Senin, 19 Maret 2018

Pengajian Ahad. AMM Banyumanik

Pengajian Ahad AMM Banyumanik

30 Jumadil Akhir 1439 H / 18 Maret 2018

Ahmad Taufan

*Menjaga Ukhuwah*


Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat  10)

Dengan islam ini kita dikondisikan sebagai orang yg bersih karena kita dalam sehari,  lima kali kita sholat dan sholat itu mempersyaratkan wudlu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tentu yg dimaksud bukan bersih secara fisik tapi bersih secara ruhani. Maka ketika Allah mengatakan cinta kepada orang yg suci itu bukan hanya suci lahir tapi juga batin. Suci batin itu terukur dengan sikap ikhlas dalam beribadah.

Dalam waktu dekat kita akan menjumpai perhelatan Akbar yaitu Pilkada serentak dan Pilpres.  Maka ketika menghadapi hal seperti ini penyakit perpecahan dalam umat itu mulai timbul kembali. Permusuhan, atau masalah lama kadang diungkit lagi,  padahal kita sudah diingatkan dengan firman Allah SWT :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا

"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai...."
(QS. Ali 'Imran 103)

Kita juga diingatkan bahwa kita ini bersaudara (QS Al Hujurat 10),  namun seolah semua ayat ini dilupakan. Kita dilarang untuk saling olok-mengolok.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ ...

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,  karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olok,..." (QS. Al-Hujurat 11)

Maka kita yg mengenal ayat-ayat ini dalam mensikapi perhelatan Pilkada nanti agar biasa-biasa saja,  tetap menjaga ukhuwah persaudaraan.

Kenyataan kemarin yg terjadi perdebatannya jauh lebih sengit,  merambah ke level aqidah,  ada juga tuduhan bid'ah, bahwa demokrasi itu adalah bid'ah yg sesat. Maka memutuskan untuk Golput. Padahal Golput ini dosa,  setidaknya ada dua dosanya :
1. Sebagai anak negeri tidak taat terhadap kesepakatan nasional.
2. Tidak bertanggung-jawab terhadap kemaslahatan umat.

Tapi lucunya meski mengatakan Demokrasi itu sesat, Pemimpin yg terpilih sesat, mereka tetap mentaati Pemimpin yg terpilih.

Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita?  Kita tetap harus berusaha semampunya.
Allah SWT berfirman:

 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا  بِاَنْفُسِهِمْ

".. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.." (QS. Ar-Ra'd  11)

Dikisahkan setelah jaman Nabi Musa, bangsa Israel menderita akibat penjajahan oleh Thalud. Bangsa Israel tak kuat dan mengadu kepada Nabinya waktu itu,  yaitu Nabi Samuel.
Tetapi kata nabi Samuel : " Jika ingin berubah maka kamu ubah dulu dirimu sendiri , Pemimpin itu sesungguhnya merupakan cermin dari yg dipimpin", padahal waktu itu belum dikenal Demokrasi.

Maka memilih Pemimpin di jaman sekarang pun juga akan mencerminkan rakyat yg dipimpin. Maka dibentuklah organisasi-organisasi. Dan orang-orang berimanpun mestinya akan berkelompok,  mereka akan berkumpul memilih Pemimpin yg arif, bijaksana, beriman, bertakwa, berfastabiqul Khoirot, Pemimpin yg suka Ukhuwah, suka ikut Pengajian, suka ikut taklim dan suka kepada Para ulama. Maka kalau kita demikian pasti Jawa Tengah akan berubah ke arah lebih baik.

Siapa yg akan dipilih,  tentunya akan kembali ke aspirasi masing-masing. Yg penting adalah tadi,  sesungguhnya sesama muslim itu bersaudara.
Jangan sampai justru orang islam mau diadu domba, nanti pasti orang lain yg akan mengambil manfaat.

Bagaimana mereka mengadu domba?
Maka akan muncullah istilah-istilah :
"Jangan bawa-bawa agama ke wilayah politik".
Padahal ini ucapan lipstick, strategi mereka. Keluar mereka berkata begitu,  ke dalam mereka berkata aqidah mereka.
Mereka mengatakan Tuhan tidak perlu dibela. Padahal kita umat islam perlu mengingat firman Allah SWT. :

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS. Muhammad  7)

Orang islam yg mengatakan agama tak perlu dibela berarti keliru. Ingat bahwa beberapa puluh tahun lalu orang Islam di Indonesia itu diatas 95%,  sekarang tinggal 85%.

Nabi Isa as pun juga mengajarkan kepada pengikutnya untuk membela agama Allah

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِيْسٰى مِنْهُمُ  الْكُفْرَ قَالَ مَنْ اَنْصَارِيْۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ  قَالَ الْحَـوَارِيُّوْنَ نَحْنُ  اَنْصَارُ اللّٰهِ ...

"Maka ketika 'Isa merasakan keingkaran Bani Israil , dia berkata, Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah? Para hawariyyun menjawab. Kamilah penolong agama Allah.." (QS. Ali 'Imran 52)

Kita membela agama Allah seperti diperintahkan, maka Allah akan menguatkan kita. Mirip dengan ketika kita diperintah bersyukur maka Allah akan menambah nikmat.
Maka membela agama Allah pada hakekatnya adalah membela eksistensi diri kita.

Ketika agama tak boleh dibela,  berarti tak boleh membela diri kita, artinya agar siap dijajah kembali.
Ketika umat islam sudah tidak ada interest dengan agamanya,  maka ketika itulah agama islam menjadi lemah.
Usaha untuk melemahkan kita tidak hanya lewat politik,  juga melewati narkoba. Kalau 1 atau 2 ons mungkin itu selundupan. Tapi kalau sudah beberapa ton,  ini sudah bukan selundupan lagi.

Maka solusi untuk itu semua adalah menjaga ukhuwah. Momen seperti Pilkada ini nanti adalah ujian ukhuwah kita. Apakah kecintaan kita kepada saudara kita ini berdasarkan kepada kecintaan kepada Allah SWT?  Ternyata kadang ikatan persaudaraan itu sangat nisbi,  sangat relatif.  Namun bila kecintaan kepada saudara itu didasari atas kecintaan kepada Allah maka beda pilihan pun tak akan membuat jadi perpecahan. Alhamdulillah bila pilihan bisa sama,  mengantarkan ke surga. Namun kadang pilihan-pilihan hanya didasari pertimbangan dunia saja.

Perintah Allah adalah berpegang teguh pada agama Allah jangan berpecah-belah. Perintah digabung dengan larangan kebalikannya,  berarti ini hukumnya wajib. Maka menjaga ukhuwah adalah utama, tetap bersilaturahim. Ayat tadi merupakan kesatuan dari ayat sebelumnya dari Surat Al Hujurat yg intinya agar menjaga persatuan umat dalam kesatuan Tauhid.

Dalam hadits disebutkan , orang mukmin itu bagai bangunan :

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim]

Dalam hadits lain,  orang mukmin diibaratkan tubuh :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

Ikatan ukhuwah,  itu sangat penting,  kita ingat bahwa negeri ini dibangun atas dasar ikatan ukhuwah,  ada Yong Java,  Yong Sumatera, dan sebagainya. Tapi yg menggerakkan mereka untuk memberontak agar merdeka adalah keimanan. Disana ada Tuanku Iman Bonjol dan sebagainya,  karena ketika dijajah tak dapat melakukan ketaatan kepada Allah maka mereka berjuang.

Kondisi sekarangpun perlu perjuangan,  kita tahu betapa hutang negara menumpuk, sudah melampaui 4000 trilyun. Namanya berhutang tentu saja tidak bebas,  harus membayar.
Lalu siapa yg bisa mengangkat harkat martabat bangsa ini?  Tentu umat islam,  umat islam yg berukhuwah,  bukan berpecah-belah. Umat yg dicintai Allah.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ  يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. As-Saff 4)

Juga dalam hadits :

قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “اَلْمُؤْمِنُ اَلْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلىَ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِيْ كُلٍّ خَيْرٍ،

Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing dari keduanya ada kebaikan....” [HR. Muslim].

Dikatakan mukmin yg kuat dicinta Allah maksudnya adalah mukmin yg menjaga ukhuwah,  tak mungkin mukmin yg berpecah belah akan kuat,  karena kekuatan umat ada pada jama'ah.
Bahkan janji Allah akan menolong itu dengan syarat bahwa kita mau menolong saudaranya yg lain.

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam,

وَ اللهُ فىِ عَوْنِ اْلعَبْدِ مَا كَانَ اْلعَبْدُ فىِ عَوْنِ أَخِيْهِ

 “Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya”. [HR Muslim].

Tak mungkin seseorang mau menolong saudaranya bila tanpa ukhuwah. Maka menjaga ukhuwah dalam ikatan iman ini sangat penting.

Menjaga ukhuwah adalah komitmen iman,  merupakan "qaulan sadida".
Maka orang baru bisa merasakan manisnya iman jika sudah bisa menjaga ukhuwah,  mencintai saudaranya karena Allah.

Saat kita berhadapan dengan realita maka akan banyak mendapat tantangan.Maka Ingatlah bahwa kita ini umat islam yg satu,  jangan mau diadu domba,  tetap menjaga ukhuwah islamiah.
Maka kala kita ingin mengubah maka perhatikan terhadap tatanan yg menjaga ukhuwah. Pilihlah Pemimpin yg mengajak takwa kepada Allah,  jangan yg memilih yg menjauhkan dari Allah. Pilih yg paling minim kemadharatannya.


TANYA - JAWAB

Pertanyaan. :

Bagaimana memilih Pemimpin berdasar keimanan,  toh kita kekurangan informasi yg disampaikan ke publik ,informasinya tidak sampai kesana.

Jawaban :

Ketika dikatakan bahwa Pemimpin itu merupakan cerminan dari yg dipimpin,  maka kepada siapa Allah meminta pertanggung -jawaban bila ada Pemimpin yg salah dipilih?
Tentunya kembali kepada diri kita masing-masing sebagai pemilih.

Maka dalam memilih kita tak boleh "wis pokoke.. ".

Memilih Pemimpin harus tahu siapa yg dipilih. Ibarat membeli barang, kita juga perlu tahu barang yg dibeli. Demikian juga dengan memilih Pemimpin,  karena itu kita wajib berusaha mencari informasi :

- Konsep utamanya adalah mencari yg paling baik dan mendorong ukhuwah.
- Apakah calon akan membantu umat islam,  memajukan pengajian, membantu jama'ah.
- ‎Sekarang media informasi sudah gampang diperoleh. Buka profil masing-masing dan teliti kegiatan pendidikan dan pengalaman.
- ‎Bagaimana track recordnya dan kegiatan agamanya.
 - ‎Atau dengan cara bertanya kepada Para Pemimpin, kalau di organisasi ya ke Pemimpin Organisasi,  atau tanya ke Ustadz.
- ‎Perlu cross cek,  tanpa berdebat karena kadang ada yg fanatismenya berlebihan, melibatkan emosi.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar