Selasa, 12 Februari 2019

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

KAJIAN AHAD MUHAMMADIYAH BANYUMANIK

TENTANG TAKWA

Drs.H. Fachrur Rozy MAg

5 Jumadil Akhir 1440 H/ 10 Februari  2019

*1. Wasiat Takwa dalam Khutbah Jum'at*

Diantara rukun khutbah Jum'at, salah satunya adalah wasiat tentang takwa. Bahwa wasiat takwa ini merupakan rukun khutbah maka apabila khotib tidak menyampaikan wasiat takwa dampaknya adalah shalat jum'at tidak sah. Maka bapak-bapak yang menghadiri shalat jum'at hendaknya jangan mengantuk. Kadang kita bisa mendapati bahkan ada jama'ah yang sampai tidur ketika khotib sedang khutbah.

Ada kelompok dalam sebuah kampung setelah shalat jum'at mereka melanjutkan dengan shalat dhuhur. Hal ini karena berhati-hati. Mereka tidak yakin yang mendengarkan khutbah mencapai 40 orang. Dengan berpendapat bahwa mendengarkan khutbah hukumnya wajib , mereka menganggap shalat jum'at batal. Dasar pendapat mereka karena ada hadits bahwa ketika khotib naik mimbar maka catatan amal ditutup.

Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila hari Jumat tiba maka akan ada para malaikat di setiap pintu-pintu masjid. Mereka akan mencatat setiap orang yang datang dari yang pertama, lalu berikutnya dan berikutnya. Hingga ketika Imam telah naik di mimbarnya para malaikat pun menutup catatan-catatannya, lalu mereka ikut mendengarkan khutbah.” (HR. Bukhari)

Ini adalah Tamsil bahwa mendengarkan Khutbah adalah wajib. Dan mereka yang datang terlambat tak dapat pahala.
Hadits itupun masih ada penguatnya:

Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada kesempatan kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang pada kesempatan ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada kesempatan keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar untuk memberi khutbah, maka para malaikat hadir mendengarkan khutbah tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim )

Ini menunjukkan betapa pentingnya khutbah Jum'at. Bagi orang yang sangat sibuk jadualnya dan tak ada kesempatan menghadiri pengajian maka Khutbah Jum'at adalah satu-satunya informasi agama yang dia dapatkan. Kalau jumatannya saja terlambat dan waktu khutbah dia mengantuk maka akan dapat ilmu agama dari mana dirinya?
Maka yang terjadi banyak orang yang melakukan shalat rutin tapi dia tak faham agama, seperti di Pilkada Jakarta banyak yang tak tahu ada larangan memilih pemimpin kafir.

Khutbah Jum'at itu sangat penting,  bahkan Bilal selalu mengingatkan agar jama'ah mendengarkan khutbah.

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ: أَنْصِتْ، يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ، فَقَدْ لَغَوْتَ

"Jika kamu berkata "diamlah" pada hari jum'at, saat khutbah sedang berlangsung, maka engkau telah melakukan hal yang sia-sia." (HR.  Muslim).

Namun sayangnya memakai bahasa Arab dan artinya tak dibaca, jangan-jangan jama'ah tak tahu dan bahasa Arab tadi dikira do'a?
Repotnya yang memakai bahasa Indonesia pun ternyata malah tidak mengingatkan jama'ah.

Peringatan ini kepada jama'ah agar diam,  bila tidak maka jumatannya sia-sia. Ada yang mengambil jalan praktis dengan menempel hadits di atas sebagai pengumuman.
Jadi mestinya Takmir mengumumkan hadits ini ketika jumatan. Tidak hanya pengumuman mematikan HP saja.

Ketika jama'ah mengantuk itu sebenarnya bukan kesalahan jama'ah saja. Bisa juga Khotib nya andil kesalahan karena membuat jama'ah mengantuk. Jadi banyak faktor membuat orang tertidur. Padahal dalam khutbah ada Wasiat Takwa yang sangat penting,  sehingga khutbah dianggap tidak sah bila tak ada wasiat takwa. Maka jama'ah wajib menyimak,  apakah khutbahnya sah atau tidak. Namun hampir tak ada jama'ah yang berani menginterupsi khotib yang salah.

Khutbah jum'at berbeda dengan ceramah biasa yang santai,  kalau khutbah harus serius. Oleh karena itu masih ada kelompok yang melestarikan memakai tongkat. Ini bukan perintah tetapi ada riwayatnya. Rasulullah SAW dan para Sahabat tak ada yang memakai tongkat untuk khutbah. Pada jaman Muawiyah barulah dimulai khutbah membawa tongkat , yang pada waktu itu sebenarnya memakai Tombak sebagai senjata.

Sejarah islam menceritakan bahwa para Khalifah , kecuali Abu Bakar wafat karena terbunuh. Bahkan Umar Bin Khattab dibunuh ketika mengimami shalat. Dibunuh oleh orang munafik. Usman bin Affan dibunuh ketika membaca Al Qur'an. Ali bin Abi Thalib dibunuh ketika berangkat shalat subuh.
Muawiyah membuat kebijakan baru, ketika Shalat jum'at membawa Tombak Trisula.  Dalam perjalanan waktu makin lama makin aman kemudian diganti tongkat biasa.

Oleh kelompok Syafiiyah tongkat ini diabadikan dengan azas manfaat,  mengurangi gerakan tangan khotib. Selama khutbah dia harus memegang tongkat, agar tidak banyak bergerak. Karena khotib dimakruhkan untuk banyak bergerak. Kalau sekarang masih dipakai maka itu hanya pelestarian saja,  seperti Bedug masjid dan Kentongan yang fungsinya diganti Sound system, yaitu untuk memanggil orang. Masalah tongkat,  bedug dan kentongan ini tak perlu diperselisihkan.

Kembali ke masalah khotib,  pernah terjadi diinterupsi jama'ah sebelum iqomat. Karena ternyata ada rukun khutbah yang ditinggalkan dan ada jama'ah yang tahu ilmunya. Akhirnya khutbah diulang dengan melengkapi rukunnya antara lain wasiat takwa tadi.
Salah satu rukun khutbah yang lain adalah Hamdallah. Maka khotib selalu mengawali Khutbah dengan membaca : " Alhamdulillah ..."
Rukun yang lain adalah : Shalawat,  membaca Ayat dan Do'a.
Do'a itu kepada semua,  baik yang hadir maupun tidak hadir,  karena muslimat tidak wajib hadir shalat jum'at.

Betapa pentingnya meningkatkan kualitas khutbah jum'at ini,  karena merupakan satu-satunya sarana yang dihadiri semua muslim. Karena banyak muslim yang tak mau menambah ilmu dengan menghadiri majelis ilmu,  akibatnya banyak muslim dengan cara berfikir tidak muslim. Dia hanya tahu ritual islam saja,  tidak tahu tentang islam.
Maka dengarlah khutbah jum'at dengan serius,  karena inti dari khutbah adalah wasiat takwa.

Salah satu rukun khutbah adalah wasiat takwa dan takwa itu dalam khutbah disampaikan secara ringkas karena waktunya pendek.
Nabi SAW menyampaikan wasiat takwa dengan kalimat :

اتق الله حيثما كنت، واتبع السيىءة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن. رواه الترمذي

ittaqillah haitsuma kunta, wa atbi'is sayyiatal hasanata tamhuha, wa kholiqinnasa  bi khuluqin hasanin

"Bertaqwalah  kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka akan meleburnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia" (HR At Tirmidzi)

Pesannya adalah : Bergaulah dengan manusia dengan akhlak yang mulia. Apa yang dapat kita ambil dalam kondisi saat ini ketika politik memanas? Beda pilihan silahkan,  tetapi jangan caci-mencaci saudaranya. Jangan menyebut "Cebong" jangan menyebut "Kampret". Pilih mana saja silahkan,  tetapi jangan membawa nama organisasi Muhammadiyah. Nama Muhammadiyah terlalu mahal untuk dibawa ke arah perpecahan.

Takwa menjadi barometer seorang dihadapan Allah. Allah tidak peduli apakah dia ustadz atau bukan,  jama'ah atau bukan. Yang diperhatikan hanya takwa atau tidak. Bisa jadi seorang ustadz masuk surga belakangan,  karena dia di depan terus malah tak pernah mengisi kotak amal,  karena kotak amal beredar hanya di jama'ah. Bisa jadi ustadz shalat subuhnya telat karena sampai malam keliling mengisi pengajian terus,  sementara jama'ahnya tak pernah telat shalat.
Idealnya seorang Ustadz,  Kiyai akan lebih takwa,  tetapi dihadapan Allah belum tentu.

Takwa ukuran kualitas kita dihadapan Allah,  bukan gelar kesarjanaan, bukan kepangkatan,  bukan jabatan dalam organisasi , maka siapapun tak boleh sombong dengan jabatan.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ

".. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.." (QS. Al-Hujurat 13)

Rata-rata semua hafal ayat di atas.
Namun bagaimana pemahamannya tentang takwa ?

*2. Takwa menurut Ali bin Abi Thalib r.a*

Sebelum membahas tentang takwa menurut Ali bin Abi Thalib r.a, akan kita jelaskan dulu tentang menantu Nabi. Ali bin Abi Thalib r.a adalah menantu Rasulullah.
Ali bin Abi Thalib r.a ini seorang yang istimewa karena dia adalah Sahabat Rasulullah. Semua sahabat mendapat gelar radhiyAllahu anhu wa radhu anhu (Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah).

Ali bin Abi Thalib r.a ini mendapat gelar Karomallohu wajhahu (Yang dimuliakan Allah wajahnya).
Ali bin Abi Thalib r.a ini selain sahabat Rasulullah juga saudara sepupu Rasulullah. Pada saat berangkat hijrah,  Ali bin Abi Thalib r.a ini berbaring ditempat tidur Rasulullah, menggantikan posisi Rasulullah kemudian wajahnya diserupakan Rasulullah.

Diantara sahabat Nabi ada dua menantu Nabi,  yaitu Ali bin Abi Thalib r.a dan Utsman bin Affan. Keadaan dua menantu ini berbeda,  Utsman bin Affan ini kaya raya
Bukti kekayaan Usman bin Affan antara lain pada saat ini ada Sumur Utsman bin Affan yang diwakafkan kepada masyarakat dan airnya masih mengalir. Sumur itu dulu dibeli dari Orang Yahudi yang menjual airnya kepada masyarakat dengan harga mahal.

Utsman bin Affan membelinya dengan harga sangat mahal. Kemudian airnya digratiskan bagi masyarakat.
Hal ini tentu menyebabkan Orang Yahudi tersebut heran. Dia bertanya kepada Utsman bin Affan ,  dapat apa dia dengan menggratiskan air sumur. Utsman bin Affan menjawab, saya mendapat kampung akhirat. Akhirnya Orang Yahudi tadi minta dipertemukan dengan Nabi Muhammad dan masuk islam.

Utsman bin Affan diberi gelar dengan dzunnurain (Pemilik dua cahaya) , karena dia menikahi dua puteri Nabi Muhammad,  tentu tidak bersamaan waktunya karena diharamkan. Kita kenal beberapa hal yang menyebabkan haramnya pernikahan, antara lain akibat Keturunan , Persusuan dan Perkawinan. Tidak akan kita bahas semua disini, hanya kita jelaskan bahwa akibat Perkawinan maka tak boleh menikahi ipar. Namun bila isteri meninggal diperbolehkan menikahi saudara isteri. Itu yang terjadi pada Utsman bin Affan.

Beda dengan Utsman bin Affan,  Ali bin Abi Thalib itu tidak kaya. Dia tak punya pembantu dan Fatimah istrinya sampai melepuh tangannya karena menggiling gandum.
Ketika tangan Fatimah ini melepuh Rasulullah mengajarkan kepada Fatimah :
"Ya Fatimah,  bacalah Subhanallah. 33 kali,  Alhamdulillah 33 kali dan Allahu Akbar 34 kali. Maka engkau akan menikmati keindahan dunia,  menikmati indahnya hidup melebihi seluruh isi dunia.. "

Ini adalah nasehat orang tua kepada puterinya yang mempunyai kakak lebih kaya,  sedangkan dia sendiri hidup sederhana. Kadang ada orang tua yang salah, hanya mendekat pada anak yang kaya. Ada yang menyesali anak wanitanya yang menikah dengan pria yang tidak kaya. Nabi Muhammad SAW memberi contoh kepada kita, beliau memberi penghiburan kepada anak yang kurang mampu. Beliau memuji menantunya yang tidak kaya.

Rasulullah SAW bersabda:

أنا مدينة العلم ، وعلي بابها ، فمن أراد العلم فليأته من بابه

“Aku adalah kotanya ilmu dan Ali adalah pintunya, maka barang siapa yang menghendaki ilmu maka datangilah pintunya.” (Al Hakim)

Diantara para Sahabat yang menuliskan ayat-ayat Al Qur'an adalah Ali bin Abi Thalib. Kemudian tulisan diperiksa oleh Rasulullah SAW, sehingga kebenaran Al Qur'an terjamin.

Kembali ke masalah takwa, sebagaimana disebutkan oleh Ali bin Abi Thalib r.a , beliau berkata takwa adalah :
*_al Khaufu minal Jalil_*
(takut kepada Allah yang Mahaagung),
*‎_al 'Amal bil Tanziili_*
(mengamalkan al Qur'an dan al Sunnah),
*_al syuhhu bil- fadli_*
(bahil terhadap anugerah yang Allah berikan)
*‎_al Ridla bil Qalil_*
(ridla atas pembagian rizki yang sedikit)
*‎_al isti'dad liyaum al Rahiil_*
(mempersiapkan diri untuk perjalanan di akhriat).

Pada kesempatan ini hanya akan diuraikan yang nomer satu.

*al Khaufu minal Jalil*

Dalam bahasa khutbah para khotib mengatakan :
"Marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala PerintahNya dan meninggalkan segala laranganNya".

Orang yang takwa memiliki kekhawatiran yang sangat tinggi terhadap siksa Allah SWT,  sehingga hidupnya tidak sembrono. Mudah-mudahan kita termasuk dalam orang yang bertakwa. Menjalankan perintah Allah SWT baik yang Wajib maupun yang Sunah.
Kadang ada yang meremehkan Sunah,  ini tidak boleh karena meninggalkan Sunah rugi besar.

Termasuk Sunah adalah meninggalkan caci-maki. Dalam Pemilu jika anda memilih A maka tunjukkan kelebihan A , jangan mencaci B,  demikian pula sebaliknya. Caci maki itu bukan kritik. Kritik diperbolehkan,  sepanjang bentuknya kritik,  tapi tidak boleh mencaci. Kritik itu ditujukan kepada tindakan atau kebijakan yang keliru.

Jadilah seperti lebah,  lebah itu selalu memilih tempat dan hal baik. Berbanggalah kita menjadi orang dan bangsa Indonesia. Indonesia ini tempat yang sangat indah marilah kita jaga ,  jangan kita rusak Indonesia gara-gara Pilleg dan Pilpres. Agar kita mewariskan hal yang baik kepada anak cucu kita. Semua ucapan dan perbuatan kita kelak akan diminta pertanggung jawaban dihadapan Allah SWT.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar