Senin, 30 Juli 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

HADITS ARBAIN NAWAWIYAH

Tanggal : 16 Dzulqo'dah 1439 H/ 29 Juli 2018

Nara sumber :  Dr. dr. H. Masrifan Djamil MPH, MMR

Tinggalkan yang meragukan

Ada hadits yang intinya agar kita meninggalkan hal yang meragukan dan agar menuju pada yang tidak meragukan.

دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ (. رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ )

‘Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.” [HR at-Tirmidzi]

Orang tua kita dulu menasehati jika kita mau pergi tapi ragu-ragu,  maka janganlah pergi. Menurut agama, hal yang meragukan adalah Syubhat . Itu sebaiknya ditinggalkan. Demikian juga dengan kilafiyah sebaiknya ditinggalkan. Bila kita ingin sesuatu yang tidak ragu-ragu maka ambilah dari Al Qur'an dan Hadits,  jangan mengambil dari Kitab yang disusun Ulama.

Syarat masuk Surga

Salah satu Hadits yang dapat dijadikan rujukan adalah Hadits Arba'in Nawawiyah. Namun sebelumnya akan kita bahas dulu seandainya kita hanya mengerjakan amalan wajib saja.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ اْلمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْت الْحَرَامَ، وَلَمْ أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شَيْئاً، أَأَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟ قَالَ : نَعَمْ .

Dari Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiyallahu ‘anhuma, bahwa seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah dengan berkata, “Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, lalu saya tidak menambah lagi sedikit pun, apakah saya akan masuk surga?” Beliau menjawab, Ya.” (HR. Muslim).

Alhamdulillah,  hanya dengan begitu bisa masuk surga. Hal ini kemudian dikaji oleh para ulama.
Kita perhatikan tentang kewajiban shalat,  kewajiban ini tolok ukurnya adalah Surat Al Mukminun.

الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ

" yaitu orang yang khusyuk dalam sholatnya," (QS. Al-Mu'minun 2)

Sholat harus khusyuk, artinya shalat harus standar. Jangan kalau jadi imam di masjid shalatnya lama, tapi kalau shalat sendiri cepat , ini namanya tidak standar. Beberapa sikap shalat ada sedikit perbedaan,  misal mengangkat tangan waktu takbir, semua punya dasar namun akan bagus jika mengerjakan shalat dengan sangat serius dimanapun.
Demikian pula dengan ibadah di bulan Ramadhan itu juga banyak sekali yang harus diseriusi.

Kemudian "menghalalkan yang halal", ini artinya bahwa dalam hal makan saja pasti pilih-pilih. Tidak mau memakan sembelihan yang tak jelas. Maka dia akan menyembelih binatang sembelihan sendiri,  atau membeli daging yang ada sertifikat halalnya atau hanya makan seafood.
Maka bagi kita perlu adanya pihak yang meyakinkan tentang kehalalan makanan yang dijual.

Siapakah yang Selamat ?

Kalau kita ingin selamat maka harus taat kepada Rasul. Ini tidak selalu berarti harus taat kepada ulama perorangan, sebagaimana sabda beliau SAW :

مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي.

“Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka kepadaku berarti ia telah durhaka kepada Allah, barangsiapa yang taat kepada Pemimpinku maka ia taat kepadaku dan barangsiapa yang maksiat kepada Pemimpinku, maka ia maksiat kepadaku.” (Mutafaq Alaihi)

Namun ketaatan kepada Pemimpin ini kilafiyah,  karena pada waktu itu Pemimpin (Gubernur)  dilantik oleh Nabi. Tentang ketaatan ini diperintahkan juga dalam Al Qur'an, namun derajat ketaatan terhadap Ulil amri beda dengan ketaatan terhadap Rasul. Ketaatan terhadap Ulil amri tak ada kata "wa athii'u" maka bobot ketaatannya beda.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ ۚ  فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَـوْمِ الْاٰخِرِ  ۗ  ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan ulil amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul , jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa' 59)

Kilafiyah bukan Rahmat.

Ada hadits yang mengatakan kilafiyah adalah rahmat, namun itu adalah Hadits Palsu. Hadits yang shahih adalah perintah untuk berjama'ah.

Rasulullah SAW bersabda:

"عليكم بالجماعة ، وإياكم والفرقة ، فإن الشيطان مع الواحد وهو من الاثنين أبعد " [سنن الترمذي: صحيح]

"Hendaklah kalian berjama'ah, dan janganlah kalian berpecah, karena sesungguhnya setan itu bersama orang yang sendiri, sedangkan terhadap orang yang berdua lebih jauh." [Sunan Tirmidzi]

Setan akan menyenangi orang yang sendirian. Maka disarankan untuk  minimal selalu berdua.

Hadits Arba'in Nawawi

Hadits arbain Nawawiyah,  ditulis oleh Yahya Bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Juma bin Hazam an Nawawi.
Nawawi adalah nama tempat.
Hadits yang sering dibahas adalah tentang Niat,  kemudian Hadits Jibril yang membahas apa itu Islam,  Iman dan Ihsan dan Hadits Tanda-tanda Hari Kiamat.

Beliau menjadi terkenal karena karyanya yang hebat. Perlu menjadi pelajaran buat kita bangsa Indonesia,  karena kita ini sering budayanya salah,  tak mau kesulitan. Bahkan ketika menasehati anak juga :
"Jangan yang sulit-sulit.. ".
Padahal apa yang tidak sulit?  Membuat komputer laptop juga tidak mungkin mudah. Jadi jika kita ingin negaranya maju maka harus berani menempuh kesulitan.

Hadits ke empat

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ      أَوْ سَعِيْدٌ.    فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا                            

[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah SAW menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga. (HR Bukhori dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :

1. Ruh ditiupkan ke dalam tubuh manusia ketika kandungan berusia 4 bulan.

2.Rezeki,  ajal,  amal dan nasibnya sudah ditentukan. Tapi jangan lupa untuk berdo'a karena ada hadits bahwa do'a -lah yang dapat mengubah nasib seseorang.

3. Maka berdo'alah sebanyak-banyaknya, karena do'a adalah ibadah. Berilah anak dengan nama yang baik, karena nama ibarat do'a orang tua.

4. Amal perbuatan dinilai di akhirnya.
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)
Maka berhati-hatilah. jangan biarkan orang tua hidup sendiri,  karena orang sendiri mudah diganggu setan.

5. Hendaklah kita tidak terpedaya dengan kondisi saat ini , mungkin masih muda dan sehat , justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).

6. ‎Banyak amalan do'a untuk husnul khotimah,  ada yang pendek ada yang panjang.

Do'a terpendek adalah do'a Nabi Yusuf 'Alaihis Salam:

تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yuusuf: 101)

Do'a yang panjang adalah do'a Salamat.

Pembuktian Hadits ke Empat

Hadits ke-empat ini dan Surat Al Mukminun ayat 12 sampai 14 adalah dalil yang sangat dekat dengan pengetahuan kedokteran dan sudah dibuktikan secara ilmiah dan ditulis oleh Maurice Bucaille.

1. Berjuta-juta sperma ditahan Ovum dan hanya satu yang bisa masuk. Maka hanya sperma yang juara menjadi bayi dan jadilah manusia sempurna.
2. ‎Sudah dibuktikan bahwa jantung mulai berdetak ketika kandungan usia 4 bulan, dan mulai ada gerakan.
3. ‎Pembentukan manusia tak dikendalikan oleh ibunya ,  benar-benar pabrik yang luar biasa karena merupakan gabungan dari kedua orang tuanya sehingga kemudian jadi bayi sempurna.

TANYA JAWAB

Pertanyaan 1 :
Kehidupan dalam rahim,  kenapa penyakit bisa nurun dari orang tua.?

Jawaban :

Ibu dan bapak membawa chromosome,  masing-masing 22.
Maka jika bapak ibunya sakit akan dapat menurunkan penyakit. Ini yang menyebabkan penyakit turunan. Genetic yang dominan akan sangat berpengaruh.
Ada teman yang sekeluarga punya cholesterol tinggi karena turunan,  tetapi ada yang kena sakit jantung dan ada yang tidak kena. Ini karena masing-masing beda dalam menjaga kesehatannya, mungkin juga kepribadiannya beda,  ada yang tipe A dimana dia perfectionist sehingga stressnya tinggi.

Pertanyaan 2 :
Kaitan antara amalan dinilai pada saat akhir dengan Allah yang senang menerima taubat bagaimana?

Jawaban :

Taubat itu tidak diterima ketika nyawa sudah sampai tenggorokan.
Contohnya adalah Fir'aun yang bertobat ketika hampir ajal.
Maka kita agar selalu bertaubat. Jangan lupa untuk selalu istighfar.
Disarankan untuk tiap pagi dan sore membaca Sayidul Istighfar.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Minggu, 22 Juli 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

JAGALAH ALLAH !

Tanggal : 9 Dzulqo'dah 1439 H/ 22 Juli 2018

Nara sumber :  Arief Rachman, Lc.MA

1. Abdullah bin Abbas

Abdullah bin Abbas ini adalah salah satu sahabat nabi yang luar biasa, karena selain masih sangat muda,  beliau juga dido'akan oleh Rasulullah :

اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ

“Ya Allah, buatlah dia menjadi faqih di dalam agama ini, dan ajarilah dia ilmu ta’wil (ilmu tafsir al-Qur’an).”

Dan do'a Rasul ini terkabul,  Abdullah bin Abbas menjadi sangat pandai dan ahli Tafsir Al Qur'an. Dikisahkan ada beberapa kejadian yang membuktikan kepandaian Abdullah bin Abbas.

1. Ketika Rasulullah mendapatkan wahyu Surat An Nasr. :

اِذَا جَآءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًا  فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ  ۗ  اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima Tobat." (QS. An-Nasr ayat 1- 3)

Umar bin Khattab bertanya kepada Para Sahabat : "Bagaimanakah pendapat kalian tentang makna firman Allah SWT : Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) ?

Maka sebagian dari mereka menjawab. ”Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk memuji Allah dan memohon ampunan kepada-Nya, apabila kita peroleh kemenangan dan pertolongan."
Dan sebagian dari mereka hanya diam, tidak mengatakan sepatah kata pun.
Kemudian Umar menanyakan pendapat Abdullah bin Abbas.
Abdullah bin Abbas pun menangis, sehingga para sahabat lain heran dan bertanya,  kenapa menangis?

Maka Abdullah bin Abbas menjawab, bahwa kalau orang sudah masuk islam berbondong-bondong lalu Nabi sebagai utusan , tugasnya apa lagi ?
Ayat ini merupakan pertanda dekatnya ajal Rasulullah SAW.
Begitu hebatnya pendalaman Abdullah bin Abbas terhadap hal yang tersirat dari ayat.  Padahal saat itu beliau masih kecil.

2. Abdullah bin Abbas adalah seorang yang suka mencari data tentang Sabda Nabi. Beliau mencari kepada Para Sahabat yang lain dan ditulis semua. Sampai Para Sahabat heran karena hampir semua orang sudah tahu,  untuk apa ditulis?
Kemudian setelah Rasulullah wafat,  terjadi perang dengan Musailamah al Kadzab dan banyak sahabat yang meninggal. Baru kemudian orang menyadari pentingnya Abdullah bin Abbas yang belajar dari satu orang ke orang lain dan akhirnya Abdullah bin Abbas menjadi rujukan.

2. Perintah Menjaga Allah

Ada sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang disampaikan lewat Abdullah bin Abbas dan sangat istimewa , karena merupakan pesan untuk Menjaga Allah.

عبْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ))

Abdullah bin ‘Abbas –ra – menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi SAW. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat :Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan , mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering."  (Sunan At Tirmidzi).

Hadits ini istimewa karena bisa diterapkan diseluruh kehidupan kita,  kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat bahkan kehidupan bernegara.
Jadi dari kalimat pendek tadi maknanya sangat luas. Menurut para ulama memang Sabda Nabi selalu sedikit tapi luas. Salah satu contoh adalah ketika ditanya : Agama itu apa?  Maka Rasulullah hanya menjawab bahwa Agama adalah Nasehat. Maka bagi kita menyampaikan agama itu wajib karena memberi nasehat. Namun perlu diingat bahwa cara memberi nasehat itu harus benar.
Nasehat mungkin bermanfaat seketika itu juga,  namun bisa juga bermanfaat jauh hari kemudian. Karena itu perlu memberi nasehat sejak anak masih kecil.  Kenapa?  Karena mengukir ingatan pada anak kecil lebih mudah dilakukan, seperti ungkapan : "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air".

3. Jagalah Allah, Maka Allah akan menjagamu.

Orang yang awam akan bertanya,  kenapa Allah harus dijaga ?
Padahal hadits ini senada dengan firman Allah dalam Al Qur'an.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad  7)

Allah kan Maha Kuasa kenapa harus ditolong?  Maka Para ulama menafsirkan bahwa : Jagalah Allah maksudnya adalah Jagalah agama Allah,  yaitu Islam.

Maknanya luar biasa, ada beberapa makna yang perlu difahami.

3.1. Menjaga Allah, adalah menjaga Hak-hak Allah dari hambaNya.

Dalam sebuah hadits dikatakan tentang hak Allah :

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ( يا معاذ, أ تدرى ما حق الله على عباد ؟ ) قال : الله و رسوله أعلم, قال : ( أن يعبدوه ولا يشركو به شيأ,...

Rasulullah SAW bersabda : “wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya ?” Mu’adz berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : “hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,...." (HR Bukhari Muslim)

Hak Allah adalah agar manusia beribadah kepadaNya dan ini juga sesuai dengan ayat :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 56)

مَاۤ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَاۤ اُرِيْدُ اَنْ  يُّطْعِمُوْنِ

"Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 57)

Manusia beribadah itu merupakan kebutuhan manusia,  sama sekali bukan kebutuhan Allah. Saat ini kita hidup pada masa dimana pengaruh berbagai faham saling mempengaruhi. Mungkin kita tak sadar bahwa kadang ada sesuatu tayangan yang dapat mengikis akidah kita , terutama bagi anak-anak,  misalnya film pertarungan antar dewa yang tak sesuai logika kita. Ini berbahaya sekali bagi agama. Maka kita harus menjaga agama.

Ada lagi misal ada tanya-jawab tentang belajar tenaga sakti apa boleh selama akidahnya kuat?
Tetapi siapa yang bisa menjamin akidah tetap kuat? Maka sebaiknya kita menghindari hal-hal yang menyalahi akidah,  misal ada aturan setelah khataman harus Puasa 9 hari dan sebagainya. Ada pula amalan Asmaul Husna tetapi ada dua yang aneh karena bukan dari Asmaul Husna. Ini merupakan penyimpangan yang harus ditinggalkan.

3.2. Menjaga Allah dengan Komitmen mengerjakan Perintah dan meninggalkan larangan-laranganNya.

Kita perlu mengkaji apa yang diperintah dan apa yang dilarang.
Biasanya perintah dan larangan diawali dengan kata : " Yaa ayuhaladzina Amanu" dan "Yaa Ayuhanass".

Contoh yang paling populer adalah surat Al Baqarah. 183

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ ....

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa ...,"
(QS. Al-Baqarah 183)

Kita semua taat melaksanakan perintah puasa. Akan tetapi aneh, kenapa kita tidak taat pada perintah lain,  padahal redaksional perintahnya mirip.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰى   ۗ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu melaksanakan qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh.." (QS. Al-Baqarah 178)

Orang menjadi bingung,  disini hukumnya tidak begitu. Padahal agama itu diturunkan antara lain untuk menjaga jiwa. Maka ancaman hukuman terhadap Pembunuhan juga amat berat (qisas).
Itu adalah perintah,  ada pula larangan misalnya :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً   ...

"Dan janganlah kamu mendekati zina; zina itu sungguh suatu perbuatan keji..." (QS. Al-Isra'  32)

Maka jika kita menjalankan Perintah dan menjauhi larangan itu namanya menjaga Allah.
Kita menjaga Ayat-ayat Perintah atau larangan Pribadi, maka Allah akan menjaga Pribadi kita. Ayat hubungan kekeluargaan, maka Allah akan menjaga kita dalam masalah keluarga. Bila kita menjaga Ayat-ayat Sosial,  maka Allah akan menjaga Kehidupan Sosial kita.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka..."
(QS. Al-Hujurat 12)

Buruk sangka, ini untuk kehidupan sosial dilarang. Bila kita bisa menjaganya maka Allah akan menjaga kehidupan bermasyarakat.
Dalam Surat Al Hujurat juga diperintahkan menutupi aib.

Di Indonesia ada Pemilu pemimpin 5 tahunan. Memprihatinkan bahwa banyak yang meninggalkan akhlak islam. Hari ini kita mendukung si A,  maka aib pribadi si A ditutup. Namun ketika si A pindah haluan maka semua aib pribadi si A keluar semua. Padahal kita diperintah menutupi aib.

 وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

“...Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. ....” [HR. Tirmidzi]

Kita lihat ketika pilkada,  betapa mudahnya kita mengeshare aib pribadi seseorang. Padahal itu larangan.

3.3. Menjaga Allah dengan Prinsip pada batasan Syariah.

Kalau kita bisa Total itu lebih baik, namun bila kondisi tidak memungkinkan maka kita hanya wajib menjalankan sebatas yang bisa dilakukan. Misal dalam hal ini adalah Bank Syariah,  seandainya belum bisa total ekonomi Syariah ya kita menjalankan semaksimalnya yang bisa dilakukan.
Ulama membuat kaedah untuk hal ini,

ما لا يدرك كله لا يترك كله

“Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya (yang mampu dikerjakan).”

3.4. Menjaga Allah,  dengan mempergunakan tubuh kita sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya.

Allah memberi kita tangan,  kaki, potensi dan sebagainya, jika kita manfaatkan sebagaimana Allah bertujuan menciptakan kita,  maka itu sebenarnya sudah mendatangkan penjagaan Allah pada diri kita.
Maka dalam Al Qur'an banyak ayat dengan kata "ma'a" yang artinya beserta.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْن

"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah 153)

Allah beserta orang yang sabar. Sabar itu tidak ada batasnya,  sabar itu indah,  sabar itu bukan defensif, bukan nrima. Sabar itu mempertahankan hak.

4. Jagalah Allah, Maka Allah akan engkau dapati dihadapanmu.

Dalam hadits lain dikatakan :

ﺗَﻌَﺮَّﻑْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺧَﺎﺀِ ﻳَﻌْﺮِﻓُﻚ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸِّﺪَّﺓِ

“Kenalilah (ingatlah) Allah  di waktu senang pasti Allah  akan mengenalimu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi)

Yang sering terjadi terbalik,  kita ingat Allah hanya saat susah,  namun saat lapang kita justru lupa. Mestinya ketika lapang,  yaitu sehat dan punya rejeki seharusnya makin banyak ibadahnya, banyak infaknya.
Itu namanya menjaga Allah.

Dalam hadits lain dikatakan
Ada seorang sahabat bertanya : "Ya Rasulullah bagaimana masuk surga?"
Rasulullah menjawab, "laksanakan yang wajib."
Tapi jika ingin tingkatan surga yang lebih baik maka lakukanlah amalan Sunah. Ibarat kuliah jika ingin lulus ada standard minimal kelulusan,  maka lakukan yang wajib. Namun jika ingin mendapat ranking,  lakukan yang sunah.

Ada hadits siapa yang membangun masjid di dunia maka Allah akan membangunkan rumah baginya di surga. Makanya kalau orang Arab memberi bantuan membangun masjid, dia menyumbang sendiri untuk satu masjid. Agak beda disini yang patungan membangun masjid.

Dalam sebuah hadis qudsi:
Allah Ta'ala berfirman, ".. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya. Adapun jika hamba-Ku selalu melaksanakan perbuatan sunah, niscaya Aku akan mencintanya. ........
Aku menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya ....."  (HR Al Bukhari)

Maka kadang ada orang yang diberi kelebihan dapat melihat melampaui kemampuan biasa,  itu mungkin karena amalan sunahnya luar biasa.

Ketika kita berdo'a maka kita merasa Allah itu dekat. Namun kadang kita keliru dalam memahami kedekatan Allah. Karena mestinya ketika kita berdosa segera bertaubat karena Allah dekat.
Ketika orang tua wafat kita malah minta orang lain mendoakan,  sementara kita malah sibuk melayani tamu. Ini kesadaran yang perlu ditingkatkan.

5. Apabila minta,  maka mintalah sama Allah.

Tak berarti jika meminta kepada Allah itu harus detail.  Kita tak perlu minta mobil , karena mungkin Allah memberi rejeki dengan cara lain.

Ada yang kecewa dengan cara penerimaan siswa cara zona,  karena tak dapat memasukkan anak ke sekolah lain. Ini tak perlu,  karena Allah memberi ilmu lewat jalan lain.

Sebelum kita menikah mungkin berdoa minta jodoh. Cuma mungkin orang tua berdo'a pengin anaknya menikah sama si A, padahal anaknya berdo'a minta nikah sama si B.

Itu semua menunjukkan jika kita berdoa jangan terlalu detail.
Bila kita minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah. Dalam surat Al Fatihah dikatakan bahwa sebelum meminta awali dulu dengan ibadah.

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah 5)

Hal penting lain bahwa do'a secara masal dan tujuan sama dampaknya luar biasa. Demikian pula do'a seorang Pemimpin yang Adil dampaknya luar biasa. Karena itu jika memilih pemimpin,  pilih yang bisa berdo'a.

6. Ketetapan Allah yang berlaku.

Ini yang terakhir terkait dengan :
"Seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu."

Ada kisah tentang Bung Karno (benar atau tidak tak diketahui)  , ketika di penjara di Digul dan diberi tahu akan dieksekusi besuk pagi.
Intinya adalah bahwa kemudian beliau memasrahkan nasib pada Al Qur'an yang dibuka,  kebetulan adalah ayat :

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ  ۚ  فَاِذَا جَآءَ  اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf 34)

Ternyata eksekusi dibatalkan. Wallohu alam.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Senin, 09 Juli 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

ISTILAH YANG BERUBAH MAKNA

Tanggal : 24 Syawal 1439 H/ 8 Juli 2018

Nara sumber :  Drs. H. Fachrur Rozi MAg

Ketika dua orang muslim bertemu di bulan Syawal, maka ucapan yang terbaik adalah : "Taqobalallohu minna wa minkum" (Semoga Allah menerima ibadah kami dan ibadah kalian). Namun ucapan ini semakin hari semakin hilang dari peredaran. Seandainya ada , kadang sebagiannya yang mengucapkan menjadi keliru karena tidak terbiasa. Namun kemudian tambah keliru lagi karena dikatakan : "Minal aidin wal Faizin".

Ada beberapa penggunaan istilah yang sering dipakai selama Ramadhan sampai Syawal yang sudah beredar dikalangan umat Islam.  Tidak keliru tapi perlu diluruskan. Sebab di Grup WA ada tulisan yang diatas-namakan Kholid Basalamah,  entah ini benar atau tidak,  yang mengatakan bahwa ucapan "Minal aidin wal faizin" , adalah ucapan yang keliru dan harus diganti "Taqobalallohu minna wa minkum". Ini perlu diluruskan agar Keislaman kita terjaga kemurniannya,  tetapi dari sisi muamalah tidak tercabut dari akar budaya kita.

Maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan,  dan akan kita awali dengan istilah ketika bulan Ramadhan.

1.  Takjil

Kita sering mendengar istilah Takjil. Bahkan takmir masjid juga membuat Jadual Takjil. Secara bahasa,  takjil itu artinya : Segera.
Lengkapnya
اِستَعْجَلَ - يَسْتَعْجِلُ، اِئْتَزَّ

ista'jala - yasta'jilu, iktazza (orang yang selalu tergesa-gesa).
Ketika masuk waktu maghrib,  maka Takjillah...artinya segeralah berbuka. Tetapi di masyarakat, takjil artinya menjadi snack.
Apakah Takmir masjid tidak tahu arti takjil,  sehingga membuat jadual sedekah snack dengan kalimat Jadual Takjil?
Atau kalimat Takjil sudah larut?  Berubah maknanya?
Bahkan hotelpun sudah biasa membuat Pengumuman : Disediakan Takjil gratis,  dan yang dimaksud adalah Kolak (Makanan ringan).

Dari kata Takjil itu kemudian berkembang pertanyaan,  waktu berbuka puasa itu kapan?
Ketika tiba waktu maghrib atau menunggu adzan maghrib selesai?
Memang boleh saja menunggu adzan selesai,  tapi itu bukan syarat untuk berbuka.  Karena belum tentu ada adzan yang terdengar ketika kita di daerah terpencil belum ada listrik dan tak ada radio. Atau ketika kita sedang berada di negara yang jarang ada muslimnya. Alasan kedua karena tak ada standard kapan selesainya adzan,  bisa panjang atau pendek.

2. Tarawih.

Istilah ini ternyata berasal dari Imam Syafii ketika beliau berkunjung ke Medinah. Beliau melihat orang shalat bakda Isya' dengan jumlah raka'at  yang banyak. Beliau berkomentar :
"Hadzihi sholatu Tarawih" ( Ini adalah shalat yang Santai).
Jadi Tarawih artinya santai,  karena beliau melihat shalat yang sangat pelan sekali. Sekarang kata Tarawih digunakan untuk nama shalat malam di bulan Ramadhan.
Karena banyak yang tak tahu artinya,  ketika Bilal mengajak : "Shollu sunattan Tarawih..." ( Mari kita bersama shalat Sunah dengan pelan-pelan.. ) , yang terjadi shalatnya ngebut,  cepat sekali.

Kadang diantara kita ada yang ingin menirukan Rasul dalam beribadah. Untuk diketahui bahwa Rasul tak pernah shalat malam lebih dari 8+3 raka'at. Kita bangga telah mengikuti itu,  tetapi tidak mengikuti selanjutnya. Karena oleh Aisyah dikatakan : "Jangan tanya panjangnya."
Rasulullah sangat lama shalatnya,  ternyata kita tidak siap untuk mengikuti Rasulullah. Kita tidak suka jika imam terlalu lama shalatnya. Bahkan ada masjid yang pesan agar imam yang memimpin jangan membaca surat yang panjang, atau ceramahnya jangan menyinggung hal-hal tertentu. Memang sunahnya sebenarnya yang mengimami adalah Tuan rumah asal bacaannya bagus,  bukan Ustadz tamu.

3. Tadarus

Yang dipraktekkan di masjid-masjid sesudah shalat Witir itu sebenarnya adalah Murotal,  bukan Tadarus. Karena Tadarus itu adalah dari kata

درس - يدرس - ادرس

( darosa - yadrusu - udrus ) = kuliah atau Kajian.
Yang dilakukan adalah membunyikan huruf-hurufnya Al Qur'an , belum sampai level kajian. Meskipun membaca Al Qur'an juga baik disisi Allah, mengerti atau tidak mengerti maknanya.
Di jaman dahulu para ulama memberi nama kegiatan tersebut dengan nama Tadarus karena kegiatannya berupa Taklim,  kajian dan tidak hanya membaca saja,  tetapi setiap membaca satu ayat dilanjutkan dengan penjelasannya. Sehingga selama Ramadhan itu mungkin hanya satu juz saja atau mungkin malah hanya beberapa surat dari Al Qur'an. Namun hal demikian membuat orang semakin faham dengan Al Qur'an.

Contoh misal pemahaman ayat ini :

اَلْهٰٮكُمُ التَّكَاثُرُ حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,  sampai kamu masuk ke dalam kubur." (QS. At-Takasur Ayat 1-2)

Jelas kita dilarang menumpuk harta dengan tujuan dikoleksi tanpa dimanfaatkan. Tetapi banyak terjadi misalnya punya gelas bagus dan hanya disimpan saja. Bahkan anaknya sendiri tak boleh pakai gelas bagus karena merasa sayang,  dan diperintahkan pakai gelas lain untuk harian dengan alasan gelas bagus disimpan untuk menjamu tamu. Tetapi apa yang terjadi?  Ketika tamu datang cukup dijamu dengan aqua gelas. Itu contoh sederhana tentang menumpuk harta yang mungkin juga kita lakukan. Membeli sesuatu hanya karena tertarik tapi cuma disimpan tak pernah dimanfaatkan.

4. Iedhul Fitri

Secara bahasa sebenarnya iedhul Fitri  berarti Kembali Sarapan. Setelah lama Ramadhan,  maka ketika Iedhul Fitri , masuk 1 Syawal kita kembali makan. Maka Shalat Iedhul Fitri sunahnya sebelum shalat diawali dengan Sarapan.
Kemudian arti Iedhul Fitri  berkembang jadi Kembali kepada Kesucian,  hal ini ada kisahnya dan ada alasannya. Karena setelah berpuasa selama Ramadhan dikatakan oleh Rasulullah sebagai kembali seperti bayi.
“Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.” (Ibnu Rajab).

Kemudian yang sering terucap adalah kata : "Minal aidin wal Faizin". Itupun kadang ditulis dengan tulisan yang salah,  pakai "dz".
Hal begini sering terjadi,  termasuk kata Ramadhan (dibaca Romadhon) artinya adalah "membakar", maksudnya membakar dosa. Ada yang perlu diwaspadai dalam penulisan kata “Ramadhan,” yaitu jangan sampai kita menghilangkan huruf “h” sehingga kemudian menjadi “Ramadan” karena dalam bahasa Arab pengertiannya akan berubah jadi mata bengkak.

Kekeliruan berikutnya adalah kalimat "Minal aidin wal faizin" diartikan sebagai Mohon maaf lahir batin. Kemudian dijawab : Sama-sama...
Ini perlu diluruskan bahwa Minal aidin wal faizin artinya adalah "Kembali dan Menang". Ini adalah sebuah doa yang panjang, kita kembali kepada fithrah dan menang.

Ada sejarah yang melatar belakangi hal ini yaitu Perang Khondag. Ketika Pasukan Mekkah akan menyerbu Rasulullah di Medinah,  kemudian Rasulullah mengajak para Sahabat untuk rapat. Dalam rapat diputuskan strategi menggali parit (khondag)  di pinggir kota untuk perlindungan agar tidak terjadi perang di kota. Ketika menggali parit,  terhalang sebuah Batu yang besar. Dan para sahabat melaporkan hal ini kepada Rasulullah.

Akhirnya Rasulullah mengambil alat pemukul Batu, dan sambil meneriakkan Takbir : " Allahu Akbar", beliau memukul batu.  Batu tadi retak. Kemudian Rasulullah mengulangi memukul kedua kali dan meneriakkan takbir : "Allahu Akbar".
Batu itu pecah dan para sahabat yang mengagumi kekuatan Rasulullah ikut bertakbir juga , memuji Rasulullah :  "Allahu Akbar".
Rasulullah menjawab : "walillah hilhamd" (segala pujian hanya milik Allah).
Itulah riwayat kenapa lafadz takbir Hari Raya,  ada yang dua kali takbir,  dan ada yang tiga kali takbir (dua kali takbir Rasulullah dan jadi tiga kali takbir jika ditambah dengan takbir para sahabat).
Ketika Pasukan Mekkah tiba di dekat Khondag,  mereka berhenti dan berkemah sebelum menyerang.

Di malam hari menjelang perang pada keesokan harinya Rasulullah shalat tahajud memohon pertolongan. Pada saat shalat Witir,  Rasulullah mendengar suara gemuruh. Dan ternyata ketika esok hari,  semua tenda Pasukan Mekkah porak poranda dan mereka lari pulang. Ternyata suara gemuruh malam tadi adalah angin topan yang dikirim Allah untuk menghancurkan musuh.
Itulah perang jaman dulu,  ada etika bahwa perang dimulai ketika dua pihak siap. Ketika musuh hancur akibat angin topan,  maka perang tidak jadi. Rasulullah menang tanpa perang tanpa bertempur.

Beliau kemudian berpidato :
Laa - ilaaha - illallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah, - wa - a'azza - jundah, wahazamal - ahzaaba wahdah.
(Tiada Tuhan selain Allah dengan ke Esaan-Nya. Dia menepati janji, menolong hamba dan memuliakan bala tentara-Nya serta melarikan musuh dengan ke Esaan-Nya.)

Kemudian mereka, Rasulullah dan pasukan pulang ke Medinah, membawa kemenangan. Dan disambut dengan gembira dengan musik yang dipukul (Duff).
Maka Takbiran diperbolehkan dengan alat musik yang dipukul.

Maka kita mengqiyaskan Ramadhan dengan perang,  mudah-mudahan kita yang menjalani ibadah Puasa,  Shalat dan ibadah lainnya telah berhasil mengalahkan hawa nafsu dan kembali menjadi Fitrah.
Kita bersyukur bahwa budaya islam mewarnai Nusantara.

Taqobalallahu minna wa minkum.
Minal aidin wal Faizin, kullu 'amin wa antum bi khair.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK