Selasa, 06 November 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

KAJIAN AHAD MUHAMMADIYAH BANYUMANIK

MENYIKAPI MUSIBAH

Dr. H. Hasan Asyari Ulamai, MAg
26 Shafar 1440 H/ 4 November 2018

*Biasakan Tabayun*

Bertubi-tubi musibah menerpa negeri ini, gempa Lombok belum berakhir disusul dengan Palu,  terus bencana menimpa Lion Air. Berbagai musibah muncul tanpa kita persiapkan bahkan tanpa kita prediksi.

Bila ada sebuah kampung yang baik,  penduduknya semua taat ibadah. Tiba-tiba tertimpa musibah. Maka komentar kita kampung itu kena ujian.
Berikutnya ada informasi tambahan,  bahwa penduduk kampung yang taat ibadah tetapi disapu bencana tadi ternyata bukan Muslim. Tiba-tiba komentar berubah,  yang menimpa bukan Ujian tetapi Azab.
Aneh kenapa jadi berubah ketika perspektif yang tertimpa musibah diubah dari Muslim ke Non Muslim. Namun perspektif itu akan sama bila dipandang dari sisi mereka,  non muslim.

Perlu kita pahami mana azab dan mana ujian agar kita tidak gampang memberi komentar negatif,  khususnya kepada orang lain yang mempunyai keyakinan berbeda.
Lebih-lebih pada saat ini, ketika kita sering dihadapkan dengan postingan WA yang seolah-olah benar,  padahal tidak benar.
Kita pernah mendapat postingan WA bahwa Tsunami Aceh itu terjadi pada tanggal 26. Demikian juga bencana lain dikaitkan dengan tanggal 26.
" Ini bukan sebuah kebetulan, lihat Al Qur'an juz ke 26".
Demikian kata WA. Kesannya ini hal yang sudah diramalkan Al Qur'an.

Pertanyaannya kenapa tidak Surat ke 26,  atau Ayat ke 26 surat Al Qur'an.? Kalau kita pertanyakan hal itu maka akan membuat kita lebih arif. Kemarin itu bencana di Palu tanggal 28,  bukan 26. Gempa di Chili tanggal 22 dan di Alaska tanggal 27. Jadi jangan terlalu mudah meramalkan dengan angka.

Kesalahan kita adalah bahwa kita lebih suka beriman pada WA,  daripada mengaji Al Qur'an. Bahkan ada postingan bahwa Palu dilanda gempa karena ada Proyek Mata Dajjal. Padahal orang Palu sendiri tidak tahu, karena Proyek itu ada di Sulawesi Barat yang tidak kena bencana. Kita bayangkan betapa sakitnya bila sudah menderita terkena bencana kemudian menerima postingan yang menyudutkan.

Janganlah kita memperbesar hal yang sebetulnya bukan masalah. Dalam WA ada yang mempermasalahkan singkatan Assalammu alaikum dituliskan Ass wr wb. Karena ada yang mempermasalahkan "ass" dalam bahasa Inggris.  Ini kurang kerjaan,  karena tak ada yang mengatakan hal itu.
Ass wr wb ini singkatan karena dipakai sebagai SMS (short message Service) jadi biasa disingkat. Dalam hadits juga biasa ada singkatan.
Kalau ditelusuri tak ada maknanya.
Ada lagi tulisan In syaa Allah atau In shaa Allah,  mana yang benar? Hal seperti ini bisa jadi gaduh. Padahal aslinya ya harus tulisan Arab. Bila diubah ke bahasa Indonesia tinggal kesepakatan kita saja.
Selama ini kita langsung percaya pada postingan WA. Maka biasakanlah tradisi untuk tabayun,  memeriksa kebenaran.

*Azab Umat Nabi Muhammad SAW Ditunda*

Al Qur'an mengabadikan do'a Abu Jahal, yang intinya menantang kepada Allah :

وَاِذْ قَالُوا اللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ هٰذَا هُوَ الْحَـقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَاَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ اَ لِيْمٍ

"Dan ingatlah , ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, Ya Allah, jika Al-Qur'an ini benar wahyu dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih." (QS. Al-Anfal 32)

Namun jawaban Allah , Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ  فِيْهِمْ ۗ  وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

"Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau Muhammad berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah akan menghukum mereka, sedang mereka masih memohon ampunan." (QS. Al-Anfal 33)

Pada jaman Nabi Muhammad ada Abu Jahal saja azab Allah masih ditunda,  sekarang ketika di Palu masih banyak orang yang istighfar apakah bencana kemarin azab?  Namun kita lebih senang mengambil ayat yang berkaitan dengan Nabi-nabi sebelumnya, Nabi Nuh atau Nabi Luth dimana umatnya kena azab.

Sebagai bahan introspeksi diri tidak masalah kita menganggap bencana sebagai azab. Misal diri kita terbentur sesuatu kemudian kita katakan mungkin ini azab Allah menimpa diriku. Hal itu tak masalah. Jangan sampai dikatakan kepada orang lain,  misal tetangga kecelakaan lalu dikatakan karena terlalu banyak dosa. Ini tidak tepat.
Ajaran islam itu jelas dan ada cara menerapkannya. Kita tahu perbedaan antara Muslim dan Kafir adalah Sholat. Namun kita tidak diperbolehkan mengkafirkan seseorang karena kita tak pernah melihat dia sholat.

Tuhan berbicara tidak terikat dengan bahasa manusia. Firman Allah diturunkan melalui malaikat Jibril memakai bahasa Arab, karena yang dijadikan utusan , yaitu Nabi Muhammad SAW adalah orang Arab. Maka Al Qur'an memakai bahasa kaumnya,  yaitu bahasa Arab.
Tidak berarti bahwa Allah dan penduduk surga nanti akan berkomunikasi dengan bahasa Arab.
Kenyataan tanpa mengenal bahasa Arab,  ternyata jama'ah haji dapat berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Jadi kita tidak tahu kelak di surga memakai bahasa apa,  tak ada informasi hal ini.

*Apakah Musibah itu?*

Kata musibah, berasal dari bahasa Arab ashoba-yushibu-mushibatan, yang artinya menimpa atau memperoleh.
Jadi kalau tertimpa sesuatu itu namanya kena musibah. Dalam kalimat ini muatannya masih netral,  artinya tertimpa yang enak atau tidak enak,  semua namanya kena musibah. Maka terjemahan paling tepat adalah bahasa jawa "ketiban". Dapat dipakai dalam kata "ketiban rejeki" yang maknanya baik.

Istilah musibah ini mempunyai muatan positif atau negatif juga ada dalam Al Qur'an, ketika pada konteks tertentu. Yaitu ketika ada orang yang dengki bila kita mendapat karunia,  dan ketika mereka mengetahui kita mendapat musibah.

اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ  ۖ  وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَا  ۗ

"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya.." (QS. Ali 'Imran  120)

*Sikap Menghadapi Musibah*

*1. Musibah adalah Skenario Allah*

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا  

"Katakanlah Muhammad , Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami...." (QS. At-Taubah  51)

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَهَا  

"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab Lauh Mahfuz sebelum Kami mewujudkannya...." (QS. Al-Hadid 22)

Menetapkan musibah itu sangat mudah bagi Allah. Kenapa yang kena musibah pesawat yang itu,  bukan yang lain,  itu semua kehendak Allah.

مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah;...".(QS. At-Taghabun 11)

Jadi musibah tidak selalu akibat kecelakaan saja. Ketika waktu ajal datang maka dalam keadaan apapun kita tak dapat menghindar.
Bisa jadi ketika sedang tidur dapat ditimpa musibah. Maka jika mau tidur jangan lupa untuk berdo'a.

*2.Jangan Sampai Menjadi Penyebab Musibah*

Musibah adalah skenario Allah,  namun jangan sampai kita jadi penyebab. Jangan-jangan dalam kasus Lion Air karena ada petugas yang lalai , sehingga dia jadi penyebab kematian banyak orang.

Allah SWT berfirman:

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآ صَّةً   ۚ  وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 25)

Salah satu fitnah dunia adalah akibat postingan WA,  akibat tidak senang pada teman, tidak senang pada Partai tertentu dan sebagainya.
Jangan sampai diri kita jadi penyebab fitnah dengan menyebar informasi WA. Menjadi fitnah jika informasi disebar tanpa ditabayun. Atau menyebar sesuatu yang bukan keahlian kita.

Ada postingan tentang pengobatan herbal dengan cara mudah dan murah. Maka kita tak punya hak untuk posting ulang jika kita bukan ahli pengobatan. Karena jika kita memposting dan dipraktekkan orang kemudian dia kena musibah, maka kitalah penyebab musibah.
Pengobatan meskipun herbal pasti ada takarannya, demikian juga kondisi pasien belum tentu sama. Maka harus lewat ahlinya.

Banjir terjadi karena tanah tak mampu menyerap air. Maka ketika hujan turun,  semua air akan ke bawah. Itu sudah menjadi Hukum Allah. Jangan sampai kita menjadi penyebab air turun semua. Gara-gara kita menjadi pengembang perumahan tidak memperhatikan eko systemnya. Itu namanya kita menjadi fitnah (ujian) bagi yang lain.

*3.Sabar Ketika Ditimpa Musibah*

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ  بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَاۤ اَصَابَكَ ۗ   اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ۚ

"Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah manusia berbuat yang makruf dan cegahlah mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS. Luqman  17)

Ketika tertimpa musibah hendaklah bersabar. Bagaimanakah orang bersabar itu?

الَّذِيْنَ اِذَاۤ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ   ۙ  قَالُوْۤا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ

"yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."
(QS. Al-Baqarah 156)

Orang sabar jika terkena musibah, dia mengembalikan semuanya kepada Allah. Bukankah ketika kita bayi baru dilahirkan juga tak punya apa-apa?  Bahkan baju saja semua diberi orang.  Jadi misal suatu saat kembali tak punya apa-apa,  bersikaplah biasa saja.

Tapi umumnya manusia tidak siap. Ketika punya keinginan terlalu tinggi kemudian gagal, dia tidak siap.
Karena tak punya komitmen Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Kita lihat diri kita ketika tiba-tiba dapat uang banyak. Apa yang ada dalam pikiran kita pertama kali?  Belanja ke Mall !
Kita ini terdidik untuk konsumtif. Bahkan ada tayangan TV yang menyuguhkan belanja dengan cepat dalam waktu tertentu. Karena konsumtif maka tak siap dan akan menderita ketika kehilangan.

Maka sangat perlu memegang komitmen bahwa segala sesuatu baik yang enak (harta,  jabatan)  ataupun musibah itu semua dari Allah dan suatu saat akan diambil kembali.  Dengan begitu maka kita akan sabar.

*4. Do'a Ketika Musibah*

*4. 1. Do'a untuk Pengobatan*

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri r.a , ia berkata, “Pernah suatu ketika sekelompok sahabat Rasulullah SAW pergi mendatangi sebuah perkampungan Arab, namun penduduk kampung tersebut tidak ada yang mau menjamu mereka.

Pada saat itu juga, tiba-tiba pemimpin kampung tersebut disengat oleh seekor kalajengking. Maka penduduk kampung itupun berkata, “Apakah kalian membawa obat-obatan atau jampi-jampi?” Para sahabat menjawab, “Akan tetapi karena kalian tidak sudi mengobatinya, kecuali jika kalian mau memberikan upah kepada kami”.

Maka mereka pun menjanjikan akan memberikan upah seekor domba. Lalu salah seorang di antara sahabat membaca surah Al Fatihah sambil mengumpulkan air di ludahnya lalu meludahkan ke tempat sengatan kalajengking tersebut hingga kepala kampung itupun menjadi sembuh.

Lalu dengan senang mereka menyerahkan domba yang mereka janjikan kepada para sahabat. Akan tetapi para sahabat menolak hadiah tersebut dan mengatakan, “Kami tidak akan mengambilnya sebelum kami menanyakan kepada Rasulullah.”

Maka mereka pun pergi menanyakannya kepada Rasulullah SAW, hingga beliau tertawa mendengarnya. Lalu kemudian beliau bersabda,

“Tidakkah engkau mengetahui bahwa ia (Al Fatihah) memang jampi-jampi? Ambillah domba tersebut dan aku minta bagian.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa jika ada musibah harus mencari solusi maksimal,  jangan menghindar.
Salah satu pengobatan adalah do'a yang dikenal sebagai Rukyah.
Mungkin pengobatan berhasil karena kebetulan saja,  tetapi siapa tahu dengan semangat dan keikhlasan kita membantu,  Allah memberikan bantuan ?

*4.2. Bila Musibah Menimpa Kita*

Ketika terkena musibah,  Nabi tidak memohon apapun,  beliau hanya berdo'a memuji Allah.

Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Nabi SAW berdo'a ketika terkena musibah :

"Laa ilaaha illaallahul 'adziim,
laa ilaaha illaallahu rabbul arsyil adziim, laa ilaaha illaallahu rabbus-samaawaati wa rabbul ardh, wa rabbul arsyil kariim".

(Tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan singgasana yang besar.
Tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan Tuhan bumi,  dan Tuhan singgasana yang besar). (H.R Buchary).

Ibarat seorang anak yang baik,  tidak meminta orang tua pun,  orang tua yang baik sudah tahu maksud anaknya,  dia membutuhkan uang.

Do'a lainnya Nabi SAW bersabda ucapkanlah:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ

“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits..."

[Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu].”

Doa-doa tadi diucapkan pada saat terjadi Gerhana, saat Angin Kencang,  saat Kekeringan, saat terjadi Guruh, saat hujan lebat.

*4.3. Bila Musibah Menimpa Orang Lain*

Ketika musibah menimpa orang lainpun, kita tetap berdo'a
Memuji syukur bahwa musibah tidak menimpa diri kita.

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ رَأَى صَاحِبَ بَلاَءٍ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى عَافَانِى مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِى عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلاً إِلاَّ عُوفِىَ مِنْ ذَلِكَ الْبَلاَءِ كَائِنًا مَا كَانَ مَا عَاشَ

“Siapa saja yang melihat yang lain tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan,

‘Alhamdulillahilladzi ‘aafaani mimmab talaaka bihi, wa faddhalanii ‘ala katsiirim mimman khalaqa tafdhilaa’

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari musibah yang menimpamu dan benar-benar memuliakanku dari makhluk lainnya.

Kalau kalimat itu diucapkan, maka ia akan diselamatkan dari musibah tersebut, musibah apa pun itu semasa ia hidup.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Kesimpulan :
1. Musibah itu bisa positif atau negatif.
2. ‎Menyikapi Musibah , bahwa musibah skenario Allah,  ketika ditimpa musibah harus sabar, dan ada do'a untuk menghadapi musibah.
3. ‎Azab dipandang secara individual,  bila mengenai diri kita sendiri boleh dikatakan sebagai azab sebagai introspeksi. Jangan mengatakan azab bila musibah menimpa orang lain.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar