Senin, 14 Agustus 2017

Kajian Ahad Pagi Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

20 Dzulqo'dah 1438 H / 13 Agustus 2017

Drs. H. Agus Supriyadi

*Dzulqo'dah Bulan Haram*

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَآئِرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَـرَامَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, ......" (QS. Al-Ma'idah 2)

Pada saat ini kita masuk ke bulan Dzulqodah, salah satu bulan Haram. Biasanya kita umat islam ini lebih mengenal kalender Masehi dibanding kalender Hijriah milik umat islam. Mengenal kalender Hijriah itu amat penting,  karena jika Allah memerintahkan ibadah yg dikaitkan waktu itu biasanya waktu kalender Hijriah.

Contoh :
Puasa Ramadhan diperintahkan puasa dalam bulan Ramadhan, bukan pada bulan Juli.
Ibadah Haji diperintahkan untuk Haji pada bulan2 yg dimaklumi,  itu pada kalender Hijriah, yaitu Dzulqo'dah,  Dzulhijjah dan Muharram.
Puasa Yaumul Bidh , diperintahkan puasa sunah 3 hari setiap bulan pada pertengahan bulan yg dikenal sebagai Yaumul Bidh tanggal 13, 14, 15 atau 14, 15, 16.  Atau setidaknya minimal sehari kita puasa sunah,  jangan sampai melewatkan pergantian bulan tanpa Puasa sama sekali.

Terkait dengan kalender Hijriah, selain memerintahkan untuk menghormati bulan Ramadhan,  Allah memerintah kita untuk menghormati 4 bulan Haram,  yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah,  Muharram dan Rajab.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ  ۗ  ذٰ لِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ    فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ   ۗ  وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً  ۗ  وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa."
(QS. At-Taubah 36)

Namun penghormatan kepada 4 bulan Haram ini saat ini tidak dilakukan oleh umat Islam seperti ketika menghormati bulan Ramadhan.
Penghormatan umat islam terhadap Ramadhan sudah bagus,  pada awal bulan.  Sayangnya pada 10 hari terakhir sudah mengendor karena kiblatnya pindah dari Masjid ke Mall untuk persiapan Lebaran. Padahal ibarat pertandingan maka akhir Ramadhan adalah babak final. Jaminan babak final adalah mendapatkan Lailatul Qodar.

Maka semestinya ibadah kita makin lama makin meningkat. Apalagi kita iringi saling mendoakan : Minal aidzin wal Faizin. Itu adalah do'a agar menjadi orang yg aidzin dan faizin.
Orang yg aidzin bukanlah mereka yg bajunya baru,  melainkan mereka yg takwanya bertambah. Hal ini sesuai dengan firman Allah ketika kita Puasa.

يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Al-Baqarah 183)

Sebenarnya semua ibadah yg diperintahkan oleh Allah itu untuk menjadikan kita manusia bertakwa. Takwa adalah kharakter manusia paling mulia. Mulia disini maksudnya adalah mulia ketika diakhirat.

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ

"..... Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa....." (QS. Al-Hujurat  13)

Pada umumnya ketika bulan Syawal dibacakan Surat Ali Imran 133-136. Itu sebagai bahan evaluasi diri kita,  tentang kriteria Takwa.

Orang Takwa adalah mereka yg terus berinfak baik ketika lapang ataupun sulit. Jadi tak mengenal waktu Ramadhan atau tidak, tetap berinfak.
Jangan sampai terjadi kita memberi infak tapi tidak ikhlas,  sambil mengucapkan hal yg menyakiti hati.

قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ  يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى

"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti....."
(QS. Al-Baqarah 263)

Pemberian tidak ikhlas akan menghapus pahala.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰى

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima)....."
(QS. Al-Baqarah 264)

Pemberian ikhlas tidak memandang sipenerima orang yg kita suka atau yg kita benci. Rasul bersabda bahwa orang yg berbuat baik pada orang yg menjahatinya nanti dihari kiamat diringankan perhitungannya.

Hanya mereka yg bisa menahan marah yg bisa melakukan hal itu. Orang seperti itu masuk Golongan Waro', mereka adalah orang yg akan masuk surga tanpa dihisab.

Karakter takwa berikutnya adalah memaafkan. Orang islam itu harus rendah hati,  berani mengaku salah dan minta maaf, baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia,  tak peduli apapun jabatan dia dan tak dibatasi hanya setelah Ramadhan saja.

Rasulullah bersabda,  bahwa banyak lelaki yg sempurna,  mau rendah hati dan minta maaf ; tapi banyak wanita tidak sempurna.
Bila wanita ingin masuk surga harus punya sifat Al afwu,  rendah hati, mengakui salah dan meminta maaf.
Ada seorang wanita dijaman Rasul,  bernama Mutiah yg dikhabarkan akan jadi wanita pertama penghuni surga.

Suatu hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin setelah istri-istri Nabi SAW.? Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah.

Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.

Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.

“Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”

Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.

“Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”

Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”

Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.

Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.

Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.

Keesokan harinya baru Fatimah diijinkan masuk setelah Mutiah mendapat ijin suaminya.
Fatimah dijamu makan oleh Mutiah.
Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk . Fatimah heran dan menanyakan untuk apa cambuk tersebut.

Mutiah menjawab : “Seharian aku telah membuat makanan dan minuman untuk suamiku. Sekiranya dia tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka aku minta dia mencambuk diriku. Alhamdulillah suamiku tidak pernah mencambuk diriku. "

Demikianlah kisah tentang berbuat baik.
Sesungguhnya Allah menyenangi orang yg berbuat baik,  jadi tidak tergantung waktu saja. Jangan sampai kita seperti wanita pemintal benang seperti pada surat An Nahl 92.

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا

"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali....." (QS. An-Nahl 92)

Itu adalah pekerjaan sia-sia. Kita sudah belajar takwa di bulan Ramadhan .Ramadhan kemarin masjid penuh,  namun setelah Ramadhan selesai,  masjid pelan2 menjadi kosong.
Padahal orang Mukmin itu bila dimasjid ibarat Ikan di dalam air,  akan krasan.
Adapun orang Munafik bila di dalam masjid, ibarat Ikan terdampar di Daratan .
Sebaliknya juga perhatian buat yg mengimami shalat.  Rasul sebelum mengimami shalat selalu menghadap ke jama'ah,  Tujuannya adalah meluruskan dan merapatkan shaf serta melihat kondisi jama'ah Apakah ada orang tua,  anak2 atau musafir. Bila ada maka dia wajib meringankan shalat.

Jadi orang mulia ibadahnya tak tergantung waktu. Sekarang ini bulan Dzulqo'dah,  bulan yg dimuliakan. Namun kenapa kualitas ibadah umat islam di bulan ini jauh dibanding bulan Ramadhan?
Padahal nabi itu selama hidupnya umrah sebanyak 4 kali dan semuanya di bulan Dzulqo'dah, bulan Haram.

Pengertian Haram adalah disucikan. Ada Bulan Haram,  ada juga Tempat Haram,  yaitu Mekkah dan Madinah,  artinya Tempat yg disucikan. Maka banyak orang yg terpanggil kesana. Untuk kesana memang harus ada niat dulu. In syaa Allah ada jalan. Ketika kita berhaji,  kita menjaga kesucian Tempat Suci,  kita dimuliakan Allah dan do'a kita diijabahi.
Demikian pula,  identik bila kita menjaga kesucian Bulan Dzulqo'dah,  bulan Suci,  in syaa Allah kita dimuliakan Allah juga dan do'a akan diijabahi.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar