Minggu, 21 Januari 2018

Pengajian Ahad AMM Banyumanik

Pengajian Ahad AMM Banyumanik

4 Jumadil Awal 1439 H /21 Januari 2018

Bp. Ahmad Taufan

*Mentauladani Luqman*

Luqman adalah manusia biasa,  bukan Nabi dan bukan Rasul. Tetapi dia salah satu manusia yg namanya diabadikan menjadi nama Surat dalam Al Qur'an.
Jadi Luqman ini pasti luar biasa.
Digambarkan bahwa Luqman adalah seorang yg pendek,  hitam dan bibirnya lebar. Luqman adalah hamba Allah yg menegaskan bahwa Allah tidak melihat penampilan kita,  yg dilihat adalah hati.

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَ رِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ

"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (HR Muslim)

Luqman, digambarkan dia bekerja di sawah,  dia juga mengimami jama'ah,  dia juga memberi taushiah. Luqman ini diberi Hikmah,  maka dia dikenal sebagai Luqmanul Hakim.

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗ  وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ ۚ  وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ  حَمِيْدٌ

"Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji." (QS. Luqman 12)

Luqman adalah contoh orang yg Bersyukur.  Bersyukur pada Allah itu manfaatnya untuk diri sendiri, karena Allah tidak membutuhkan diberi ucapan terima kasih. 

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ  لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْد

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku , maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

Luqman ini berwasiat beberapa hal kepada anaknya :

*1. Wasiat untuk bertauhid kepada Allah*

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ  ۗ  اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْمٌ

"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman 13)

Luqman memanggil anaknya dengan bahasa yg indah,  " yaa bunaya". Mengajarkan kepada orang tua,  agar tetap lembut meski kepada anak,  jangan kasar. 
Luqman menasehati anak agar tidak menyekutukan Allah. Kita mungkin sudah sering mendengar ini,pertanyaannya adakah kita sudah melakukannya ?  Menasehati anak agar tidak musyrik ?

Syirik itu kesesatan,  iman itu jangan sampai dicampuri kesesatan. Kalau sudah yakin Allah harus yakin dengan kuat, jangan sampai jika mau bepergian menanyakan "weton" dulu. Ini namanya keraguan. Ketika kita keluar rumah,  berdoa :

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

"Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku pada Allah dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allah saja."

Tidak mencampuri iman dengan kesyirikan, maka para Sahabat demikian bersemangat ketika mendapat perintah Perang,  tak ada keraguan dalam hati karena iman yg kuat. Persiapan tetap perlu,  karena itu adalah ikhtiar.

Jangan seperti kisah Tentara Thalut,  Thalut mempersiapkan rakyatnya untuk menghadapi Jalut.  Namun iman mereka lemah, belum berangkat sudah ragu.
Saat pasukan Thalut melewati sebuah sungai, ia pun berkata: "Wahai prajuritku! Kau boleh meminum air sungai ini, tetapi tidak boleh lebih dari dua teguk".
Tapi banyak yang tidak mematuhi. Bahkan sampai ada yang berenang. Maka berkuranglah pasukannya, tak jadi ikut perang.

Berangkat pengajian itu juga adalah jihad saat ini. Namun mereka yg lemah akan merasa cukup dirumah saja,  bukankah kalau mau ngaji tinggal membuka you tube? Tidak benar,  karena ini masalah syiar, masalah amar makruf yg diperintahkan kepada kita,  khoiru umat.

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ  بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ

"Kamu umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kamu menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.." (QS. Ali 'Imran 110)

Luqman menasehati anak dengan cara yg luar biasa, agar tidak mempersekutukan Allah.

*2. Wasiat untuk Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Kedua Orang Tua.*

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسٰنَ بِوَالِدَيْهِ ۚ  حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَالِدَيْكَ ۗ  اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Luqman 14)

Wasiat kedua adalah Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada kedua orang tua,  khususnya kepada ibu yg telah mengandung kita selama 9 bulan dan menyusui kita 2 tahun lamanya.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah : ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita diperintahkan meniru Luqman, bahwa mengutamakan Allah itu penting,  namun yg sering terjadi adalah Orang Tua menasehati anak agar tidak tidur terlalu malam,  khawatir terlambat Sekolahnya besuk,  kenapa tidak khawatir Terlambat Shalat Subuhnya?  Padahal hal ini dampaknya lebih besar?
Jika tidak terlambat Shalat Subuh Bukankah tak akan terlambat Sekolahnya juga?

*3.  Wasiat Luqman jika Orang Tua memaksa kita untuk Musyrik.*

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰۤى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖ  وَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ   ۚ  ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

"Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman 15)

Meski Orang Tua kafir,  kita tetap harus menghormati. Demikian juga misal memberikan Nasehat yg menjurus ke arah kemusyrikan maka kita harus menolak,  tapi dengan santun.

*4. Wasiat Luqman bahwa setiap Perbuatan sekecil apapun,  dan tersembunyi dimanapun pasti akan diketahui dan dibalas Allah*

يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

"(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui." (QS. Luqman 16)

Maka bila kita selalu merasa diawasi Allah tak mungkin kita berani berbuat kejahatan.

*5. Wasiat Luqman untuk. Amar makruf Nahi Munkar*

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ  بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَاۤ اَصَابَكَ ۗ   اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ۚ 

"Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS. Luqman 17)

Perintah dalam islam tidak sekedar menjadi Orang Baik,  kita diperintahkan untuk Mengajak Orang Lain untuk berbuat kebaikan dan mencegah yg buruk.

Rasulullah sebelum diangkat jadi Rasul dikenal sebagai Orang baik, dan orang baik disenangi orang.
Namun ketika mengajak Orang lain berbuat baik maka mulailah ada cemoohan. Lebih-lebih ketika melarang yg mungkar,  mulailah banyak yg memusuhi.

Melawan penyakit Sosial dengan Nahi Munkar,  ini yg berat karena akan mendapat perlawanan. Kenapa kemungkaran harus dilawan,  karena bila Allah mengadzab maka yg terkena adalah semua,  bukan hanya pelaku kemungkaran.
Untuk itu semua kita diperintahkan agar sabar dan memiliki ilmu.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar