Minggu, 04 November 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

KAJIAN AHAD SENDANG GEDE

MENYINGKAP TABIR KEGAIBAN

Dr. H. Rozihan , SH , MAg
26 Shafar 1440 H/ 4 November 2018


*Agama Dasarnya Kepercayaan*

Ketika kita belajar agama, maka dasar kita adalah percaya dulu. Dengan percaya kita menjadi tenang.
Beda dengan ilmu,  kalau belajar ilmu kita dasarnya Ragu,  tidak percaya. Setelah kita dapat membuktikan kebenarannya baru kita terima sebagai ilmu.

Ketika kita mau pergi ke luar kota , kita harus percaya dulu dengan kendaraan dan sopir yang akan mengantar kita. Jika kita tak percaya maka akan banyak bertanya dan bahkan mungkin tak jadi berangkat. Maka ketika kita mau naik Pesawat misalnya tak perlu banyak tanya,  cukup berdo'a : Bismillahir rohmanir rohiem,  maka hati kita akan tenang.

Dalam kehidupan, kita akan pilih-pilih mau percaya dulu atau ragu dulu. Kita tak pernah bertanya kepada Bapak-ibu kita, apakah kita ini anak mereka atau bukan. Kalau ini ditanyakan mungkin hanya akan memancing kemarahan.
Dalam agama,  kita percaya dulu baru kemudian diikuti ilmu. Karena tidak semua masalah agama bisa dijelaskan dengan ilmu. Ilmu akan berhenti ketika terjadi kematian.
Percaya itu termasuk pada hal yang ghoib.

*Menjelang Ajal maka yang Ghoib ditampakkan*

لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ

"Sungguh, kamu dahulu lalai tentang peristiwa ini, *maka Kami singkapkan tutup matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam*." (QS. Qaf  22)

Hal-hal yang kita anggap ghoib itu akan tersingkap ketika seseorang mau meninggal dunia. Seperti kasus Lion Air yang kecelakaan itu mungkin ada juga tanda bagi orang lain. Tetapi bahwa akan terjadi kecelakaan itu adalah hal yang masih ghoib ketika belum terjadi.

Kejadian dalam surat Al Qaf itu diberikan kepada kita semua,  sebagai individu. Kita ini lalai, tidak tahu terhadap hal ghoib.
Ibarat kita ini bisa melihat benda, jika ada jarak dengan mata kita. Namun justru ketika benda ditempelkan ke mata kita,  kita tak dapat melihatnya. Saking dekatnya (menempel ke mata) maka benda tadi tidak kelihatan.

Demikian juga karena Allah Maha Besar,  maka mata kita tak mampu melihat Allah.
Karena cahaya Allah itu meliputi langit dan bumi, maka Allah tidak terlihat.

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ

"Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi...." (QS. An-Nur 35)

Di dunia ini yang paling kita lihat adalah gemerlap dunia dan keluarga. Namun ada hal-hal baik yang tertutup , yaitu misalnya Pahala. Itu nanti akan disingkapkan oleh Allah. Kapan yang ghoib disingkapkan?
Yaitu ketika kita sudah melakukan, atau ketika seseorang pada saat kritis,  menjelang ajal. Allah mengatakan penglihatan kita akan menjadi sangat tajam.

Mirip ketika kita krisis keuangan,  tak punya uang sama sekali,  maka kita ingat dulu punya uang tapi untuk ini,  untuk itu ...
Maka ketika menjelang ajal kita akan melihat yang tak kelihatan , yang kita lupakan. Karena tutup mata kita akan disingkapkan.

*Manusia diwafatkan sesuai kebiasaannya*

Nabi SAW bersabda :

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

“Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi meninggalnya” (HR Muslim)

Kebiasaan kita akan ditunjukkan,  karena Kamera CCTV Allah di dunia ini sedemikian besar, dapat merekam semua kebiasaan manusia.
Jika kebiasaan sedekah maka ketika mau meninggal juga ingin sedekah. Bila kebiasaan memaki-maki, maka demikian pula nanti ketika meninggal.

*Perbuatan Baik atau Buruk akan kembali ke diri kita*

Seorang sahabat bernama Sya’ban RA , setiap masuk masjid selalu dipojok masjid. Dia mengambil posisi di pojok karena tidak mau mengganggu dan tak mau terganggu orang lain. Kebiasaan ini dipahami oleh Rasulullah SAW.

Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai Rasulullah SAW mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya. Rasul SAW bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tak seorangpun yang melihat Sya’ban RA.

Sholat subuhpun ditunda sejenak menunggu Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang. Khawatir kesiangan, Rasul SAW memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh.
Selesai sholat subuh, Rasul SAW bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA. Namun tak ada seorangpun yang menjawab.

Rasul SAW bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA. Seorang sahabat mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA. Rasulullah SAW meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.

Rombongan Rasul SAW sampai ke sana kira-kira 3 jam jalan kaki.
Sampai di depan rumah tersebut beliau SAW mengucapkan salam. Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.

“Benarkah ini rumah Sya’ban RA?” Rasul SAW bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut. Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA berkata :
“Beliau telah meninggal tadi pagi”

Kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul SAW,
“Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing–masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”.

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul SAW.

Di masing–masing teriakannya dia berucap kalimat,
“Aduuuh, kenapa tidak lebih jauh.”
“Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“
“Aduuuh, kenapa tidak semua.”

Rasul SAW menjelaskan bahwa
saat Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT.
Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah SWT.

Perjalanan Sya'ban ke masjid 3 jam jalan kaki bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah–langkah nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa surga ganjarannya. Saat melihat itu dia berucap:
“Aduuuh, kenapa tidak lebih jauh.”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak.

Dalam penggalan berikutnya Sya’ban RA melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Dia memakai dua buah baju dirangkapkan. Sya’ban RA sengaja memakai pakaian baru di dalam dan yang jelek di luar. Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar.

Dalam perjalanan dia menemukan orang yang kedinginan. Sya’ban RA pun iba , lalu membuka baju yang luar dan dipakaikan kepada orang tersebut. Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan.
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi :
“Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“
Timbul lagi penyesalan Sya’ban RA. Jika dengan baju butut saja bisa mendapat pahala yang begitu besar, tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Berikutnya Sya’ban RA melihat adegan saat dia hendak sarapan roti yang dimakan dengan segelas susu. Muncul pengemis yang meminta sedikit roti karena sudah lebih 3 hari tidak makan. Sya’ban RA merasa iba, ia kemudian membagi dua roti itu, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.

Allah SWT memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga. Ketika melihat itu diapun berteriak lagi:
“Aduuuh, kenapa tidak semua.”
Sya’ban RA menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat sorga yang lebih indah.

Kisah di atas dijelaskan oleh Qur'an dalam Surat Al Isra 7, bahwa perbuatan baik itu adalah untuk diri sendiri.

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ  ۗ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا   ۗ

"Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri.." (QS. Al-Isra' 7)

Tapi kadang meyakinkan hal ini sulit,  banyak orang yang lebih senang memikirkan kebutuhan sendiri.

*Suara hati itu Fithrah, bila tak didengarkan hati akan tumpul*

Manusia itu dilahirkan fithrah. Lingkungan membentuk jadi tidak baik, contohnya adalah Firaun.
Fir'aun sampai mengangkat dirinya sebagai Tuhan. Namun ketika akan meninggal dia dikembalikan kepada fithrahnya,  maka dia takut dan mohon ampun,  namun sudah tidak diterima taubatnya.

وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتْبـَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًا   ۗ  حَتّٰۤى اِذَاۤ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْۤ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْۤا اِسْرَآءِيْلَ وَ اَنَاۡ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir'aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menzalimi dan menindas mereka. Sehingga ketika Fir'aun hampir tenggelam, dia berkata, Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang muslim." (QS. Yunus  90)

Contoh lain , laki-laki yang suka selingkuh tak akan merasa salah. Dia tak merasa bahwa perbuatannya menyakiti hati orang lain. Namun ketika isterinya diselingkuhi orang lain,  baru dia merasa sakit hati.
Artinya adalah bahwa pada dasarnya hati kecil manusia itu fithrah. Itu disebut Hati nurani atau Suara Hati yang selalu mengajarkan kebenaran.

Bila suara hati tak didengarkan maka lama-lama akan tumpul seperti Fir'aun.
Dan mereka akan terkejut ketika malaikat datang menjemput mereka.

هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّاۤ اَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ اَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ   ۗ  يَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ قَبْلُ اَوْ كَسَبَتْ فِيْۤ اِيْمَانِهَا خَيْرًا   ۗ  قُلِ انْتَظِرُوْۤا اِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ

"Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka, atau kedatangan Tuhanmu, atau sebagian tanda-tanda dari Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau belum berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu. Katakanlah, Tunggulah! Kami pun menunggu." (QS. Al-An'am 158)

*Meneguhkan Kalimat Tauhid*

Lalu apa yang yang harus kita perbuat agar hati tidak tumpul ?

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ  الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ  تُوْعَدُوْنَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata , Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu."
(QS. Fussilat  30)

Kita diperintahkan untuk meneguhkan Tauhid. Meneguhkan tauhid itu tidak sekedar dibaca dan bukan mengulang-ulang kalimat Tauhid. Meneguhkan Tauhid adalah
Kemampuan menghadirkan sifat-sifat Allah dalam kehidupan kita.
Jangan sampai kita menduakan Allah dalam perbuatan kita.

Mengulang-ulang kalimat tauhid tanpa memahami makna ibarat burung beo, dia mampu berkata-kata tapi tak tahu maknanya. Misal kita bertamu kerumah seseorang dan yang mempersilahkan masuk adalah burung beo,  maka tak mungkin kita menuruti,  meski beo itu mengucap puluhan kali : "Silahkan masuk...."

*Simpanan Amal Sholeh*

Mengulang-ulang do'a mungkin dengan harapan agar segera terkabul. Tidak salah memang,  namun sebenarnya do'a yang mustajab akan cukup satu kali saja. Ini bisa terjadi jika kita mempunyai simpanan amal sholeh. Ini disebutkan Nabi sebagai Doa ketika kepepet , harus punya amal sholeh sebagai wasilah.

Rasulullah SAW bersabda,
“Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian berangkat bepergian. Suatu saat mereka terpaksa mereka mampir bermalam di suatu goa kemudian mereka pun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu dan mereka di dalamnya. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka semua dari batu besar tersebut kecuali jika mereka semua berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan amalan baik mereka.”

Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah sepuh dan lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu kepada siapa pun sebelum memberi minum kepada keduanya. Aku lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga dan hartaku. Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah terlelap tidur. Aku pun memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun enggan memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku. Seterusnya aku menunggu hingga mereka bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika Shubuh, dan gelas minuman itu masih terus di tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minuman tersebut. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar  mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

“Nabi SAW bersabda, lantas orang yang lain pun berdo’a, “Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku karena sedang butuh uang. Aku pun memberinya 120 dinar. Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur denganku. Ia pun mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar.” Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai. Aku pun meninggalkan emas yang telah kuberikan untuknya. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa.

“Nabi SAW bersabda, lantas orang ketiga berdo’a, “Ya Allah, aku dahulu pernah mempekerjakan beberapa pegawai lantas aku memberikan gaji pada mereka. Namun ada satu yang tertinggal yang tidak aku beri. Malah uangnya aku kembangkan hingga menjadi harta melimpah. Suatu saat ia pun mendatangiku. Ia pun berkata padaku, “Wahai hamba Allah, bagaimana dengan upahku yang dulu?” Aku pun berkata padanya bahwa setiap yang ia lihat itulah hasil upahnya dahulu yang telah dikembangkan, yaitu ada unta, sapi, kambing dan budak. Ia pun berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah engkau bercanda.” Aku pun menjawab bahwa aku tidak sedang bercanda padanya. Aku lantas mengambil semua harta tersebut dan menyerahkan padanya tanpa tersisa sedikit pun. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini”. Lantas goa yang tertutup sebelumnya pun terbuka, mereka keluar dan berjalan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang teguh pendiriannya jika berdo'a cukup sekali. Berdo'a akan mustajab jika kita punya wasilah (perantara). Wasilah itu ada tiga,  yaitu :

1.  Wasilah dengan Asmaul Husna.
2. ‎Wasilah dengan orang sholeh yang masih hidup.
3. ‎Wasilah dengan amal sholeh.

Maka orang yang teguh Tauhidnya tak perlu takut ketika meninggal jika amal sholehnya banyak.

*Peringatan Allah*

Manusia itu kadang-kadang lalai,  meskipun ada peringatan. Kita mengenal ayat bahwa kadang ada hal yang tak kita sukai,  padahal itu bermanfaat bagi kita. Demikian juga sebaliknya. Namun kita sering menggerutu jika mendapat hal yang tak kita suka. Padahal mungkin itu peringatan.

Ada kisah tentang orang yang mau ke Singapore dengan pesawat jam 10. Namun diluar pengetahuannya pesawat itu digabung dengan pesawat yang lebih pagi karena jumlah penumpang terlalu sedikit, cuma 9 orang. Orang tadi terlambat,  ditinggal pesawat dan dia marah-marah. Dia tak tahu bahwa dia diselamatkan Allah dengan cara itu. Pesawat yang meninggalkan dia jatuh.

Kalau orang diberi kesempatan untuk hidup lebih lama dan bertaubat,  kadang masih diberi peringatan.

اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَـقِّ ۙ  وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ  وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ

"Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan kepada mereka dan janganlah mereka seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." (QS. Al-Hadid 16)

Peringatan Allah itu banyak dan macam-macam,  ada yang langsung dan ada yang tidak langsung lewat mimpi.

Kisah Ibrahim Adham , seorang ahli tasawuf, pada awalnya dia adalah seorang yang senang mabuk-mabukan. Semua orang itu dilahirkan suci, namun dapat dipengaruhi lingkungan.
Dia tertarik seorang wanita, wanita itu mau jadi isterinya tetapi dengan mempersyaratkan dia berhenti minum-minuman keras. Ibrahim menuruti, kemudian mereka menikah dan punya anak perempuan.

Ketika anaknya umur 7 tahun,  Ibrahim Adham kambuh kembali suka minum-minuman keras. Ketika dia sedang minum minuman keras,  dia ditegur anak perempuannya. Setiap mau minum ditampar anaknya,  akhirnya gelasnya pecah. Ibrahim Adham sangat marah dan dia memukul anaknya. Karena pukulan terlalu keras maka anaknya meninggal dunia.

Isterinyapun meninggal dan Ibrahim Adham bertambah parah dalam hal mabuk-mabukan. Suatu saat Ibrahim Adham ini tertidur dan mendapat Peringatan Allah lewat mimpi.
Menurut Surat Yusuf , mimpi itu ada dua : Mimpi kosong dan Mimpi yang benar.

Mimpi Ibrahim ini mimpi yang benar, dia merasa dikejar ular besar. Kemudian ditolong seorang tua yang membawa tongkat. Namun penolongnya ini kalah. Ibrahim Adham lari terus ke arah gunung dengan tetap dikejar ular. Di Gunung itu dia ditolong anak perempuan kecil dan selamatlah dia.

Ibrahim bertanya kepada anak tadi,  kenapa dirinya dikejar ular?
Anak tadi menjelaskan :
"Ular yang mengejar bapak adalah kejahatan bapak,  adapun orang tua bertongkat tadi adalah amal baik bapak. Dia kalah karena amal baik bapak cuma sedikit,  maka tak bisa menolong".

Ingatlah akan hadits :

 إتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن. (رواه الترمذي)

Rasulullah SAW, beliau bersabda :
“Bertaqwalah engkau kepada Allah dimanapun engkau berada. Dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik tersebut akan menghapus perbuatan buruknya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi)

"Lalu kamu siapa nak? " tanya Ibrahim.  "Saya dulu anakmu yang melarang kamu minum minuman keras". Jawab anak tadi.
Begitu bangun kemudian Ibrahim Adam sadar. Dia menjadi khusyu' setelah dibukakan jendela pintu akhirat melalui mimpi.

Maka seperti dalam surat Al Baqarah ayat 4, orang beriman yakin tentang akhirat dan ada pintu akhirat yang dapat dibukakan.

وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ

"... dan mereka yakin akan adanya akhirat." (QS. Al-Baqarah 4)

Dalam kisah Sufi yang lain ada dua orang ibu di surga. Mereka ditawari untuk dibukakan pintu akhirat agar dapat mengintip anak-anaknya di dunia.  Kedua ibu tersebut setuju dan kemudian mengintip ke dunia.

Seorang ibu menangis karena melihat anaknya sesat. Dia dulu memanjakan anaknya dengan harta dunia, tapi tak pernah membekali agama dan tak pernah menasehati anaknya. Ibu yang lain tertawa-tawa karena dia dulu tak punya harta,  tapi sangat perhatian dengan pendidikan agama anaknya.

Demikian tentang kegaiban Alam akhirat yang diceritakan kepada kita.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar