Minggu, 07 Oktober 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad SENDANG GEDE

Dr.Drs. H. Rozihan SH, MAg

27 Muharram 1440 H / 7 Oktober 2018

KARUNIA ILMU & HARTA

*Karunia Allah*

Ada beberapa karunia dari Allah SWT seperti Petunjuk, Naluri,  Ilmu,  Harta, Iman.
Semua orang diberi Petunjuk, berupa Naluri. Misalnya kalau lapar maka nalurinya mencari makan. Jika mendapat serangan atau ancaman berusaha menghindar. Itu naluri yang sama dan dipunyai oleh semuanya.
Namun terkait Petunjuk atau Hidayah keimanan tidak diberikan kepada semua orang.
Terkait dengan Ilmu dan Harta atau Kekayaan diberikan Allah kepada mereka yang mau dan berusaha mendapatnya. Jika tidak mau maka tidak diberi oleh Allah.

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰٮهُمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ  ۗ  وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ فَلِاَنْفُسِكُمْ ۗ  وَمَا تُنْفِقُوْنَ اِلَّا ابْتِغَآءَ وَجْهِ اللّٰهِ ۗ  وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ خَيْرٍ يُّوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْـتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ

"Bukanlah kewajibanmu Muhammad menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka kebaikannya untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi pahala secara penuh dan kamu tidak akan dirugikan." (QS. Al-Baqarah 272)

*Petunjuk itu dari Allah*

Manusia tak dapat memberi Petunjuk kepada orang lain. Orang tua tak dapat memberi petunjuk kepada anaknya. Sejarah kemanusiaan  membuktikan bahwa Nabi Nuh tak dapat memberi petunjuk kepada anaknya , sehingga anaknya menjadi sesat.

اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ  اَحْبَبْتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ

"Sungguh, engkau Muhammad tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki..." (QS. Al-Qasas 56)

Nabi Muhammad ternyata tak dapat memberi petunjuk kepada Paman yang dikasihinya.
Maka jika kita memberi Petunjuk atau nasehat kepada siapapun tak perlu ngotot, karena memang kita tak diberi kemampuan untuk meyakinkan seseorang. Petunjuk atau hidayah itu wewenang Allah.

Ketika kita menasehati anak itu adalah usaha kita agar anak tidak tersesat. Disamping usaha kita perlu untuk mendo'akan anak.
Nabi mengajarkan kepada kita untuk mendo'akan anak sebagai berikut :

اللهم بارك لي في أولادي واحفظهم وارزقهم ولا تضرهم ووفقهم لطاعتك وارزقنا برهم…

Allahumma barik li fi auladi wahfadhum warzuqhum wa la tadhurrahum wawaffiqhum litho’atik warzuqna birrohum…

Artinya :
“Ya Allah berkatilah aku dalam urusan anak-anak ku, mohon jagalah mereka, anugerahi mereka, jangan lah Engkau murka pada mereka, berilah taufiq agar mereka taat kepada Engkau, dan anugerahi kami atas bakti mereka…”

Dalam surat Al Ahkaf ayat 15 juga dikatakan kita tak punya apa-apa dan tak bisa apa-apa. Karena ketika manusia lahir tak bisa apa-apa.
Maka kita diajarkan berdo'a :

... رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰٮهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ     ۗ  ۚ  اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

... robbi auzi'niii an asykuro ni'matakallatiii an'amta 'alayya wa 'alaa waalidayya wa an a'mala shoolihan tardhoohu wa ashlih lii fii zurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal-muslimiin

"Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.".(QS. Al-Ahqaf  15)

Ada orang diberi nikmat tetapi tak tahu kalau itu nikmat bahkan menyalah-gunakan nikmat. Buktinya ketika tak punya uang dia mengeluh,  padahal dia diberi nikmat berupa kesehatan.
Bukankah sehat itu lebih baik daripada punya uang?
Maka tidak mudah untuk mensyukuri nikmat, kita perlu berdo'a untuk itu. Tidak hanya kepada diri sendiri tapi juga minta agar terhadap orang tua diberi kemampuan bersyukur.

Bayangkan ketika orang tua kita berusia lanjut,  maka akan seperti anak kecil lagi. Emosinya tinggi dan merasa dirinya yang paling benar.
Ini sudah disebutkan dalam Al Qur'an :

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ  اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
(QS. Ya-Sin 68)

Maka yang muda harus minta kekuatan untuk bersyukur, orang muda harus sabar agar dapat melayani orang tua. Tentu saja ini tak mudah.

Dengan sabar dan shalat kita minta pertolongan Allah. Memang Sabar dan Shalat yang khusyuk itu suatu hal yang berat, tetapi harus diusahakan.

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ  ۗ  وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ

"Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Dan sabar dan sholat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (QS. Al-Baqarah 45)

Bukti bahwa shalat itu berat, ketika shalat kita sulit khusyuk, pikiran melayang kemana-mana.
Dengan doa kita meminta agar anak kita sholeh. Sholeh itu meliputi semua kebaikan.

*Berbuat baik dengan Harta, Kekayaan dan Ilmu*

Karunia Allah ada dua,  harta atau kekayaan dan ilmu. Namun kedua hal itu diberikan kepada mereka yang mengusahakan. Harta tak sama dengan Kekayaan. Harta itu tidak selalu uang. Harta atau Kekayaan termasuk kesehatan kita, anak yang sholeh termasuk Kekayaan.

Ketika kita berbuat baik dengan harta, misal menolong orang dengan harta kita maka kebaikan itu untuk diri kita sendiri. Demikian juga jika melakukan kejahatan kepada orang lain, maka kejahatan itu untuk diri kita sendiri.

Karunia berupa harta dan ilmu hanya diberikan kepada yang mengusahakan.  Maka ada beberapa kondisi kepemilikan karunia.

*1. Diberi harta dan ilmu.*

Ini adalah orang yang beruntung. Dia tahu maksudnya harta itu untuk apa. Dia tahu harta sebagian untuk disimpan,  sebagian untuk dibelanjakan dan sebagian untuk sedekah. Dia itu berjalan diatas bumi dengan rendah hati , tidak sombong.

Bila punya uang tak punya ilmu akan sombong, contohnya Fir'aun.
Orang tak punya ilmu ibarat burung beo,  selalu mengucap sesuatu tapi tak faham maksudnya.

Orang berilmu selalu berusaha mencari faham. Ketika shalat dia faham maknanya, faham yang diucapkan. Maka ketika shalat kita tidak faham 100% , kita diberi kesempatan untuk menyempurnakannya dengan mengerjakan shalat sunah qabliyah dan bakdiyah.

Orang berilmu dan punya harta , dia tahu bahwa uang adalah amanah yang harus dipertanggung-jawabkan.
Bagaimana uangnya, diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa ,  ada manfaatnya atau tidak. Tidak semua barang dibeli olehnya.

ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ

"kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan yang megah di dunia itu". (QS. At-Takasur 8)

Orang berilmu itu rendah hati dan menebarkan salam (keselamatan).

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ  هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina , mereka mengucapkan, salam," (QS. Al-Furqan 63)

Jika dia berbuat baik tidak dipamerkan karena dia tahu bahwa yang dikerjakan masih belum banyak. Beda dengan orang tanpa ilmu, dia senang memamerkan amalannya.

Berbuat baik itu tidak harus paling banyak, tetapi berbuat baik yang terbaik. Seperti kita lihat dalam ayat:

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ  عَمَلًا   ۗ

"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya...,"
(QS. Al-Mulk 2)

Kehidupan ini adalah ujian. Maka tiap orang pasti punya masalah. Namun masalahnya berbeda-beda. Maka orang Jawa mengatakan bahwa kehidupan itu : "Wang-sinawang".

Allah memberikan ujian sesuai kemampuan. Bagi yang kaya diperintah sedekah harta. Lalu bagaimana orang miskin bersedekah?  Kepada orang miskin diberi karunia bahwa dengan mengucap Tasbih,  Tahmid dan Tahlil itu bernilai sedekah.

Orang berilmu jika dikritik dia menjawab dengan sabar. Karena menasehati orang bodoh itu memang sulit. Maka membutuhkan kesabaran. Bila tidak sabar hanya akan jadi perdebatan.
Bila orang berilmu maka dia mudah mencerna nasehat, karena dia mudah faham. Bahkan Allah juga membedakan antara orang berilmu dan tidak.

... قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ  اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ

"... Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (QS. Az-Zumar 9)

Maka orang berilmupun akan mencari ibadah yang efektif,  usaha sedikit namun nilainya banyak.
Belum tentu yang terbanyak amalnya itu yang paling baik , kita tak tahu siapa yang amalnya terbaik. Namun hanya orang berilmu bisa memilih amalan terbaik.

*2. Diberi Ilmu tanpa Harta.*

Punya ilmu tak punya harta,  namun
dengan ilmu dia menciptakan kreativitas dan idealisme akan tumbuh dan menjadi rujukan.
Bila punya sedikit uang dia berusaha mengembangkan uangnya. Mungkin dengan membuka usaha atau jasa.

Contoh orang berilmu tapi tak punya harta adalah Nabi Musa. Ilmu yang diperoleh Nabi Musa tentang api yang dapat jadi penerang dan penghangat.

اِذْ قَالَ مُوْسٰى  لِاَهْلِهٖۤ اِنِّيْۤ اٰنَسْتُ نَارًا ۗ  سَاٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِخَبَرٍ اَوْ اٰتِيْكُمْ بِشِهَابٍ قَبَسٍ  لَّعَلَّكُمْ تَصْطَلُوْنَ

"Ingatlah ketika Musa berkata kepada keluarganya, Sungguh, aku melihat api. Aku akan membawa kabar tentang itu kepadamu, atau aku akan membawa suluh api (obor) kepadamu agar kamu dapat berdiang." (QS. An-Naml  7)

Meskipun Musa pandai,  namun Allah menyampaikan bahwa diatas orang pandai selalu ada yang lebih pandai. Maka Nabi Musa diperintah untuk belajar ilmu hikmah kepada Nabi Khidir. Maknanya adalah untuk terus menerus mencari ilmu dan jangan sombong.

*3. Diberi Harta tanpa Ilmu.*

Harta tanpa ilmu rapuh karena tidak bisa memanage, akhirnya terjadi kesombongan dan kikir.
Contoh misal orang mau haji tetapi menjual rumahnya,  ini keliru karena hartanya akan habis. Dia tak mengelola hartanya.

Akibat lain karena tak punya ilmu dan ingin hartanya tak berkurang,  dia menjadi kikir. Kemudian dia akan mengajari orang lain untuk kikir.

Allah SWT berfirman:

.... اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرَا
الَّذِيْنَ يَـبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُوْنَ مَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ  ۗ  وَ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًا

".. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan." (QS. An-Nisa' 36-37).

*4. Tidak punya Harta dan Ilmu.*

Orang yang celaka , orang yang paling rendah derajatnya susah menjalani kehidupan,  bodoh dan miskin. Kebodohan dan kemiskinan itu bukan takdir, melainkan karena kemalasan tak mau usaha.

... اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا  بِاَنْفُسِهِمْ ۗ

"... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.." (QS. Ar-Ra'd 11)

Perintahnya adalah mengubah cara berfikir. Artinya dia harus mau berusaha karena orang yang lemah tidak disukai oleh Allah.

*5. Punya Harta, punya Ilmu dan Iman*

Orang yang punya ketiganya : Harta,  Ilmu dan Iman akan mulia. Adapun yang punya Harta,  Ilmu tapi tak punya Iman akan celaka.
Harta dan ilmunya akan menjadi Perhiasan yang mencelakakan.

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗ     فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ اَكْرَمَنِ
وَاَمَّاۤ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ  ۙ  فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ  اَهَانَنِ

"Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku."
(QS. Al-Fajr 15-16)

Padahal orang harus memanfaatkan semua potensinya secara optimal. Untuk mencapai kemuliaan , orang harus kerja keras.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar