Minggu, 03 Desember 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

14 Robiul awal 1439 H / 3 Desember 2017

Drs. H. Hamzah Rifqi MSi

Memaknai Kembali Maulid Nabi Muhammad SAW

Akhir-akhir ini kita masih menemui hal-hal yg dari dulu tak ada perubahan terkait Maulid Nabi,  bahkan ada hal yg bukan ibadah diyakini sebagai ibadah. Maka,  mari kita maknai kembali,  mengapa kita merayakan Maulid Nabi.
Yg jelas adalah pembaruan terhadap rasa syukur bahwa pernah dilahirkan seorang Nabi Muhammad yg sangat berjerih payah sehingga kita jadi orang islam. Seandainya nabi dulu semangatnya seperti kita,  yg lemah dalam berjuang, apalagi bila diejek maka kondisi islam tak akan begini.

Nabi SAW bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Manusia yg kelihatan berjasa saja tidak mendapat ucapan terima kasih,  apalagi Allah SWT yg tidak terlihat.
Kita makan nasi dari padi yg ditanam petani,  petani menanam tetapi Allah yg menjadikan padi. Apakah kita berterimakasih pada petani?
Maka dalam rangka bersyukur kepada Allah SWT, tak mungkin kita tidak berterima kasih kepada Nabi Muhammad SAW.

Masalahnya bagaimana kita berterimakasih kepada nabi? Apakah dengan menyanyikan ?  Tentu saja tidak.
Untuk berterima kasih maka kita harus menumbuhkan cinta kepada Nabi.

أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَحُبِّ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ (رواه الديلمي عن علي)

Dari Ali kwj., Nabi Muhammad saw bersabda : " Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara : Kecintaan kepada Nabimu, Kecintaan kepada Ahlul Baitnya, dan cinta membaca Al-Qur’an.”. (HR. Al-Dailami)

*A. Mencintai Nabi*

Kita ini hidup dalam dunia sebab akibat. Tak ada akibat yg tak ada sebab. Dulu ada istilah " Tresno jalaran soko kulino" (Cinta akibat terbiasa).
Suami cinta isteri pasti ada sebabnya, dan cinta suami pada isteri luntur,  pasti juga ada sebabnya.
Maka bagaimana seharusnya kita mencintai nabi. ?

1.Karena Beliau itu sangat mencintai umatnya,  bahkan termasuk yg belum kelihatan sebagai umatnya.

Karena cintanya itu maka beliau berani mengorbankan jiwa-raga.
Santri Ciamis nekad jalan kaki ke Monas pada waktu 212 karena Cinta. Cinta itu perbuatan hati jadi kita tidak tahu, Nabi juga begitu.

لَـقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ  عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ  رَّحِيْمٌ

"Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman." (QS. At-Taubah 128)

Beliau itu orang terhormat,  rela terusir.

2. Mencerahkan dari Kegelapan.

هُوَ الَّذِيْ يُصَلِّيْ عَلَيْكُمْ وَمَلٰٓئِكَتُهٗ  لِيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ  ۗ  وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَحِيْمًا

"Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya memohonkan ampunan untukmu , agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab 43)

Sekarang kita tinggal menerima enaknya saja.  Proses untuk menjadi seperti ini dulu dikerjakan nabi dengan mati-matian. Nggak usah jauh-jauh,  sekarang saja anak kita tidak menyadari betapa berat perjuangan kita dulu untuk menjadi seperti saat ini.
Kita sekarang shalat dengan mudah,  jaman Nabi dulu mau shalat dilempari Batu. Proses itu memang luar biasa. Kadang yg diberi petunjuk malah memusuhi. Bagaimana jika kita yg diperlakukan seperti itu?

Dalam ayat lain :

رَّسُوْلًا يَّتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ مُبَيِّنٰتٍ لِّيُخْرِجَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ

"(dengan mengutus) seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya"
(QS. At-Talaq 65: 11)

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah , meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata," (QS. Al-Jumu'ah  2)

Kalau kita tidak mendapat informasi dari Allah (lewat Rasul) bahwa kita adalah keturunan Adam maka kita akan menganggap diri kita keturunan kera.

3. Beliau sengsara demi umatnya.

Nabi-nabi Sebelumnya gagal ditengah jalan,  maka umatnya tetap dalam kegelapan. Maka jika nabi Muhammad sampai putus asa, kita juga akan jadi umat yg gagal. Agar tidak terjadi hal itu maka Beliau mau sengsara demi umatnya.
Sampai digambarkan oleh Allah SWT. :

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ  مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ......

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang dengan berbagai cobaan, sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? ...." (QS. Al-Baqarah  214)

Kalau bukan karena penderitaan luar biasa tak mungkin mereka sampai mengeluh : "Kapan pertolongan Allah datang? ".

Allah SWT berfirman:

اِنَّ  الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ  يَحْزَنُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati." (QS. Al-Ahqaf 13)

Istiqomah,  tetap bersabar dalam cobaan itu yg sulit.  Banyak orang dicoba sakit dan dokter kesulitan dalam menyembuhkan terus lari minta tolong dukun. Ini tidak sabar kepada Allah. Lupa bahwa musibah itu kehendak Allah.

مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah.."
(QS. At-Taghabun  11)

Dibalik musibah,  pasti Allah SWT punya maksud baik,  tinggal kita percaya atau tidak.

Dalam memperjuangkan islam ini Nabi sampai dianggap sebagai orang gila, agar tidak melanjutkan dakwah. Namun Allah SWT berfirman:

اَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوْا مَا بِصَاحِبِهِمْ مِّنْ جِنَّةٍ  ۗ  اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

"Dan apakah mereka tidak merenungkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak gila. Dia (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang jelas." (QS. Al-A'raf  184)

Nabi juga dituduh pendusta.

وَعَجِبُوْۤا اَنْ جَآءَهُمْ مُّنْذِرٌ مِّنْهُمْ   ۖ  وَقَالَ الْكٰفِرُوْنَ هٰذَا سٰحِرٌ  كَذَّابٌ 

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta." (QS. Sad 4)

Tak hanya itu,  mereka menawarkan hadiah berupa wanita dan harta agar nabi menghentikan dakwah. Tapi nabi menolaknya.
Kalau perjuangan nabi tidak sehebat itu,  maka islam tak akan sampai kepada kita.
*Lalu kenapa kita tidak berterima kasih kepada Nabi?*

*B. Bersyukur kepada Nabi*

Bersyukur tidak cukup dengan ucapan saja. Bersyukur itu antara lain dengan memanfaatkan sesuatu sesuai dengan fungsinya.
Contoh,  kita mendapat oleh-oleh (buah tangan)  sebuah peci dari tetangga yg pulang dari umrah. Maka jika kita pakai, tetangga akan senang. Dan jika kita sia-siakan akan membuat sakit hati.

Oleh karena itu mencintai nabi itu sudah semestinya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لَايُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
( صحيح البخاري )

Sabda Rasulullah saw : “Belum sempurna iman kalian, hingga aku lebih dicintainya, dari ayah ibunya, dan anaknya, dan seluruh manusia” (Shahih Bukhari)

Orang tua yg bukan islam,  hanya berjasa menyelamatkan anak di dunia saja,  Nabi lebih dari itu karena menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat.
Ketaatan kita kepada orang tua jangan sampai mengalahkan ketaatan kepada nabi.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا .....

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya....” (QS. Lukman: 15).

Ini yg dimaksud dengan mencintai nabi.
Dilain pihak juga tidak boleh mencintai Nabi dengan melampaui batas, antara lain :

1. Nabi Muhammad adalah Hamba dan Utusan Allah.

Rasulullah Saw. bersabda :

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ (رواه البخاري)

“Janganlah kalian memuji/menyanjung aku secara berlebihan, sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa bin Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah ‘hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Bukhari)

Nasrani menyanjung Nabi Isa sebagai Anak Tuhan,  saking dekatnya.

2. Nabi tidak tahu barang Ghoib.

قُلْ لَّاۤ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَـفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰهُ   ۗ  وَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ   ۛ   وَمَا مَسَّنِيَ السُّۤوْءُ   ۛ  اِنْ اَنَاۡ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf 188)

Barang Ghoib maksudnya adalah kejadian yg belum terjadi. Nabi ternyata tak tahu,  maka tak mungkin ada orang atau Kiai yg tahu apa yg belum terjadi.

3. Nabi tidak memiliki Sifat Rububiyah.

قُلْ اِنِّيْ لَاۤ  اَمْلِكُ لَـكُمْ ضَرًّا وَّلَا رَشَدًا

"Katakanlah (Muhammad), Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu." (QS. Al-Jinn  21)

Ketika masih hiduppun Nabi tidak bisa memberi kemudharatan,  apalagi ketika beliau sudah wafat.  Kalau Nabi saja tak bisa apa lagi Makam Para Wali?

*C. Wujud Mencintai Nabi*

1. Ittiba' (Tunduk mengikutinya)

Cinta adalah hasrat untuk membahagiakannya. Lalu bagaimana menyenangkan Nabi?

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ  يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran 31)

وَمَاۤ اٰتٰٮكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰٮكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا  ۚ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ 

". Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya."
(QS. Al-Hasyr  7)

Menghindari yg dilarang itu semua orang bisa,  tapi melaksanakan perintah tidak semua orang bisa.
Misal,  larangan narkoba,  barangnya tak ada maka otomatis bisa meninggalkan.
Tapi perintah belum tentu bisa. Kalau bisa belum tentu mau.

2. Lebih Mengutamakan Syariatnya.

Kalau ada petunjuk nabi maka itu pasti yg paling baik.  Jangan meninggalkan syariat nabi terus memakai Adat.
Karena berarti menganggap yg diajarkan nabi belum bagus.

3. Banyak mengingatnya.

Kita diperintah banyak membaca shalawat, bukan shalawatan.

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ   ۗ  يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
(QS. Al-Ahzab 56)

4. Mencintai yg Dia cintai.

Siapa yg dicintai nabi. ? Dialah para sahabat .Kita dilarang mencela para sahabat.

Rasulullah SAW bersabda :  “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in)” (HR. Bukhari dan Muslim).

5.  Mencintai yg Dia bawa

Yg dibawa Rasul adalah Sunnah-sunnahnya.

6.  Berani berkorban untuknya.

"(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar."
(QS. Al-Hasyr  8)

"Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Al-Hasyr 9)

Ketika Hijrah,  orang-orang Muhajirin tidak membawa harta apapun ketika pergi ke Medinah. Demikian juga orang Anshor, memberikan apapun yg dibutuhkan orang Muhajirin.

Maka sebaiknya, sikap kita :
1. Menerima Tuntunan Rasul.
2. ‎Tidak menyandingkan dia dengan yg lain.
3. ‎Tidak over-acting dalam beribadah.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar