Minggu, 19 Agustus 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad Sendang Gede

Dr. H.M. Saerozi , MA

7 Dzulhijjah 1439 H / 19 Agustus 2018

SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA

Terkadang kita menemui peristiwa-peristiwa yang mendadak terjadi,  di luar persangkaan kita dan sangat mungkin membuat kita bingung.
Kemarin itu ada dua kisah yang saya alami,  hal-hal yang membikin bingung seseorang.

Setelah shalat subuh saya dapat telpun dari Tetangga yang sedang berangkat haji di Mekkah. Dia itu puteranya dua masih kecil. Karena tak tega maka dia minta tolong ibunya dari Rembang untuk datang menunggui anaknya, yaitu cucu ibu tadi.  Namun Allah berkehendak lain.
Kemarin pagi nenek ini wafat dirumah anaknya. Tentu saja dia bingung,  akhirnya minta tolong tetangga untuk membawa jenazah ke Rembang dan memakamkan di Tuban.

Allah itu mengatur segala sesuatu, namun kadang kita tidak sabar dengan cara pengaturan Allah.
*Semua akan indah pada waktunya.*

Lebaran kemarin saya ke Magelang, disana sungkem pada keluarga yang sudah sepuh. Seperti biasa maka jika silaturahim jadi ajang untuk cerita.
Beliau itu dulu , 8 tahun yang lalu mengeluhkan tentang anak lelakinya yang bungsu yang masih menganggur tidak bekerja. Minta tolong pada saya untuk mencarikan pekerjaan biar tidak di rumah saja. Bagaimana tidak,  punya anak Empat,  yang pertama wanita menjadi pegawai Bank Dunia,  saat ini di Australia dan besuk mau ke Amerika. Yang kedua jadi pegawai Islamic Development Bank dan yang ke 3 pegawai Batik Keris. Ketiganya di luar kota,  hanya si bungsu dirumah. Tetapi kalau kerja maka dia harus pergi meninggalkan rumah untuk keluar kota.
Kemarin orang tua tadi merasa beruntung karena si bungsu di rumah. Karena dialah yang bisa mengantar orang tuanya pergi atau mau berobat.

Inilah hidup,  kita itu makin lama makin tua dan makin lemah.
Maka bagi kita yang usia 50 ke atas,  hendaklah mulai memahami bagaimana Allah mengatur kehidupan ini agar kita tak mudah mencela ataupun mengeluh.
*Semua akan indah pada waktunya*.

Rasulullah saw. pernah bersabda,  “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa
tafakkaruu fiiLlahi", berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.”  (Hadits Abu Nu’aim)

Terhadap sesuatu yang di depan maka kita tafakur, kita renungkan. Apalagi dengan kemajuan dunia yang seperti sekarang ini,  semua serba beda. Ada aturan-aturan yang kita tak dapat menghindar dari aturan Sunatullah. Kita hanya bisa mensiasati,  mencari hikmah dibalik peristiwa yang terjadi.

Dulu saya berangkat haji dalam waktu yang bersamaan dengan ibu saya , namun seperti pada umumnya orang tua,  dia tak mau bersama-sama karena takut mengganggu anaknya. Kami berangkat dari tempat yang beda dan akibatnya di Mekkah ditempatkan di maktab yang berjauhan. Hal ini tentu meresahkan saya. Namun atas kehendak Allah, selesai shalat maghrib,  ibu saya mengajak ngobrol wanita muda di sebelahnya. Dari pembicaraan saling tanya asal-usul,  ternyata wanita tadi adik angkat ibu saya yang terpisah 30 tahun lebih.

Disaat saya bingung membutuhkan pertolongan, bagaimana menemani ibu saya yang saat itu usia 70 tahun ternyata Allah mengirim adik angkat ibu saya untuk menemani ibu saya.
Ada aturan Allah,  dimana kita itu ada dibalik peristiwa.  Tugas kita adalah mencari hikmah di balik suatu peristiwa.
*Semua akan indah pada waktunya.*

Hari inipun kalau kita membaca WA mungkin bingung. Ini tentang kapan Iedhul Adha?  Ada yang mengatakan Puasa Arafah selasa dan Iedhul Adha Rabu. Namun ada yang mengatakan selasa tak boleh puasa karena sudah Hari Raya.  Puasanya mestinya hari senin...
Kalau tak pandai mencari hikmah maka akan bingung. Padahal tugas kita mudah,  memilih salah satu,  kemudian meyakininya.
Karena ada yang bingung dan tanya saya maka saya tunjukkan jawaban dengan menunjukkan contoh :
Teman saya si A itu hari Rayanya selasa. Teman saya si B itu hari Rayanya rabu dan dia shalatnya di lapangan. Teman saya yang C itu hari Rayanya rabu tapi dia shalat di masjid..
Begitupun masih ditanya : " Mana yang paling baik? ".
Jawab saya : " Karepmu.. sing penting shalat,  Silahkan mau pilih ikut mana? ".
Tak hanya masalah shalat,  sampai sekarang masih ada yang bingung masalah kulit kambing qurban mau diapakan?

Ada lagi kisah lain,  ibu yang bertanya kepada saya,  tentang suaminya yang pemarah dan sering mengatakan : " Aku cerai kamu..."
Tak lama kemudian mereka berbaikan. Namun tak lama kemudian bila berselisih maka ucapan itu muncul lagi : "Aku cerai kamu..." , demikian itu berkali-kali. Ketika ikut pengajian,  dia tanyakan itu pada Kiyai dan kata Kiyai itu sudah berarti cerai. Maka dia bingung dengan status pernikahannya.

Saya jawab ibu itu dengan dua alternatif jawaban.
1.  Menurut kitab fiqih klasik maka hubungan ibu sudah bukan suami-isteri lagi. Dan untuk menikah dengan suaminya tidak bisa,  karena harus nikah dengan lelaki lain dulu
2. ‎Menurut hukum islam meskipun ucapan cerai tadi sudah ribuan kali,  tetapi selama belum didaftarkan di pengadilan agama belum dianggap cerai. Itu hanya dianggap ungkapan kemarahan saja.

Ketika diberi dua alternatif itupun ibu tadi ternyata tetap bingung.
Kita itu akan selalu dihadapkan dengan peristiwa. Tugas kita adalah mencari hikmah. Kita akan selalu dihadapkan banyak pilihan,  tugas kita adalah memantabkan hati untuk memilih.

Kadang-kadang yang pada awalnya membahagiakan kita itu ada yang akhirnya menyengsarakan, sebaliknya yang pada awalnya menjengkelkan kita itu suatu saat mungkin menjadi penolong kita. Maka bagi para suami jangan mudah marah pada isteri,  dan juga para isteri jangan terlalu menuntut suami.
Jika mau ketika mudanya , maka terimalah ketika tua. Jika mau saat sehat, maka terimalah ketika sakit-sakitan dan jika mau ketika kaya maka tetap sabarlah ketika miskin.
*Semua akan indah pada waktunya.*

Kita ini dihadapkan pada perbedaan -perbedaan yang banyak. Maka Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita sebuah do'a iftitah yang tak banyak dikenal orang.
Biasanya orang hanya mengenal doa iftitah :
"Allahu akbar kabiiroo ... " dst, atau
"Allohuma bait baini wa baina ..." dst.
Padahal banyak sekali do'a iftitah.
Maka saya sarankan bagi yang sering bermasalah dengan pilihan untuk memakai do'a iftitah ini :

"Allahumma Rabba Jibriila wa Mikaaiila wa Israafiila Faathiros-samawaati wal ardhi ‘aalimal-ghaibi wasy-syahaadati anta tahkumu baina ‘ibaadika fiima kaanuu fiihi yakhtalifuuna ihdinii limakhtulifa fiihi minal-haqqi bi-idznika innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraatim-mustaqiim"

Artinya :
“Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi.  Wahai Tuhan yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata. Engkau yang memutuskan di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki.”
(catatan : do'a di atas berasal dari hadits Aisiyah yang diriwayatkan dalam HR Muslim)

Perbedaan bahkan biasa terjadi dalam urusan sepele,  di dalam rumah tangga. Misal tentang masakan yang tidak asin,  dilain pihak ada yang senang asin.
Hal sepele begini di dalam jama'ah haji kadang jadi perbincangan. Yang tak suka asin mengatakan lebih sehat,  yang suka asin mengatakan tak enak. Maka itu semua harus disikapi dengan bijak.

Di bidang syariah,  ada BMT yang bingung terhadap nasabah.
Kita kenal BMT itu tak mengenal riba. Jika orang mau beli sepeda motor dia bisa pinjam uang ke bank dengan bayar bunga. Tapi ke bank syariah diperlakukan beda,  seolah Bank yang membelikan sepeda motor, dan bank mengambil laba penjualan. Ini namanya Murabahah.
Namun yang terjadi di Demak ini nasabah Pinjam untuk beli dagangan yang banyak.  Maka disiasati dengan perjanjian diwakilkan kepada nasabah untuk membeli barang sendiri,  namanya transaksi Wakalah. Permasalahannya nasabah tidak jujur,  dia tidak membeli dagangan tetapi memakai uang untuk bayar sekolah anaknya. Maka ada juga bank syariah yang bingung.

Kesimpulan yang dapat diambil,  ketika kita memasuki kehidupan saat ini,  kehidupan ketika media sosial sedemikian hebatnya,  maka ada beberapa hal yang perlu :

1. Harus pandai mencari hikmah dibalik peristiwa.

Bila kita punya anak Mahasiswa abadi yang tidak lulus-lulus,  sementara temannya sudah wisuda semua,  hendaklah tetap bersabar.
*Semua akan indah pada waktunya*

Saya punya teman yang punya anak down syndrome, namun orang tuanya ikhlas. Anak ini meski down syndrome tapi setiap dengar suara adzan dia berangkat ke masjid. Bahkan dia juga bisa adzan. Saya jadi berfikir,  banyak orang normal dengar adzan tapi tak datang ke masjid,  apa mereka yang tak mau ke masjid ini harus dibuat begitu dulu?

2. Tak perlu bingung ketika banyak menghadapi Perbedaan.

Lebih-lebih dalam menghadapi Pemilu tahun 2019. Beda pilihan Partai itu biasa,  beda Golongan juga biasa. Tak perlu dibawa ke perasaan.

Dalilnya adalah :
- Samakan yang sama,  bedakan yang beda.
- ‎Bicarakan yang sama,  jangan membicarakan yang beda.
- ‎Jangan menyamakan yang beda dan jangan membedakan yang sama, karena pasti akan jadi masalah.

3. Berdo'a ketika menghadapi pilihan.

Maka berdo'alah dengan do'a iftitah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

"....Engkau yang memutuskan di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan..."

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar