya maka ketika jumat di Mekkah,  ada jama'ah yg berangkat jam 9 ,hanya karena ingin berada di shof depan. Menolong orang , bila kita senang akan menjadi ibadah dan akan terasa nikmat, karena merasa bisa memberikan manfaat. Namun bila tak ada Mahabah maka bila diminta tolong akan merasa diganggu.

Ar-Roja' : Punya pengharapan yg besar kepada Allah SWT. Tidak mengharapkan pujian dari manusia, yg diharapkan adalah balasan Allah, yakin bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Gusti Allah mboten sare )

Allah SWT berfirman:

اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ   لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur...." (QS. Al-Baqarah  255)

Allah SWT berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ  وَمَنْ  يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya." (QS. Az-Zalzalah Ayat 7 - 8)

Al Khouf : Takut kalau tidak ikhlas. Takut kalau ibadahnya tidak diterima Allah SWT, maka dampaknya dia selalu memperbaiki terus. Selalu merasa ibadahnya kurang.
Maka orang setelah shalat dianjurkan untuk istighfar,  karena takut shalatnya tidak diterima karena tidak khusyuk, karena untuk khusyuk itu sulit sekali.
Al Khouf ini penting sekali,  karena orang yg merasa aman dari rasa Nifak bahkan berpotensi menjadi munafik.

At Taubah : Kembali kepada yg baik,  harus merasa bahwa dirinya banyak dosa.

Ad Dua : Do'a adalah puncaknya ibadah,  orang yg tak pernah berdo'a adalah orang yg sombong. Shalat tanpa istighfar sama sekali adalah kesombongan.
Orang yg makin banyak do'a kepada Allah akan merasa dirinya itu lemah.

Al Khusyuk : Penuh ketundukan kepada Allah SWT.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 05 Maret 2018

Kajian Ahad Masjid Al Hikmah

KAJIAN AHAD
Masjid Al Hikmah, Sendang Gede, Banyumanik,  Semarang

Dr. H. Rosihan, SH, MAg

16 Robiul Akhir 1439 H /4 Maret 2018

*Tafsir Tentang Kemuliaan & Jihad*

*1. Tentang Kemuliaan*

Al Qur'an tidak membeda-bedakan kemuliaan manusia, namun manusialah yg membedakan kemuliaan berdasarkan keturunan,  Kekayaan,  kedudukan dan Ilmu.
Iblis juga merasa lebih mulia daripada manusia karena merasa dibuat dari api, sementara manusia dari tanah. Oleh karena itu iblis menolak ketika diperintah menghormati manusia.
Di Solo dan Yogya, orang juga menghormati seseorang karena keturunan Raden.
Manusia juga ada yg menghormati karena Kekayaan, itu sejak dulu. Dalam Al Qur'an ada kisah tentang Qarun yg dihormati karena Kekayaan. Sedemikian kayanya sampai kunci gudang kekayaannya sangat banyak dan sampai perlu dipikul jika pergi.

Dalam Al Qur'an juga dikisahkan tentang Fir'aun yg dihormati karena kekuasaan, sampai dia mengangkat diri sendiri menjadi Tuhan yg paling tinggi yg harus disembah Manusia. Sekarangpun juga orang menghormati seseorang karena jabatan,  contoh, Kepala daerah,  Gubernur,  Bupati dihormati karena jabatan.
Selain itu juga ada yg dihormati karena ilmu, yaitu Nabi Musa. Tidak ada pertanyaan yg tak bisa dijawab oleh Nabi Musa karena saking pintarnya,  sampai kemudian ditegur oleh Allah karena merasa tak ada yg lebih pintar dari dirinya, dikatakan bahwa di atas orang pandai masih ada orang pandai yg lain, kemudian Nabi Musa diperintahkan agar belajar hikmah kepada Nabi Khidir.
Kisah tersebut diabadikan dalam Surat Al Kahfi ayat 65 - 82 ,  dan kita diperintahkan membaca Surat Al Kahfi setiap malam Jumat,  karena surat tersebut berisi tentang kebijakan dan hikmah.

“Bolehkah aku mengikutimu agar kau bisa mengajarkanku sebagian ilmu yang kau miliki ?” ujar Nabi Musa AS kepada Khidir AS.  Nabi Khidir AS menjawab, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar”.
Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar ”.
Khidir selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun.”

Nabi Musa AS mengikuti Nabi Khidir AS.
Tiba-tiba Nabi Khidir AS melobangi perahu yang mereka tumpangi. Nabi Musa AS bertanya kepada Nabi Khidir AS. Nabi Khidir AS mengingatkan akan janji Nabi Musa AS, dan Nabi Musa AS meminta maaf karena lalai.
Ketika  mereka tiba di suatu daratan, Nabi Khidir AS membunuh bocah. Dan lagi-lagi Nabi Musa AS bertanya kepada Nabi Khidir AS. Nabi Khidir AS kembali mengingatkan janji Nabi Musa AS, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya.
Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu Perkampungan. Nabi Khidir AS menyuruh Nabi Musa AS untuk  memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak . Nabi Musa AS tidak kuasa untuk bertanya terhadap Nabi Khidir AS . Akhirnya Nabi Khidir AS menegaskan pada Nabi Musa AS tidak diperkenankan melanjutkan  bersama dengan Nabi Khidir AS.

Nabi Khidir AS menguraikan  mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa AS bertanya.
Perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan perahu itu agar berjalan lambat karena di hadapan mereka ada penyamun yang merampas tiap-tiap perahu.

Mungkin kita pernah jengkel ketika jalanan macet, sehingga kita terlambat. Tapi boleh jadi kelambatan tadi adalah penyebab keselamatan kita,  seperti kasus di atas.

 وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

"... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah 216)

Adapun bocah itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kekafiran.

Itulah ilmu hikmah,  kadang kita tak tahu maknanya dan baru faham setelah terjadi. Ilmu hikmah ini penting agar kita menjadi orang yg lapang dada.

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya”.
Bila dinding tadi roboh maka harta benda yg tersimpan akan ditemukan orang lain.

Kisah Nabi Musa yg diabadikan dalam Surat Al Kahfi ini adalah gambaran bahwa manusia mempunyai sifat tergesa-gesa.  Bila dia mendapati sesuatu yg tidak menyenangkan langsung protes, karena tak tahu hikmah. Mestinya manusia belajar sabar, bila mendapat ujian dan introspeksi diri.

*2. Tentang Jihad*

Kita mengenal makna dalam bahasa (etimology)  dan makna dalam istilah (terminology) .
Contoh,  Shalat dalam bahasa artinya adalah do'a, maka ada orang keliru memahami , jika sudah berdoa maka tak perlu shalat.
Shalat dalam istilah adalah segala perbuatan dan ucapan ibadah yg diawali dengan takbir dan ditutup salam. Jadi tidak semua doa adalah shalat.

Jihad menurut makna bahasa artinya bersungguh-sungguh,  namun orang awam memahaminya dengan perang.
Kita perhatikan ayat ini :

Allah SWT berfirman:

اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَّثِقَالًا وَّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ  ۗ  ذٰ لِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. At-Taubah 41)

Makna istilah dari Al Qur'an, kata jihad selalu diikuti dengan Amwali (harta)  dan baru kemudian. Anfusi (Diri).
Maka utamanya jihad adalah "memerangi harta milik"  ; apa maksudnya?
Jangan Pelit, bersedekahlah !
Tentu saja ini hal yg sulit karena manusia itu sangat mencintai harta benda.

وَاِنَّهٗ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ

"dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan." (QS. Al-'Adiyat 8)

وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

"dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr  20)

Karena manusia sangat suka harta, maka diperintahkan untuk "memerangi" hartanya, dalam arti jangan terlalu menyukai dan sebagian harta agar digunakan untuk keperluan sosial.
Kemudian baru jihad dengan "anfusikum", dengan diri atau dengan tenaga.

Namun dalam prakteknya sering dibalik,  orang lebih senang jihad tenaga atau diri dibanding harta.  Contohnya jika ada pilihan misal diperintah Puasa Senin-kamis ( jihad diri)  atau Sedekah 500 ribu? (Jihad harta) ; maka akan banyak yg milih Puasa Senin kamis.

Jadi jihad tidak hanya memanggul senjata untuk berperang. Jihad dengan harta antara lain misal dengan uang kita membangun masjid,  sekolah atau Rumah Sakit.

*3. Perbedaan antara Jihad dengan Qital*

Qital artinya adalah membunuh,  jadi sangat berbeda dengan Jihad (bersungguh-sungguh).
Ada Jihad Harta,  seperti telah disebutkan di atas,  yaitu menggunakan uangnya untuk membangun atau untuk dakwah. Ada lagi jihad diri atau tenaga,  misalnya menghadiri Kajian adalah jihad diri, karena memakai tenaga. Demikian juga mengimami shalat jama'ah, adalah jihad. Mengurus Organisasi dakwah itu jihad,  berceramah itu jihad,  menulis itu juga jihad melawan kebodohan.

Pengertian jihad adalah “mengerahkan seluruh potensi baik dalam bentuk ucapan ataupun perbuatan kita.”
Jadi orang yg shalat dengan bermalasan bukanlah jihad. Dan shalat yg bernilai jihad adalah yg sungguh2,  konsentrasi memahami makna bacaan.

وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَـغَنِيٌّ عَنِ  الْعٰلَمِيْنَ

"Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam."
(QS. Al-'Ankabut 6)

Orang yg berjihad, manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Demikian pula orang yg berbuat baik,  orang yg bersyukur manfaatnya juga akan kembali kepada dirinya.

 وَمَنْ شَكَرَ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ  ۚ  وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ

".... Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia." (QS. An-Naml 40)

وَالَّذِيْنَ  جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا  ۗ  وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

"Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-'Ankabut 69)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Petunjuk dari Allah, atau ilmu itu tidak datang dengan sendirinya. Dia datang membutuhkan jihad,  usaha yg sungguh-sungguh seperti misalnya mendatangi pengajian dan mendengarkan itu jihad.

Allah itu membuat perumpamaan, bahkan dengan hal yg kecil,  rendah semisal anak serangga berasal dari telur,  kemudian ada yg jadi ulat dan ada yg jadi larva. Dari ulat menjadi kupu yg indah dan dari larva menjadi lalat yg kotor.
Untuk menjadi kupu yg indah ,ternyata kupu selalu mendatangi yg baik-baik semisal bunga. Sedangkan lalat selalu mendatangi yg jorok.
Maka manusia jika ingin jadi baik harus mendatangi hal-hal yg baik saja.

Jihad menurut ilmu fiqih adalah mengajak diri sendiri atau orang lain kepada agama yg benar. Islam adalah agama yg benar dan baik karena mengajarkan keseimbangan,  bahwa orang itu idealnya memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia yg ingin kebaikan.Bahwa manusia itu senang dunia,  senang harta,  namun semua harus seimbang dengan akhirat.

Allah SWT berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَـنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَـرْثِ ۗ  ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۚ  وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

"Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS. Ali 'Imran 14)

Jadi jihad itu berbeda dengan qital. Qital artinya adalah perang dijalan Allah dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَنْـفُسَكُمْ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

"... Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa' 29)

Apa perbedaan antara Jihad dengan Qital?

1.  Kalau Jihad tidak selalu dengan fisik,  sedangkan Qital selalu dengan fisik.
2. ‎Jihad tidak harus siap untuk mati,  sedangkan Qital harus siap untuk mati.
3. ‎Jihad bisa dengan lesan atau tulisan, jadi tidak ada kalah dan menang, adapun ‎Qital ada kalah dan menang.

*4. Methode Jihad*

Dalam hadits Rasulullah disebutkan bahwa jihad itu ada Empat macam.

1.  Al amru bil ma'ruf. (Mengajak kepada yg baik)
2. ‎wa nahi anil mungkar (Mencegah yg tidak baik)
3. ‎Tindakan yg benar yg menuntut kesabaran.
4. ‎Tidak suka atau benci dengan perbuatan maksiat

Orang yg jihad adalah orang yg taat kepada Perintah Allah dengan sungguh-sungguh.
Orang yg hijrah adalah orang yg meninggalkan larangan Allah dengan sungguh-sungguh.

Tahapan Jihad

1. Jihad dengan ilmu,  memerangi kebodohan dan keterbelakangan
2. ‎Jihad dengan tindakan
3. ‎Jihad dengan mengajak / Dakwah.
4. ‎Mengajak dengan sabar dan tawakal.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK