Senin, 15 Oktober 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

NIKMAT YANG TERLUPAKAN

Tanggal : 5 Shafar 1440 H/ 14 Oktober 2018

Nara sumber :  Drs.H. Fachrur Rozi MAg

*Turunkan Tensi Kesombongan*

Ibnu Abbas adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat cerdas,  beliau berusia 9 tahun ketika Rasulullah wafat. Dia pernah dido'akan Rasul agar menjadi ahli agama dan do'a Rasul ini terkabul.  Bahkan Rasul pernah berpesan kepada Umar jika dia menemukan ayat yang tidak paham maknanya agar bertanya kepada Ibnu Abbas.

Pelajaran yang didapat adalah bahwa kita boleh belajar kepada siapa saja,  termasuk kepada anak muda kalau memang dia pandai.
Demikian juga jika kita memilih Pemimpin atau Imam Shalat tidak masalah meskipun berusia muda asal berkompeten.
Maka kriteria untuk menjadi Imam Shalat urutannya adalah :
- Yang fasih bacaannya.
- ‎Yang baik akhlaknya
- ‎Yang diterima oleh Kaumnya
- ‎Yang matang usianya.
Dalam hal ini usia ternyata bukan paling utama. Memang pada umumnya ketika tambah usia akan tambah zuhud,  tambah baik.

Manusia itu cenderung sombong karena merasa lebih. Karena merasa lebih tua dia merasa lebih baik. Karena merasa lebih lama tinggal di kampung dia merasa lebih baik. Karena merasa lebih senior di organisasi dia merasa lebih baik.
Ini keliru. Kita dapat belajar dari Perang Khondag,  ternyata bukan usulan Abu Bakar atau Umar yang diterima Rasul,  melainkan usulan Salman al Farisi yang merupakan orang baru masuk islam.

Maka yang paling bagus adalah bagaimana memanfaatkan semangat anak muda dan digabung dengan kebijakan orang tua. Anak muda boleh memberi nasehat kepada yang tua jika memang hal baik.
Maka kitapun memanfaatkan semangat anak muda kita untuk menjadi Sukarelawan menolong bencana ke Palu,  Donggala. Sementara yang tua memberi dukungan segala sarana.

Maka mari kita turunkan Tensi Kesombongan kita. Jangan merasa lebih pandai hanya karena lebih tua. Jangan merasa lebih tahu karena lebih lama tinggal di kampung. Jangan merasa lebih hebat karena merasa lebih dulu masuk organisasi. Belajarlah dari Rasul,  karena Rasul pun memerintah Umar untuk bertanya kepada Ibnu Abbas.

*Dua Nikmat yang Sering dilupakan*.

Ada dua kenikmatan yang pada umumnya membuat sebagian besar umat manusia tertipu,  tidak sadar bahwa hal itu adalah kenikmatan dari Allah. Manusia baru sadar kenikmatan itu ketika kedua nikmat itu mulai hilang.
Nikmat itu adalah *KESEHATAN* dan *KESEMPATAN*

Nabi SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari)

*Nikmat Kesehatan*

Manusia baru menganggap sehat itu nikmat ketika dia menderita sakit. Ketika bangun tidur kemudian membuka mata dan dapat melihat dengan jelas ternyata tidak banyak yang bersyukur dan kemudian mengucap :

“Alhamdulillahilladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur”
(Segala puji bagi Alloh yang telah menghidupkanku setelah mematikanku, dan kepada-Nya-lah kami akan dibangkitkan).

Manusia baru ingat ketika kena sakit mata dan sulit membuka mata.
Gigi yang rutin kita pakai untuk mengunyah makanan juga tak pernah kita syukuri sebagai nikmat Allah. Baru kemudian ketika sakit gigi kita ingin agar nikmat sehatnya gigi dikembalikan.
Minuman teh hangat yang dihidangkan istri tak kita syukuri, bahkan masih protes,  terlalu manis.
Padahal dengan dapat merasakan manis itu berarti kita sehat,  karena ketika sakit semua terasa pahit.

Ketika sakit kita tak dapat membedakan rasa bakso-soto atau sop. Semua hanya terasa panas.
Ketika kita sakit tak dapat menikmati enaknya buah apel , mangga atau jambu. Tetapi anehnya kita baru memberi buah yang enak kepada tetangga kita ketika dia sakit dan diopname di rumah sakit. Ketika tetangga kita sehat malah tak pernah kita kirimi buah yang enak.
Padahal perintah untuk berbuat baik kepada tetangga itu setiap saat :
Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Abu Dzarr, jika engkau memasak masakan berkuah, maka perbanyaklah kuahnya dan perhatikanlah tetanggamu.” (HR Muslim)

*Introspeksi Diri*

Allah SWT berfirman:

وَفِيْۤ اَنْفُسِكُمْ ۗ  اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ

"dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Az-Zariyat 21)

Kita diperintahkan untuk "bercermin", melihat diri kita sendiri dengan mata hati kita betapa luar biasa nikmat Allah yang diberikan.
Mulai dari sirkulasi darah di seluruh tubuh kita yang mengalir karena dipompa jantung. Luar biasa,  sistem itu kemudian ditiru manusia sebagai piston dalam mesin mobil.

Kita perhatikan hal kecil,  rambut dikepala kita misalnya,  ada rambut dan ada alis. Sama-sama rambut tapi karakternya beda. Yang satu tumbuh terus yang lain,  alis tidak tumbuh.
Bayangkan jika alis tumbuh,  pasti sangat mengganggu pandangan mata. Fungsi keduanya memang beda karena alis untuk melindungi mata. Namun kembali manusia sering aneh,  alis yang tidak tumbuh malah dikerok habis. Ini namanya tidak mensyukuri nikmat.

Tangan kita ini luar biasa karena mudah ditekuk. Pernah kejadian anak SMA lulus sekolah lalu ngebut dengan motor. Terjadi kecelakaan dan tangan sulit ditekuk. Untuk bisa pulih harus operasi dengan biaya yang mahal.

Itu semua adalah nikmat yang menipu. Ketika kita sehat kita sama sekali tak sadar dan tak mensyukuri nikmat kesehatan.

*Jangan suka Mengeluh*

Manusia itu dikenal sebagai suka mengeluh.

اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا

"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh." (QS. Al-Ma'arij  19)

Bayangkan,  ketika bangun tidur Bukannya bersyukur tapi malah mengeluh : " Aduh ...badanku sakit semua rasanya ..."
Apanya yang sakit?  Apakah mata,  mulut,  telinga,  hidung sakit?  Mungkin pinggang sakit gara-gara tidur tidak ditempat biasa.
Yang sakit hanya pinggang tapi yang dikeluhkan sakit semua. Ini mengingkari nikmat Allah.

Manusia itu suka mengeluh. Dia diberi nikmat tidak bersyukur. Namun jika ada sedikit nikmat dicabut maka keluhannya seolah semua nikmat dihilangkan.
Kalau dilanjutkan,  bahwa seorang suami bekerja keras mencari nafkah diberikan pada isteri. Tetapi ketika melakukan sedikit kesalahan maka isteri mengomelnya luar biasa.
Ini berlaku timbal balik,  banyak juga suami yang tak menghargai kebaikan isteri.

Maka jika kita pernah menderita sakit,  bagi orang mukmin itu adalah kenikmatan juga karena memberi kesempatan kepada kita untuk banyak istighfar dan dosa kita diampuni. Mungkin bisa jadi ketika sehat kita jarang istighfar.

*Ketika Tua dikembalikan seperti awal kejadian*

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ  اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
(QS. Ya-Sin 68)

Ketika umur kita bertambah, kita akan merasa bahwa kondisi fisik kita yang pada saat muda itu kuat,  sekarang sudah lemah.

Pengalaman pribadi,  ketika muda jadi Pembimbing haji dan ada jama'ah yang hilang maka kita masih kuat dan rajin untuk mencari. Namun kemarin,  karena kaki sakit , meski badan sehat sudah tak mampu lagi mencari jama'ah hilang. Akhirnya kita pasrah berdo'a minta bantuan Allah dan alhamdulillah jama'ah yang hilang ditemukan.

Ketika usia menjadi tua , dampaknya tak selalu pada fisik saja. Sebagian orang ternyata menjadi pikun (lemah ingatan). Ada kisah jama'ah lain yang  punya riwayat hilang beberapa kali,  karena memang pikun.
Dengan memanfaatkan jaringan Pembimbing haji kita bisa saling minta tolong dan jama'ah tadi ketemu setelah 3 hari hilang.
Menurut pengakuannya dia dolan ke rumah temannya. Namun orang yang menampung dirinya tidak pernah merasa kenal dengan dirinya. Dia hanya sekedar menolong jama'ah hilang.

Belum lagi tentang kisah jama'ah lain yang bingung :
- Ada jama'ah yang ketika di asrama Donohudan mencari becak,  mau pulang ke Semarang. Untung bisa dibujuk untuk naik pesawat.
- ‎Ada jama'ah ketika di Mekkah minta dicarikan bis,  mau pulang ke Solo.  Dia mungkin merasa di Semarang.
- ‎Ada jama'ah yang gembira diberi uang 80 real. Tetapi dia kehilangan uang 500 ribu rupiah. Kalau ini jelas jama'ah tertipu.

Itu semua kisah nyata untuk pembelajaran tentang nikmat Allah.
Betapa hebatnya kesehatan fisik,  akal dan jiwa kita. Ketika tubuh kita masih kuat,  ingatan masih kuat kita tidak merasa hal itu adalah nikmat Allah. Kita baru sadar ketika usia tua dan kehilangan tubuh sehat dan ingatan yang kuat.

Maka kita diajari untuk berdo'a
“Allahumma ‘afini fi badani".
(Ya Allah, sehatkanlah badanku)

Dan jika diantara kita ada yang diberi kesempatan untuk tinggal bersama,  merawat orang tua atau mertua maka hendaklah dirinya meningkatkan kesabarannya. Orang tua menjadi pikun itu hal yang wajar namun mudah-mudahan kita terhindar darinya.

*Bagaimana Rasulullah menjaga Kesehatan?*

Ada beberapa cara yang dilakukan Rasulullah dalam menjaga kesehatan.

1. Riyadoh (Olah Raga).

Di masa mudanya Nabi Muhammad giat berolah raga. Ada tiga macam olah raga yang dilakukan Nabi Muhammad,  yaitu : Berkuda , Memanah dan Gulat. Bisa jadi Khabib Nurmagomedov , juara UFC itu mengidolakan Nabi Muhammad pada saat itu.

Di usia senja ketika di Madinah, beliau tetap berolah raga berkuda atau jalan kaki. Beliau jalan kaki dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba pulang pergi, jadi kira-kira 7 KM. Beliau berolahraga bersama isteri beliau Aisiyah.

2. Bangun sebelum Subuh.

Rasul selalu istirahat setelah shalat Isya apabila tak ada acara tertentu dan kemudian beliau selalu bangun sebelum subuh untuk shalat malam.

3. Tidak makan kecuali lapar,  berhenti makan sebelum kenyang.

Muqauqis penguasa Mesir mengirim seorang tabib ke Madinah sebagai tanda persahabatan. Tabib ini bertugas mengobati penduduk Madinah. Dua tahun ia tinggal di Madinah, tapi ia tidak menjumpai seorang pun berobat kepadanya, hingga dia menanyakan ke Nabi, kok bisa….?

“Penduduk Madinah tidak ada yang sakit.” jawab Nabi SAW

“Bagaimana cara seluruh penduduk sehat?”.

Rasulullah SAW menjawab, “Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum lapar. Jika makan, kami melakukannya tidak sampai kenyang".

Salah satu sumber penyakit adalah karena tidak dapat mengendalikan isi lambung.

*Nikmat Kesempatan*

Allah memberikan kesempatan kepada kita,  namun sering kita lalaikan. Kadang kita diajak untuk berbuat kebajikan,  apakah itu mengikuti pengajian atau mungkin mengunjungi teman sakit,  namun kita memilih untuk menunda pekan depan. Kenyataan yang terjadi pekan depannya tak ada kesempatan itu lagi. Mungkin ada acara lain atau malah orang yang mau dijenguk sudah sembuh.

Ketika ada kesempatan iedhul fitri kumpul keluarga,  segera laksanakan. Belum tentu kesempatan silaturahim bisa diulang. Jangan sampai menunda-nunda maksud baik,  karena itu adalah nikmat kesempatan yang diberikan.

Kesempatan sering diabaikan,  bahkan kesempatan hidup sering diabaikan. Jangan sampai seseorang menunda-nunda untuk shalat jama'ah di masjid,  karena bisa jadi keduluan dia harus masuk masjid untuk dishalatkan.

Jangan sampai kelak kita menyesal dan berkata :

ُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرٰبًا

yaa laitanii kuntu turoobaa
(Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.) (QS. An-Naba'  40)

Dengan tetap menjadi tanah meskipun diinjak-injak, namun kelak tak perlu bertanggung jawab.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar