Minggu, 11 Februari 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

25 Jumadil Awal 1439 H / 11 Februari 2018

Dr. H. Haerudin, SE. MT

*Makna Laa ilaha illallah*

Menurut Hadits Buchory,  bahwa Islam itu dibangun atas 5 perkara yg disebut dengan Rukun Islam.  Kita kenal yg pertama adalah Syahadat. Yaitu kalimat "Laa ilaha illallah ". Kita sering mengartikan kalimat "Laa ilaha illallah dengan : "Tidak ada Tuhan selain Allah..."
Lalu apakah Hakekat dari Tuhan?
Kadang kita nyebut kalimat tauhid tadi berkali-kali : Tuhan...Tuhan.. Tu. Han ..Tu ..Han.Tu....Han. Tu.. Hantu.. Hantu ...Han..
Tuhan berubah jadi Hantu....
Orang Jawa bahkan menyebut Tuhan itu Pangeran...Padahal di Solo dan Yogya banyak sekali Pangeran....
Maksudnya adalah Tuhan menjadi tidak jelas.

Kita perlu memahami hal tentang Tuhan ini dengan pemahaman yg benar. Ini masalah Tauhid,  hal yg paling mendasar dalam agama karena yg akan menyelamatkan kita dari api neraka.
Rasulullah SAW bersabda,"Barangsiapa mengucapkan, 'Laa ilaaha illallaah,' kemudian meninggal, maka pasti masuk surga."  ‎Dalam hadits lain ditambahkan ; "Sekalipun ia pernah berzina dan mencuri?' Dan dijawab 'Ya'"
Asal tidak ada syirik,  maka pencuri dan pezina akan masuk surga, namun dengan lewat neraka sebentar untuk membersihkan dosa.

Penghuni neraka, setelah tinggal beberapa waktu sesuai dengan dosanya akan diangkat ke surga. Hanya ada 3 golongan yg tidak akan diangkat :
1. Mereka yg mati dalam keadaan Kafir.
2. ‎Mereka yg mati dalam keadaan Syirik
3. ‎Mereka yg mati dalam keadaan Munafik.
Mereka dikatakan kekal selamanya di dalam neraka. Kepada Orang Kafir bahkan kita dilarang mendoakan ketika meninggal. Demikian juga kepada orang musyrik kita dilarang mendoakan ketika meninggal.

مَا كَانَ  لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۤ اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَ لَوْ كَانُوْۤا اُولِيْ قُرْبٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ  اَصْحٰبُ الْجَحِيْمِ

"Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik sekalipun orang-orang itu kaum kerabatnya setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penghuni Neraka Jahanam." (QS. At-Taubah 113)

Orang munafikpun sama,  tak bisa dimintakan ampun.  Allah SWT berfirman:
"Sama saja engkau Muhammad memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka 70 kali, Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka...." (QS. At-Taubah  80)

Rasulullah bersabda,  bahwa seandainya dimintakan ampun 71 kalipun tetap sia-sia. Artinya bukan bilangan,  tapi hal yg tak terbatas.

Jadi bahaya Syirik itu luar biasa. Amalan orang musyrik tidak ada bekasnya sama sekali, hilang ibarat pasir diatas Batu yg hilang dicuci air..

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يَّعْمُرُوْا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ بِالـكُفْرِ ۗ  اُولٰٓئِكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ  ۚ  وَ فِى النَّارِ هُمْ خٰلِدُوْنَ

"Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka." (QS. At-Taubah 17)

Penyakit syirik bahaya karena sangat samar,  ibarat semut hitam berjalan diatas Batu dimalam hari. Tidak terasa padahal sudah syirik. Penyebab syirik itu banyak,  antara lain karena Tradisi.
Contoh,  tradisi menghitung hari,  hari ini baik dan hari ini buruk.
Mengagung-agungkan suatu waktu dan mecela waktu lain adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.Dalam sebuah Hadist Qudsi Allah berfirman : "Anak-anak Adam ada yang menyakiti hatiku, mereka mencela waktu, padahal Akulah yang menciptakan waktu” (HR. Bukhari).

*1. Tauhid Rububiyah*

Tauhid itu dibagi dua,  Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah. Ada yg menambah Tauhid Asma wa Sifat.
Tauhid Rububiyah itu membahas tentang Dzat. Lalu kalau Dzat Allah seperti apa?

*Allah itu Absolut , Makhluk itu Relatif*

Dalam agama lain, Tuhan diberi nama oleh Makhluknya dengan gambaran -gambaran tertentu. Ini tidak sama dengan ilmu Tauhid. Pencipta pasti beda dengan makhluknya.
Sering digambarkan dengan meja dan Pembuat meja pasti beda,  walaupun Keduanya sama-sama materi. Kita tidak bisa menjangkau sifat-sifat Allah , kalau kita bisa menjangkau sifat-sifat Allah tanpa bantuan Allah,  maka Allah bukan Tuhan.
Kita itu relatif,  banyak keterbatasan. Maka Allah pasti tidak Relatif, atau disebut Allah itu Absolut , tak mungkin dijangkau oleh Relatif.
Kita uji dengan pertanyaan :

Dapatkah Allah menciptakan Batu yg Maha Besar sehingga Allah sendiri tak mampu mengangkatnya ?

Kita pasti bingung untuk menjawabnya,  tak mungkin kita bisa menjawab karena Kita itu Relatif dan Allah itu Absolut.
Memikir tentang Allah yg Absolut tak mungkin bisa dengan menggunakan logika kita yg Relatif. Absolut tidak mengenal sebab akibat,  maka kesalahan diatas terletak pada Pertanyaan Relatif untuk hal yg Absolut.

Contoh lain,  Seorang rajin ibadah rajin usaha tetapi tetap miskin dan sengsara,  sebaliknya ada orang lain tak pernah ibadah, malas tapi kaya raya.  Pertanyaannya apakah Allah adil ?

Seseorang tak bisa membayangkan bila tidak tahu. Kita mengenal Kereta api,  tetapi mungkin seseorang di Pedalaman yg tak mendapat akses informasi tak dapat membayangkan Kereta api.
Demikian juga dengan Konsep Keadilan Allah itu tidak sama dengan Konsep Keadilan manusia.

Allah tak bisa dijangkau tanpa informasi dari Allah.  Kita mengenal Allah karena diberi tahu Allah.
Allah SWT berfirman:

اِنَّنِيْۤ اَنَا اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ  اَنَا فَاعْبُدْنِيْ  ۙ  وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku." (QS. Ta-Ha 14)

Jadi nama Allah itu bukan buatan makhluk,  tapi langsung dari Allah memberitahu kita. Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa sholat itu agar mengingat Allah.. Namun kembali kadang jadi dilogikakan terbalik,  jika sudah ingat maka tak perlu sholat. Tentu itu logika yg keliru.
Kita tak boleh melogikakan, logika Allah dengan logika kita yg relatif,  maka dalam ibadah mahdoh ketika Perintah Allah jelas maka kita tak boleh mengubah. Bila diubah namanya bid'ah. Dan setiap bid'ah itu sesat. Jadi tak boleh ditambahi meskipun ditambah hal baik.
Contoh :
- Shalat Subuh itu 2 raka'at,  maka tak boleh kita tambah jadi 4 raka'at

- Saat Sujud dalam sholat itu tak boleh membaca Al Qur'an,  meskipun Membaca Al Qur'an itu sesuatu yg baik .

Yg banyak membahas ibadah itu Hadits, bukan Al Qur'an. Tentang hadits itu ada pendapat yg berbeda. Misal tentang Qunut, Shalat Tasbih itu ada hadits yg menshohihkan namun ada juga yg mendhoifkan maka timbul pendapat yg berbeda.

Jadi Allah itu absolut,  tempat kita minta tolong.  Jangan menyembah kepada yg relatif,  seperti Gunung Merapi,  atau Dukun,  atau malahan Keris.
Manusia pembuat Keris saja relatif, apalagi Keris buatannya.

Kadang juga ada yg keliru menafsirkan logika Allah : Bersedekahlah agar engkau Kaya.  Lalu banyak yg bersedekah karena mengharap Kaya. Padahal dalam hadits dijelaskan bahwa yg disebut Kaya itu bukan Kaya materi tetapi Kaya hati,  merasa dirinya cukup.

Mengharap sesuatu dari makhluk maka siap-siaplah untuk kecewa. Karena setiap makhluk punya keterbatasan. Sekaya apapun setiap manusia mempunyai kebutuhan yg berkembang, jadi dia bukan tanpa batas. Karena itu bila ingin shadaqah jangan menunggu kaya, karena pasti kebutuhan juga meningkat.

Karena itu kalau mau meminta kepada Allah,  karena Allah yg Maha Kaya.
Meminta kepada Allah itu mudah :
- Tak perlu washilah (perantara) kenapa? Karena Allah itu dekat.  Menganalogikan meminta kepada Allah dengan menghadap Pejabat yg harus lewat Ajudan atau Sekertaris jelas salah,  karena Allah bukan Pejabat.
- ‎Meminta Kepada Allah tak harus datang ke Mekkah,  karena yg tak punya uang akan sulit kesana
- ‎Meminta kepada Allah tak perlu dengan suara keras,  karena Allah Maha Mendengar,  bahkan suara hatipun didengar
- ‎Meminta kepada Allah tak harus berbahasa Arab,  karena Allah Maha tahu, bahasa Jawa juga tahu. Bahasa Arab malah mungkin kita yg tidak tahu.
- ‎Mendoakan yg telah wafat tidak harus mendatangi makam,  karena dari rumahpun bisa.

Kekeliruan kita yg sering terjadi adalah memahami Logika Allah dengan logika manusia,  memahami Alam Kubur dengan kondisi Alam Dunia.  Padahal jelas beda.
Meminta kepada Allah karena tanpa batas. Diibaratkan Kasih sayang Allah sejumlah 70,  yg satu dibagi untuk dunia semua.  Rasul mengatakan bahwa di hadapan Allah kenikmatan dunia ini hanya setara dengan sebelah sayap nyamuk. Sabdanya ;

    “Seandainya dunia ini di sisi Allah punya nilai setara dengan sebelah sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum seorang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi)

Kekayaan materi dunia seberapa banyakpun bisa dihitung,  artinya sedikit karena bisa dihitung.
Bandingkan dengan Kekayaan hati yg lapang,  siapa bisa menghitung. ?
Kekayaan Allah itu absolut,  tak terhitung karena immaterial.

Kenapa kita kagum dengan Kekayaan seseorang padahal terbatas,  kitapun tak mendapat manfaat apapun. Beda dengan Kekayaan Allah,  kita banyak mendapatinya dan menikmati dengan gratis ! Ubah pola pikir kita,  agar kita tergantung hanya kepada Allah.
Ingat bahwa Setan pun menggoda kita dari 4 sisi,  kanan,  kiri,  depan dan belakang. Artinya dari sisi dunia. Setan tak bisa menggoda dari atas !  Kenapa, karena keatas adalah hubungan kita dengan Allah.

Hubungan ke atas nilainya tanpa batas. Karena itu jika ibadah ingin luas harus lillahi ta'ala,  hanya ke atas.
Ibadah jangan disempitkan, apa maksudnya?  Ibadah yg dipamerkan ke manusia maka nilainya kecil.

*2. Tauhid Uluhiyah*

Tidak ada illah kecuali Allah.

وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا 

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.." (QS. Al-Isra' 23)

Perintahnya adalah menyembah Allah,  tetapi banyak orang yg menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan.

Allah SWT berfirman:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً   ۗ  فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ   ۗ  اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Jasiyah 23)

Menyembah hawa nafsu,  apakah hawa nafsu?  Apakah kemarahan?  Belum tentu

Allah SWT berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَآءَ  الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْن

"Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui." (QS. Al-Jasiyah  18)

Ayat diatas memberi tahu kita bahwa semua urusan manusia itu ada aturannya. Ayat ini terkait dengan ayat yg terakhir turun yaitu

 اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَـكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَـكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًا 

"... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu...." (QS. Al-Ma'idah 3)

Semua hal diatur oleh Al Qur'an.
Bagaimana jika ada yg tanya apakah Al Qur'an juga mengatur cara membuat onde-onde.. ?
Jawaban Al Qur'an :

فَسْــئَلُوْۤا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْن

".. maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui."
(QS. Al-Anbiya  7)

Setelah tanya ahlinya lalu ikutilah.
Orang yg menyembah hawa nafsu adalah orang yg tidak mau mengikuti aturan (syari'ah).

Jadi makna bertauhid secara utuh tidak sekedar Laa ilaha illallah saja tapi juga taat pada aturan Syari'ah.
Kenapa?  Kalau hanya percaya Allah maka iblis itu sangat percaya Allah tapi dia menolak ketika diminta bersujud kepada Adam. Karena merasa lebih baik.
Maka iblis dihukum.

Kesimpulannya Percaya kepada Allah saja tidak cukup,  harus konsekwen dengan menjalani aturan Allah

Demikian semoga bermanfaat
Barokallohu fikum.

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar