Selasa, 19 Februari 2019

Kajian Ahad Sendang Gede

KAJIAN AHAD SENDANG GEDE

MAATAT QULUBUKUM FIE ASYROTI ASY YA'

Drs.H. Fachrur Rozy MAg

12 Jumadil Akhir 1440 H/ 17 Februari 2019

Suatu hari Ibrahim bin Adham rahimahullah , seorang ahli Tasawuf didatangi santrinya,  kemudian  santrinya bertanya kepadanya dan pertanyaannya kemungkinan sama dengan pertanyaan kita.

"Mengapa do'a kita tidak terkabul ?"
Padahal kita sudah berdo'a dengan serius. Di pihak lain yang tak pernah berdo'a malah hidupnya nyaman. Mungkin setiap orang pernah mengalami,  meminta A dapatnya B. Apa yang diinginkan tidak didapatkan,  yang didapat bukan yang diinginkan.

Ibarat pedagang mengharap pembelinya lewat namun ternyata tidak , yang lewat tak ada yang membeli pada dirinya.
Orang boleh bangga dengan adanya jalan toll, tapi dampak ekonominya hebat. Mungkin penjual telur asin di Brebes kehilangan pembelinya. Penjual Gudeg di Merak Mati kehilangan pembeli, karena sekarang masuk toll.

Di satu pihak ada yang menikmati,  dilain pihak ada yang mati perekonomiannya. Ini adalah salah satu dampak perubahan sosial. Penjual ayam goreng A , sebelum jalan toll dibuka omzetnya 100 sampai 150 juta. Kemudian setelah ada jalan toll omzetnya turun sampai dibawah 10 juta akibat berkurangnya pembeli yang melalui jalan lama. Itu warung besar,  belum warung yang kecil seperti pedagang telur asin,  pedagang batik Pekalongan dampaknya lebih parah.

Dalam konteks diri kita,  apakah isteri kita atau suami kita persis seperti yang kita inginkan dulu?
Ternyata banyak orang yang merasa tidak mendapat yang paling baik.
Yang diinginkan tidak didapat,  yang didapatkan tidak seperti yang diinginkan.

Kalau kita sudah berdoa,  namun yang kita dapatkan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan,  maka dengarlah nasehat Ibrahim bin Adham

مَاتَتْ قُلُوبُكُمْ فِي عَشَرَةِ أَشْيَاء

*Maatat qulubukum fie asyroti asy .ya'*

“Yang demikian itu karena hati kalian telah mati disebabkan sepuluh perkara.”

 أَوَّلُهَا : عَرَفْتُمُ اللَّهَ ولَمْ تُؤَدُّوا حَقَّه

1. Pertama: "Kalian mengenal Allah. Namun kalian tidak menunaikan hak-Nya”.

 الثَّانِي : قَرَأْتُمْ كِتَابَ اللَّهِ ولَمْ تَعْمَلُوا بِه

2. Kedua: "Kalian membaca Kitabullah Al-Quran Al-Karim. Namun kalian tidak mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.”

وَالثَّالِثُ : ادَّعَيْتُمْ حُبَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَرَكْتُمْ سُنَّتَه

3. Ketiga: "Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah SAW. Namun kalian meninggalkan tuntunannya.”

وَالرَّابِعُ : ادَّعَيْتُمْ عَدَاوَةَ الشَّيْطَانِ وَوَافَقْتُمُوهُ

4. Keempat: "Kalian mengatakan benci dan memusuhi syetan. Namun kalian justru selalu menyepakati dan mengikutinya.”

وَالْخَامِسُ : قُلْتُمْ نُحِبُّ الْجَنَّةَ ولَمْ تَعْمَلُوا لَهَا

5. Kelima: "Kalian mengatakan, ‘kami cinta surga’. Namun kalian tidak beramal untuk mendapatkannya.”

وَالسَّادِسُ : قُلْتُمْ نَخَافُ النَّارَ وَرَهَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِهَا

6. Keenam: "Kalian mengatakan, ‘kami takut masuk Neraka’. Namun kalian justru menggadaikan diri kalian dengannya.”

وَالسَّابِعُ : قُلْتُمْ إِنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَلَمْ تَسْتَعِدُّوا لَهُ

7. Ketujuh: "Kalian mengatakan, ‘sesungguhnya kematian pasti akan datang’. Namun kalian tidak mempersiapkan diri untuk menyambutnya.”

وَالثَّامِنُ : اشْتَغَلْتُمْ بِعُيُوبِ إِخْوَانِكُمْ وَنَبَذْتُمْ عُيُوبَكُمْ

8. Kedelapan: "Kalian sibuk mencari aib saudara-saudara kalian. Namun lalai dari aib diri kalian sendiri.”

وَالتَّاسِعُ : أَكَلْتُمْ نِعْمَةَ رَبِّكُمْ ولَمْ تَشْكُرُوهَا

9. Kesembilan: "Kalian memakan kenikmatan dari Rabb kalian. Namun kalian tidak pernah mensyukurinya.”

وَالْعَاشِرُ : دَفَنْتُمْ مَوْتَاكُمْ وَلَمْ تَعْتَبِرُوا بِهِم

10. Kesepuluh: "Kalian menguburkan orang mati di antara kalian. Namun kalian tidak mau mengambil pelajaran darinya.”

Kita akan membahas beberapa diantaranya.

 عَرَفْتُمُ اللَّهَ ولَمْ تُؤَدُّوا حَقَّه

Mengaku beriman kepada Allah tetapi tidak tidak menunjukkan keimanan sama sekali.

Mengaku beriman tetapi bila dapat masalah langsung bingung,  gelisah tak karuan dan melupakan Allah.
Terhadap anak yang memecahkan gelas dimarahi luar biasa. Hanya karena merasa gelas itu gelas kenangan. Padahal cuma berapa harga gelas? Kenapa anak memecahkan gelas? Pernahkah kita introspeksi diri?

Ketika bapak di pagi hari berangkat menuju masjid dan anak masih tidur nyenyak,  kenapa tidak menyesalinya?  Seorang bapak harus memastikan anaknya mendapat didikan agama,  anak lelaki harus ke masjid. Kita diamanati harta atau anak itu bisa jadi fitnah,  jika kita keliru dalam mengelolanya.

Kita berdo'a minta harta kepada Allah. Begitu dikabulkan dapat uang dibelikan AC. Setelah pakai AC tidur menjadi nyenyak. Waktu subuh yang biasanya ke masjid sekarang tidak,  karena nikmatnya AC. Maka ini adalah harta yang menjadi fitnah.

Allah SWT berfirman:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ ۗ  وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya." (QS. Az-Zalzalah Ayat 7 - 8)

Kita punya uang dan kita tahu harus beramal karena Allah,  yakin bahwa Allah akan membalas. Namun kotak amal di depan kita,  kita biarkan lewat tanpa kita isi. Sepertinya kita tidak yakin bahwa infak kita akan dibalas oleh Allah.

Kita yakin Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat,  namun kalau berbuat maksiat tak peduli keberadaan Allah , seolah Allah tak melihat,  padahal malaikat selalu mencatat.

Seorang isteri menyembunyikan uang suami karena ingin memberikan pada keluarganya, dia seolah menganggap bahwa Allah tak melihat perbuatannya. Ini beriman tapi seolah-olah tak beriman. Uang disimpan dimana saja Allah akan melihat. Akan lebih baik terus terang kepada suami,  meminta ijin untuk memberikan sebagian uang belanja untuk keluarga. In syaa Allah jika suaminya beriman akan ikhlas.

Termasuk pada saat Pilpres ini kita menjadi seolah-olah orang tak beriman. Mencaci-maki pihak lain dengan penuh kebencian : "Kecebong", "Kampret" . Seakan-akan tidak tahu besuk semua yang kita ucapkan akan dihisab. Kita seperti tak beriman kepada Allah.
Berhati-hatilah, kalau mau berpolitik cukup sampaikan kelebihan pilihanmu, jangan memaki yang lain. Mengkritik boleh,  tapi jangan mencaci.

Ketika Pilpres selesai,  maka yang menang akan jadi dan yang kalah akan kembali ke profesi semula. Tapi pendukung yang saling mencaci sulit untuk pulih kembali. Karena itu janganlah saling mencaci. Sebagai warga yang baik kita harus memilih. Sebagai muslim yang baik kita tak boleh golput, kita harus memilih dengan hati nurani dan jangan berpecah belah. Jangan sampai yang dipilih tidak jadi,  yang jadi bukan yang dipilih.

قَرَأْتُمْ كِتَابَ اللَّهِ ولَمْ تَعْمَلُوا بِه

"Kalian membaca Kitabullah Al-Quran Al-Karim. Namun kalian tidak mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.”

Ada ayat-ayat Al Qur'an ditulis pada kain putih dan dipasang dipintu rumah,  katanya untuk menolak setan. Al Qur'an itu mestinya dibaca dan diamalkan,  bukan dijadikan jimat.

Membaca itu ada beberapa istilah.

1. Murotal.  : Membaca dengan pelan, karena perintahnya memang begitu.

 وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًا

"........ dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS. Al-Muzzammil  4)

Baik yang membaca maupun yang menyimak akan mendapat pahala.

2. Qiro'ah,  dari kata Iqra'
Membaca dengan memahami makna.

Umar bin Khattab r.a kalau membaca ayat Al Qur'an tentang orang kafir atau munafik , beliau sampai menangis. Umar Bin Khattab r.a takut bila beliau tergolong kedalam kaum munafik.

اَلْهٰٮكُمُ التَّكَاثُرُ ۙ  حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ۗ

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (QS. At-Takasur Ayat 1 - 2)

Umar bin Khattab r.a merasa tersindir dengan ayat tadi,  padahal apakah benar Umar bin Khattab r.a termasuk orang yang bermegah-megah?  Rasanya terlalu jauh , karena Umar bin Khattab r.a amalnya luar biasa.

Ayat di atas perlu menjadi perenungan kita yang suka menyimpan harta benda,  tapi sulit beramal Sadaqah. Bukankah ada anekdote tentang uang ;
Orang yang berpeci masuk Mall,  Orang berpedang masuk masjid.

Bukankah orang berpeci pantasnya masuk Masjid?  Dan orang berpedang ke Medan Jihad?  Namun kenyataan, uang bergambar orang berpeci (Rp 100. 000)  tak pernah masuk masjid. Sebaliknya uang bergambar Orang berpedang (Rp 1000)  berkeliaran di masjid.

Harta ditumpuk-tumpuk,  tak pernah dinikmati,  tahu-tahu kematian datang menjemput. Banyak ibu senang mengkoleksi gelas mahal dan bagus,  namun tak dipakai dan hanya disimpan terus. Sehari-harinya pakai gelas plastik,  atau misal pakai gelas kaca biasanya yang ada iklannya, karena gelas hadiah promosi. Gelas yang indah disimpan untuk tamu. Tapi ketika tamu datang dijamu dengan aqua gelas.

Beli mobil baru,  tiap hari dibersihkan dan dirawat. Tapi ketika pergi naik bis karena takut mobil rusak.
Punya makanan kaleng enak dan mahal,  disimpan untuk tamu terhormat dan tak boleh dimakan anak. Tamu tidak datang dan makanan akhirnya kadaluwarsa.
Punya sofa baru. Karena bagus tak dipakai dan dibuat pajangan saja bahkan plastik pembungkus tak dilepas karena takut rusak. Sehari-harinya duduk cukup di atas karpet...

Harta ditumpuk-tumpuk,  sampai mati tak pernah menikmati harta.
Keadaan -keadaan di atas menunjukkan bahwa Al Qur'an dibaca,  tetapi tak pernah dipahami.
Harta dibeli semestinya untuk dimanfaatkan.

Semoga Allah melindungi kita semua dari segala perkara yang dapat merusak dan mematikan hati. Aamiin

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar