Minggu, 24 Desember 2017

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

6 Robi'ul akhir 1439 H / 24 Desember 2017

Dr.H. Haerudin, SE, MT

*Hakekat Manusia*

Dilihat dari penciptaannya manusia tersusun dari unsur bumi dan langit. Unsur bumi menyumbang tanah sebagai unsur penciptaannya. Setelah proses penciptaan fisiknya sempurna dari tanah ini,  ruh sebagai unsur langit ditiupkan Allah kepadanya.
Dari dua unsur ini berdasar fungsinya, manusia disimbulkan dengan tiga unsur utama : Hati,  akal dan Jasad .

Menurut Ali Shariati, dari dua unsur juga diartikan kadang kita salah,  kadang kita benar. Jadi kalau manusia takwa itu tak berarti tak pernah salah. Dia bisa saja salah,  tapi kemudian bertobat,  meminta ampun dan tidak melanjutkan kesalahannya. Pertanyaannya kemudian adalah banyak mana antara perbuatan salah dan benar.  Mari kita muhasabah diri sendiri,  tak perlu menilai orang lain.

Siapapun dan apapun kedudukannya,  manusia harus memahami hakikat diri sendiri dan kehidupannya. Hal ini penting untuk menjaga agar manusia dapat berlaku adil terhadap dirinya,  penciptaannya.

Hakekat manusia itu ada Lima :
1.  Sebagai Makhluk (diciptakan)
2. ‎Sebagai Mukarom (dimuliakan)
3. ‎Sebagai Mukallaf (dibebani)
4. ‎Sebagai Mukhoyyar (bebas memilih)
5. ‎Sebagai Majzi (mendapat balasan)

Itulah sistem yg sudah ditentukan oleh Allah dan selanjutnya kita urai satu-persatu.

*1. Hakekat 1 : Sebagai Makhluk.*

*a)  Dengan Fitrah tertentu*

Allah SWT berfirman:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا   ۗ  فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا   ۗ  لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ  ۗ  ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ   ۙ   وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ 

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam ; (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS. Ar-Rum 30)

Fitrahnya manusia itu berketuhanan,  mereka yg sehari-hari pemabok, penjudi ternyata tak mau ditiru anaknya. Mereka tetap minta agar anaknya belajar agar baik.  Orang-atheism yg selalu berpandangan materialismepun juga mengakui hal yg tak nampak, misalnya mereka juga percaya adanya listrik.
Sebagai manusia ia tidak pernah menjadi malaikat yg tercipta dari cahaya, atau iblis yg tercipta dari api. Sepandai-pandainya manusia ia tidak dapat mengetahui rahasia yg Allah bukakan untuknya.

*b) Bergantung Pada Kholiknya*

Tidak dapat berdiri sendiri bahkan untuk kelangsungan hidupnya.

Manusia itu Fakir :

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَآءُ اِلَى  اللّٰهِ ۚ  وَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ

"Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu , Maha Terpuji." (QS. Fatir 15)

Manusia itu fakir karena dia makhluk ,  hanya Allah Maha Kaya. Manusia itu hanya merasa kaya, baju terbatas, makan pun terbatas. Bahkan kalau tua makan apa-apa dilarang, karena diabetes-hipertensi...Bukankah itu kefakiran?
Kelak di surga, baru merasa senang,  makan apapun tak dibatasi. Itu adalah gambaran surga. Di surga disediakan bidadari,  lalu bagaimana yg wanita?  Ketahuilah itu bahasa untuk memudahkan pemahaman kepada manusia bahwa surga itu tempat menyenangkan yg tak tergambarkan manusia. Penggambaran dengan bahasa yg halus maka yg dikatakan laki-laki mendapat banyak bidadari, bukan dengan bahasa kasar.
Karena kita fakir maka kita tergantung kepada Allah yg mencipta,  jangan sampai tergantung pada Tempat Keramat seperti Gunung atau Pohon, atau pada Keris atau Akik. Itu salah alamat.

Manusia itu Dhoif (Lemah)

يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ  وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah." (QS. An-Nisa' 28)

Bukankah kita digigit nyamuk saja tak dapat tidur?  Itu karena kita lemah.
Kita makhluk,  maka kita lemah. Maka kita minta pada yg menciptakan kita lewat doa dan usaha.
Di Jawa ada istilah bila sibuk kerja tak karuan dikatakan : "sibuk ngalor-ngidul".
Sebetulnya adalah pengingat bahwa apa yg dikerjakan kelak tetap akan dibujurkan "ngalor-ngidul" (mayat di Jawa selalu dimakamkan dng arah Utara-selatan). Ini peringatan agar kita berdoa.
Untuk itu butuh Nalar (logika) ; kalau berdoa kepada Pencipta, bukan kepada Dukun.

*2. Hakekat 2 : Kita dimuliakan*

Allah menyayangi manusia melampaui yg lain.

*a) Disempurnakan.*

Allah SWT berfirman:

ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْــئِدَةَ     ۗ  قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ

"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. As-Sajdah 9)

Betapa manusia diciptakan dari tanah liat dan air yg hina akan tetapi Allah menghendaki manusia menjadi makhluk yg mulia dan dimuliakan.
Dibandingkan makhluk lain kita mulia.
Sayang tak banyak yg bersyukur,  manusia mengingkari PenciptaNya.

*b) Diberi keistimewaan.*

وَلَـقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْۤ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS. Al-Isra'  70)

*c) Alam ditundukkan untuk kita*

Sedemikian sayangnya Allah kepada manusia,  sampai Alampun harus melayani manusia.

وَسَخَّرَ لَـكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا مِّنْهُ   ۗ  اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

"Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Al-Jasiyah  13)

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖ ۗ  وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

"Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahi lah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al-Mulk 15)

Alam diminta melayani manusia,  maka manusia harus mengelola alam. Manusia dijadikan kholifah di muka bumi

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً 

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.."
(QS. Al-Baqarah 30).

Allah membuat hukum-hukum untuk alam agar tunduk kepada manusia. Itulah Sunatullah yg wajib dipelajari manusia.
Sunatullah sifatnya obyektif,  tetap dan tak berubah. Untuk memanfaatkan alam, maka manusia harus berusaha,  jangan bermalas -malasan.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
(QS. Al-Insyirah Ayat 7- 8)

Ingin banyak rejeki?  Maka sunatullah nya adalah berusaha atau punya usaha tak cukup hanya dengan Shalat Dhuha saja. Bila semua hanya shalat dhuha dan tak ada yg berusaha,  maka ekonomi akan macet.
Agar berjalan dengan baik maka manusia harus bekerjasama, jangan bekerja sendiri. Dasarnya adalah Fastabiqul Choirot (berlomba dalam kebaikan), harus fokus  dan Silaturahim. Yg perlu dievaluasi adalah kita belum menikmati Manisnya iman.

*3. Hakekat 3 : Manusia itu Dibebani*

Mukallaf artinya Dibebani,  sebagai makhluk yg diistimewakan dengan berbagai kelebihan, manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan tanggung jawab.

Potensi besar yg diberikan Allah kepada manusia juga dimaksudkan agar manusia mampu mengelola bumi ini mewakili Allah , mengatur kehidupan sesuai yg dikehendakiNya,  dan tidak berbuat semaunya.

Jadi mereka yg mengatakan hanya memikir akhirat saja itu keliru. Hidup ini sebenarnya tidak ada urusan dunia. Semua adalah urusan akhirat, karena semua hal yg kita lakukan di dunia akan diminta pertanggung-jawaban.

Bentuk pembebanannya adalah :

*a) Ubud ilallah*

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 56)

Nikmat penciptaan dengan berbagai kelebihan harus disyukuri dengan melakukan ibadah sebagai ekspresi ketundukan dan keikhlasan kepada yg Maha Menciptakan.

*b) Kholifatul Ardhi*

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً  ۗ  قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ  وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ  قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah 30)

Dzikir itu mengingat Allah,  tidak sekedar di lesan. Banyak orang korupsi, dia tidak berdzikir.  Tak mungkin dia korupsi sambil berdoa agar tidak konangan.
Itu artinya dzikir yg keliru, tidak sesuai antara lesan dengan hati. Kita banyak menghafal tapi tak tahu apa yg dihafal.

*4. Hakekat 4 : Bebas Memilih*

وَهَدَيْنٰهُ  النَّجْدَيْنِ

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)." (QS. Al-Balad 10)

اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا  كَفُوْرًا

"Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur." (QS. Al-Insan 3)

*a)  Akal untuk Memilih*

Kalau Allah menghendaki manusia bisa diciptakan tanpa akal pikiran sehingga dia tidak dapat memilih apa yg ingin dilakukan.
Dengan keistimewaan akal dan hatinya manusia diciptakan sebagai makhluk pilihan yg bebas memilih dan menentukan nasibnya sendiri.

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ  فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ ۗ  وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

"Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. At-Taghabun 2)

وَقُلِ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ  فَمَنْ شَآءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَآءَ فَلْيَكْفُرْ  ۙ..

"Dan katakanlah (Muhammad), Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir..."
(QS. Al-Kahf  29)

Semua ada aturan,  mau masuk surga ya harus shalat. Akal untuk memilih,  mau neraka atau surga,  dan semua perbuatan ada konsekwensinya. Kita hanya menyampaikan, Nabi pun juga hanya menyampaikan aturan,  tidak bisa memaksa.

*5. Hakekat 5 : Majzi*

*a) Pilihan Dipertanggung-jawabkan*

Keberadaannya sebagai makhluk yg diberi kebebasan untuk memilih  itu bukan tanpa konsekwensi.
Sesungguhnya nikmat kelebihan dan keistimewaan yg Allah berikan kepadanya akan diperhitungkan oleh Allah.

*b)  Mendapat balasan sesuai pilihan*

Balasan itu nanti di akhirat. Ada yg keliru mengatakan balasan di Mekkah ketika naik haji.  Buktinya koruptor naik haji,  memakai haji plus ya tetap enak,  tidak ada balasan. Karena balasan yg hak itu nanti di akhirat.
Banyak pula paradigma keliru bahwa sukses itu jika hartanya banyak. Itu keliru,  karena sukses adalah di akhirat.
Jadi usaha adalah hal yg mutlak untuk sukses.

وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰى وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰى ثُمَّ يُجْزٰٮهُ الْجَزَآءَ الْاَوْفٰى

"dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,"
(QS. An-Najm Ayat 39-41)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar