Selasa, 23 Oktober 2018

Kajian Ahad AMM Banyumanik

Kajian Ahad AMM Banyumanik

TENTANG MUSIBAH

Tanggal : 12 Shafar 1440 H/ 21 Oktober 2018

Nara Sumber : Prof. Dr. H. Yusuf Suyono MA

Diantara pertanyaan orang-orang kepada Majelis Tarjih, ada yang menanyakan tentang banyaknya musibah pada akhir-akhir ini,  baik gempa bumi,  banjir ataupun tsunami. Ada da'i yang mengatakan bahwa itu karena dosa Pemimpin atau dosa rakyat itu sendiri, antara lain adanya LGBT dan kebebasan hidup tanpa ikatan, Perzinaan dan sebagainya sehingga diazab Allah SWT.

Pendapat dari Majelis Tarjih adalah bahwa ujian dari Allah itu selalu ada,  namun tidak selalu berupa kesengsaraan saja. Kesenangan juga ujian dari Allah. Jadi yang di Semarang, kita diuji dengan kesenangan. Nabi Sulaiman juga diuji dengan kesenangan, namun beliau berkata :

 فَلَمَّا رَاٰهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَالَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ  ۗ  لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ  ۗ

".. Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya .."
(QS. An-Naml 40)

Kenikmatan adalah ujian apakah seseorang dapat bersyukur atau tidak. Tanpa ujian maka iman dan ketakwaan seseorang tak dapat meningkat,  bagaikan siswa bila mau naik tingkat maka dia diuji dulu.

الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ  عَمَلًا   ۗ  وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ

"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun," (QS. Al-Mulk 2)

Tabiat manusia bila diuji dengan kesenangan dia akan senang dan tidak bersyukur,  maka dia tidak lulus. Bila diuji kesengsaraan dia merasa susah.

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗ    ۙ  فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ اَكْرَمَنِ
وَاَمَّاۤ اِذَا مَا ابْتَلٰٮهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ  ۙ  فَيَقُوْلُ رَبِّيْۤ  اَهَانَنِ

"Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, Tuhanku telah memuliakanku.
Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, Tuhanku telah menghinaku."
(QS. Al-Fajr Ayat 15-16)

Lalu dijawab Allah SWT :

كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَ .وَلَا تَحٰٓ ضُّوْنَ  عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ اَكْلًا لَّـمًّا  وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا

"Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan yang halal dan yang haram , dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr ayat 17-20)

Ujian kedua berupa kesengsaraan, bila dia dapat bersabar,  maka akan lulus. Ujian itu tanda kecintaan Allah. Kesenangan dan kesengsaraan itu pasti silih berganti dan dunia ini adalah tempat ujian.

Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya [HR Tirmidzi dan Ibnu Madjah]

Maka kita tak perlu iri bila ada orang yang hobi maksiat tetapi malah selalu mendapat kesenangan. Itulah yang disebut dengan istidraj (jebakan kelimpahan rejeki).

Hadits diatas memberi pengertian bahwa orang muslim yang mendapat musibah adalah orang yang dicintai Allah SWT. Apabila dia mendapat musibah maka dia membaca istirja (Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un).Juga sekaligus membaca Alhamdulillah,  karena dibalik musibah mesti ada sesuatu yang nikmat. Contoh,  kena musibah mobilnya tabrakan,  mobil penyok tapi dirinya selamat.

Abdullah bin Mas’ud –ra - berkata;

وقال عبدالله بن مسعود رضى الله عنه: الايمان نصفان نصف صبر ونصف شكر

“Iman itu terdiri dari dua bagian, separuhnya berupa kesabaran dan separuhnya berupa syukur.”

Jadi antara Sabar dan Syukur ibarat dua sisi dari mata uang. Selalu muncul bergantian antara Sabar dan Syukur.

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ  الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
الَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ   ۙ  قَالُوْۤا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ
اُولٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ  ۗ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah Ayat 155 - 157)

Firman Allah SWT itu biasanya ditujukan kepada orang kedua dan Allah sebagai pihak pertama (mutakallim - pembicara).
Sedangkan orang kedua (mukhotob)  ada tiga tingkatan :
- orang awam, tidak tahu.
- ‎orang yang ragu-ragu (membantah)
- ‎orang yang ingkar
Dalam ayat ini digunakan dua huruf taukid untuk menguatkan ,  lam taukid ( لَامُ التَّوْكِيْدِ  )      dan nun taukid ( نُونَا التَّوْكيدِ ) artinya ini peringatan keras yang ditujukan kepada mukhotob yang ingkar.

Ayat tersebut juga menegaskan bahwa setiap manusia di dunia pasti kena musibah. Namun setelah kesengsaraan ada kesenangan.
Mereka yang marah-marah terhadap musibah tak akan mendapat apa-apa. Sedangkan mereka yang sabar akan mendapat pahala. Wajib meyakini bahwa dibalik musibah akan ada hikmahnya.

Allah SWT berfirman:

كُتِبَ عَلَيْکُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّـكُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 216)

Maka jika pasanganmu menjengkelkan, bersabarlah. Dengan bersabar pasti akan mendapat balasan lebih baik. Dibalik yang tidak disukai pasti ada kebaikan yang akan diperoleh kemudian. Ada hikmah disana. Belum tentu mereka yang pasangannya terlihat menarik itu akan menyenangkan mereka.

Ummu Salamah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

 مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)

Diharamkan untuk mengumpat bila terkena musibah dan diperbolehkan mengucapkan " inna lillahi wa inna ilaihi roji'un" bila ada musibah yang menimpa siapa saja, termasuk bila musibah itu menimpa orang kafir atau berdosa.
Seperti di Palu kemarin diperkirakan musibah terjadi akibat perbuatan dosa-dosa sebelum kejadian. Karena memang ada wasiat dari Rasul bahwa dosa-dosa adalah sumber dari azab Allah.

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia;..." (QS. Ar-Rum 41)

Lalu apakah kita diperbolehkan melakukan shalat Ghoib?  Shalat Ghoib hanya diperbolehkan bila diniatkan kepada kurban kaum muslim.

Diantara pelaku maksiat , mereka menolak campur tangan kita, ketika kita menegakkan nahi mungkar, alasan mereka itu hak mereka untuk minum-minum atau berbuat maksiat,  karena memakai uang mereka sendiri. Namun ketahuilah bahwa azab atau musibah yang dijanjikan Allah itu nanti tidak akan pandang bulu. Tidak hanya menimpa mereka yang maksiat saja.

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآ صَّةً   ۚ  وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al-Anfal  25)

Ketika azab diturunkan maka Tsunami tidak akan memilih apakah itu rumah maksiat atau masjid. Untuk menghindari azab,  kita diperintah untuk Amar Makruf Nahi mungkar sejak dini. Jangan sampai terlambat.

Berikut ini ada percakapan imajiner antara Ahmad,  takmir masjid dengan Jon,  Ketua Takmir.

"Jon, di desa kita ada warung jual miras. Ayo kita tindak!"
"Nggak usah. Yang penting jadi orang baik."

Sebulan kemudian.

"Jon, para pemuda mulai suka mabuk-mabukan di warung itu. Ayo kita tindak sebelum terlambat!"
"Buat apa? Lha wong mereka juga nggak ganggu kita, kok."

Sebulan lagi berlalu.

"Jon, sekarang warung itu dibangun tambah megah. Nggak cuma jual miras, sudah ada pelacurnya juga. Setengah penduduk desa sudah jadi pelanggan. Kalau kita tidak menindak sekarang, besok-besok kita nggak akan punya kekuatan lagi".

"Urus diri sendiri dulu, nggak usah ngurusin orang lain."

Setahun kemudian.

"Jon, desa kita sudah jadi pusat maksiat. Masjid mau dirobohkan. Kamu, sebagai ta'mirnya, juga akan diusir."
"Lho, lho. Kok gitu? Ya jangan gitu, dong. Ayo kita lawan mereka!"
"Sudah terlambat, Jon. Kita sudah jadi minoritas. Dulu saat mereka dengan getol menanamkan ideologi dan memperluas kekuasaan, kita cuma sekedar jadi orang baik. Ternyata itu tidak cukup."

Untuk melakukan nahi mungkar itu ada 3 kekuatan :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِّهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaknya ia menghilangkannya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Orang yang tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Kelompok yang bergerak dengan kekuatan atau kekuasaan, yaitu umaro , dalam hal ini Polisi harus bergerak dulu. Kemudian kelompok kedua yang bergerak dengan lesan seperti Para ulama,  wartawan dan sebagainya. Kemudian yang paling lemah kelompok ketiga, rakyat yang tak setuju kemaksiatan , bergerak dengan do'a. Mereka harus bersatu padu melakukan nahi mungkar.

Ada yang berpendapat bahwa bencana seperti Tsunami itu adalah kejadian alam biasa. Ini aneh bila muncul dari bangsa Indonesia yang katanya religius. Memang benar ada kejadian alam,  tapi apakah alam bergerak sendiri?  Tentu tidak,  karena ada yang menggerakkan alam, yaitu Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

وَاِذَا الْبِحَارُ  فُجِّرَتْ

"dan apabila lautan dijadikan meluap," (QS. Al-Infitar 3)

Jelas ada yang membuat laut meluap. Tsunami itu bahasa Jepang, artinya laut meluap atau al-bihaaru fujjirot. Laut ditsunamikan, jadi ada yang membuat tsunami. Lalu siapa?
Orang Atheis , Agnostik dan Materialistik menganggap Tuhan itu seperti pembuat jam. Misal jam dibuat di Swiss,  setelah laku sampai Indonesia maka Pembuat jam di Swiss sudah tidak mengurusi lagi.

Padahal Tuhan tidak begitu. Allah itu menjaga terus ciptaannya.

يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ  يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗۤ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

"Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang lamanya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu." (QS. As-Sajdah 5)

Allah SWT itu tidak menganggur setelah penciptaan,  Allah sangat sibuk.

يَسْئَـلُهٗ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ  كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِيْ شَأْنٍ

"Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan." (QS. Ar-Rahman  29)

Maka dalam peristiwa tsunami,  lempeng bumi bergerak juga atas kehendak Allah.

Kelebihan Kita sebagai Umat Muhammad SAW adalah bahwa Allah SWT berjanji tak akan memusnahkan kita dalam bencana.

Satu hari Rasulullah SAW setelah shalat dua rakaat kemudian berdoa. Setelah selesai berdoa, Rasulullah SAW pun berkata:

"Aku telah memohon kepada Allah SWT tiga hal. Dari tiga hal itu, hanya dua hal yang Dia kabulkan sementara yang satu lagi ditolak. Tiga hal itu adalah:

1. Aku memohon kepada Allah SWT agar Dia tidak membinasakan umatku dengan musim paceklik yang berkepanjangan. Permohonanku ini dikabulkan oleh Allah SWT.

2. Aku memohon kepada Allah SWT agar umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti umat Nabi Nuh a.s.). Permohonanku yang ini pun dikabulkan oleh-Nya.

3. Aku memohon kepada Allah SWT agar umatku terbebas dari pertikaian sesama umat Islam.
Tetapi permohonanku yang ini telah ditolak oleh-Nya."

Allah SWT juga memberi jalan keluar kepada kita untuk menghindari tsunami,  menghindari musibah dan mendapatkan keberkahan.

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ  مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا  كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami , maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 96)

Dalam ayat tadi dikatakan "seandainya" penduduk bumi beriman dan takwa. Itu artinya tak terjadi, seperti jika kita mengatakan seandainya saya konglomerat, berarti pasti bukan konglomerat.

Jadi sebenarnya solusi untuk menghindari bencana sudah jelas,  yaitu kita beriman , bertakwa. Kemudian melakukan Amar makruf nahi mungkar dengan kerjasama tiga pihak : Umaro,  Ulama dan Rakyat.

Tantangan kita di Indonesia ini adalah kaum Atheis , Liberalis telah berkembang pesat. Mereka berpendapat bahwa bencana adalah peristiwa alam biasa,  tak ada campur tangan Allah. Mereka itu mendustakan ayat Allah.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar