Minggu, 11 Maret 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

23 Jumadil Akhir 1439 H/11 Maret 2018

Drs. H. Fachrur Rozy MAg

Qobulul Ibadah

Pada akhir-akhir ini dunia medsos dihebohkan dengan ibadah Sa'i Pancasila,  Sa' i dengan menyanyi dan yg terakhir ada lagi Shalawat Jokowi. Kita tak perlu membahas ibadah tadi sah atau tidak,  yg jelas tidak benar dan alhamdulillah yg bersangkutan telah minta maaf.
Ibadah kepada Allah itu ada aturan dan syarat-syaratnya agar dapat diterima. Maka sebaiknya kita mengikuti aturannya agar ibadah kita bisa diterima sebagai amal sholeh, jadi bekal kita untuk hidup di akhirat karena setiap amal perbuatan kita di dunia ini kelak akan diminta pertanggung-jawabannya.

*Makna ibadah Secara Umum*

"Maa uddiyat ibtighoan li wajhillah, watholaban li tsawabihi fil akhirat."
(Apa-apa saja yg dikerjakan dalam rangka mencari ridlo Allah, dan mencari balasannya di akhirat.)
Jadi di dunia mencari ridlo Allah,  di akhirat mencari Surganya Allah.

Apa saja,  termasuk ibu-ibu yg mencuci, mensetrika,  membersihkan dapur,  memandikan anak bukanlah pekerjaan yg rendah nilainya.  Semua adalah ibadah jika dikerjakan dalam rangka mencari ridlo Allah.
Demikian juga,  ibu-ibu yg bekerja mencari nafkah membantu suami karena nafkah suami tak mencukupi,  maka bila dia mendapat ridlo suami dan diniati untuk  mencari ridlo Allah akan menjadi ibadah.

Namun kadang kita dengar istilah ibu-ibu yg bekerja : Uangmu (suami)  adalah uangku, tapi uangku adalah uangku sendiri. Maka bisa-bisa dia hanya dapat kecapaian saja dan tak mendapat pahala apa-apa.
Jadi isteri bekerja di rumah ataupun bekerja di luar rumah adalah sama saja.
Bisa jadi isteri yg bekerja di rumah lebih mulia , sepanjang dia mencari ridlo Allah.
Jangan meremehkan isteri yg bekerja di rumah,  karena jam kerja isteri di rumah itu luar biasa,  sejak terbitnya matahari sampai "terbenamnya mata suami".
Disini yg penting adalah ridlo Allah.

Demikian juga sebaliknya , isteri pergi ibadah Umrah untuk bersenang-senang bersama temannya dengan meninggalkan suami dan ridlo suami,  bisa-bisa tidak ada nilai-ibadahnya sama sekali.
Mereka yg mencari ridlo Allah, mereka adalah orang yg mencari balasan di akhirat, mereka meyakini bahwa hidup tidak berhenti ketika kematian. Justru kematian adalah awal dari proses kehidupan yg panjang.
Intinya adalah banyak perbuatan-perbuatan duniawi yg bisa bernilai ibadah karena bagusnya niat,  dan banyak perbuatan yg kelihatannya ibadah menjadi urusan dunia saja karena niat yg salah.

Contoh,  memarkir motor kita dipojok dengan tujuan agar memberi kesempatan tempat kepada yg lain, adalah ibadah. Sebaliknya memarkir motor di jalan sempit dengan sembarangan sehingga mengganggu yg lain,  akan menjadi maksiat.
Urusan dunia,  bisa jadi ibadah atau jadi maksiat tergantung niat.
Di lain pihak ada perbuatan yg kelihatannya ibadah, misalnya Puasa Senin Kamis tapi bila diniatkan agar badan tidak  terlalu gemuk maka hanya akan menjadi urusan dunia saja.

*Ibadah terbagi dua : Ibadah Mahdhoh dan Ibadah Ghoiru Mahdhoh*

*1. Ibadah Mahdhoh*

Ibadah mahdhoh adalah ibadah yg bersifat khusus untuk Ritual, seperti Shalat,  Zakat,  Puasa,  Haji.
Ibadah khusus tata caranya diatur.
Ibadah Ghoiru Mahdhoh adalah ibadah yg umum seperti bekerja,  bermain,  bergaul dan sebagainya. Hal ini bisa disebut sebagai ibadah bila diniatkan dengan benar.

Ibadah Mahdhoh syaratnya ada tiga :

1.1 Sihhatun Niyah (Niatnya benar).

Niat harus benar karena Allah semata.
Puasa bila diniatkan agar dirinya kebal maka bukanlah ibadah.
Haji, bila diniatkan untuk menutupi keburukan watak agar mendongkrak citra diri supaya terpilih Pilkada ,  maka bukanlah ibadah.
Thawaf,  bila diniatkan agar mendapatkan kekayaan maka bukanlah ibadah.

1.2. Ada Syariatnya.

Ibadah mahdhoh harus mengikuti syariat, maka Puasa Ngebleng bukan ibadah karena tak ada dalam syariat.
Dalam Puasa yg benar itu ada berbuka dan Makan Sahur.
Kalau setiap orang boleh membuat syariat maka ibadah yg asli akan hilang.
Haji,  syariatnya ke Mekkah bukan ke India dan juga tidak bisa diganti dengan Ziarah Wali tujuh kali,  karena tak ada Syariat itu walaupun ibadah Ziarah diperbolehkan.

1.3. Ada Kaifiyahnya (Tata Caranya)

Shalat tak boleh membuat cara sendiri misal memakai bahasa Indonesia.
Haji harus melempar Jumrah satu-persatu tak boleh langsung dilemparkan semua. Haji harus di bulan Haji,  tak boleh misalnya diganti bulan lain.
Jadi tata caranya harus mengikuti apa yg dicontohkan nabi.
Maka Sa'i dengan membaca Pancasila, syariatnya mungkin memenuhi,  tapi kaifiyahnya jelas tidak mengikuti. Jadi dalam ibadah mahdhoh tak ada istilah Kreatif dalam ibadah,  tinggal ikuti saja.

Maka ibadah mahdhoh itu jumlahnya terbatas. Istilahnya bila tak diperintahkan untuk ibadah mahdhoh maka sebaiknya janganlah dilakukan.
Shalat misalnya harus Rukuk dan Sujud. Apabila tidak dapat melakukannya,  sudah ada Kaifiyahnya,  sehingga melakukannya lebih mudah.

*2. Ibadah Ghoiru Mahdhoh*

Syaratnya hanya ada dua : Niatnya harus karena Allah dan Merupakan Perbuatan Amal Sholeh.
Maka caranya tinggal itiba' saja.
Contoh : Perintahnya adalah Menutup Aurat. Maka membuat model kerudung itu bebas,  asal niat baik.
Tapi tak mungkin Perbuatan Maksiat diniati dengan baik. Tidak boleh Mencuri atau Korupsi walaupun untuk dibagikan.
Perbuatan baik niat yg jelek juga bukan ibadah,  seperti telah dijelaskan di depan.
Harus faham bahwa terkadang kita harus membuat laporan sedekah,  itu bentuk pertanggung-jawaban,  bukanlah hal riya atau tidak ikhlas.
Menuliskan gelar Haji di depan nama tidak selalu bermaksud Riya. Bila diniatkan untuk menjaga perilaku diri agar tetap baik maka itu adalah hal yg baik. Sebaliknya seorang haji yg tidak mau menuliskan gelarnya belum tentu karena ikhlas.

Jangan sampai syarat ibadah Ghoiru Mahdhoh yg hanya dua ditarik untuk ibadah mahdhoh yg syaratnya tiga.
Contoh : Hanya dengan Niat baik dan Amalan Sholeh, Tanpa Kaifiyah tak dapat dipakai untuk ibadah mahdhoh .
Mereka yg Sa'i dengan membaca Pancasila mungkin niatnya baik,  mengobarkan semangat Kebangsaan.
Itu juga Amal Sholeh, tapi tidak memenuhi Kaifiyah. Kita buktikan dengan ilustrasi lain,  misal pada saat Upacara 17 Agustus tetapi lagunya diganti Shalawat Nabi,  pasti akan banyak yg protes karena Tata Cara atau Kaifiyah dilanggar.

*Melaksanakan Ibadah harus didasari dengan beberapa hal*

Al iman : Harus yakin bahwa Allah memerintahkan kita begitu.

Al Islam : Sesuai dengan syariat islam.

Al Ihsan : Dilakukan dengan cara yg baik.
Misal shalat harus menutup aurat,  dan aurat laki-laki adalah dari pusar sampai lutut. Maka shalat tanpa baju dan hanya memakai celana pendek sampai lutut adalah sah,  tetapi tidak ihsan.

Al Ikhbat : Tunduk,  menurut aturan.

At Tawakal : Berserah diri.
Kadang kebiasaan di desa, jika mau berangkat haji maka biaya ritual di luar Haji kadang besar sekali. Baik ketika berangkat ataupun pulang.
Hal ini adalah tradisi biasa yg sulit dihindari dan merupakan hal yg baik , maka bagi yg menjalani ibadah harus tawakal.
Puasa pun juga harus dijalani dengan tawakal,  walaupun misalnya kondisi sakit mag. Dengan tawakal maka pikiran akan tenang dan kuat menjalani puasa.
Demikian pula dengan shalat, dibutuhkan ketawakalan.

Al Mahabah : Dengan dasar cinta maka melaksanakan ibadah terasa ringan.
Kecintaan harus didasari aturan.
Saking senangnya ibadah maka seseorang sudah datang di masjid menunggu adzan.
Sebegitu cintanya maka ketika jumat di Mekkah,  ada jama'ah yg berangkat jam 9 ,hanya karena ingin berada di shof depan. Menolong orang , bila kita senang akan menjadi ibadah dan akan terasa nikmat, karena merasa bisa memberikan manfaat. Namun bila tak ada Mahabah maka bila diminta tolong akan merasa diganggu.

Ar-Roja' : Punya pengharapan yg besar kepada Allah SWT. Tidak mengharapkan pujian dari manusia, yg diharapkan adalah balasan Allah, yakin bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur. ( Gusti Allah mboten sare )

Allah SWT berfirman:

اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ   لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur...." (QS. Al-Baqarah  255)

Allah SWT berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ  وَمَنْ  يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya." (QS. Az-Zalzalah Ayat 7 - 8)

Al Khouf : Takut kalau tidak ikhlas. Takut kalau ibadahnya tidak diterima Allah SWT, maka dampaknya dia selalu memperbaiki terus. Selalu merasa ibadahnya kurang.
Maka orang setelah shalat dianjurkan untuk istighfar,  karena takut shalatnya tidak diterima karena tidak khusyuk, karena untuk khusyuk itu sulit sekali.
Al Khouf ini penting sekali,  karena orang yg merasa aman dari rasa Nifak bahkan berpotensi menjadi munafik.

At Taubah : Kembali kepada yg baik,  harus merasa bahwa dirinya banyak dosa.

Ad Dua : Do'a adalah puncaknya ibadah,  orang yg tak pernah berdo'a adalah orang yg sombong. Shalat tanpa istighfar sama sekali adalah kesombongan.
Orang yg makin banyak do'a kepada Allah akan merasa dirinya itu lemah.

Al Khusyuk : Penuh ketundukan kepada Allah SWT.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar