Senin, 10 September 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

HIJRAH SEBAGAI MOMENTUM INTROSPEKSI DIRI

Tanggal : 28 Dzulhijjah 1439 H/ 9 September 2018

Nara sumber :  Drs. H. Aan Jumeno MM

*Tahun Baru Hijriyah*

Ketika kita menjumpai tahun baru biasanya disambut dengan sangat meriah. Sebentar lagi kita menyambut bulan Muharram, artinya memasuki tahun baru, namun selama ini biasanya kita tidak membuat persiapan apapun.
Padahal pada saat itulah Hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Medinah,  dimana saat itu beliau dielu-elukan oleh masyarakat Medinah. Sedemikian pentingnya peristiwa itu sampai Umar bin Khattab r.a menetapkan peristiwa Hijrah tadi sebagai awal tahun baru umat islam. Maka semestinya kita umat islam menyambut bulan Muharram dengan semangat.

*Perintah Introspeksi*

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ  ۚ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr 18)

Ada orang yang beriman tetapi tidak takwa,  tidak mau menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Ada yang usianya 50 tahun tapi takwa baru 2 tahun. Ada yang usia 60 tahun tapi takwa baru 1 tahun,  tetapi ada yang usia 25 tahun,  takwanya 15 tahun. Jadi beda-beda. Maka kadang kita bandingkan keimanan kita itu dengan iblis. Menurut Imam Ghozali,  iblis itu 80 ribu tahun sangat percaya dan takwa kepada Allah,  namun setelah dia diperintah bersujud kepada Adam a.s ,  dia membangkang kepada Allah. Dia membangkang karena merasa lebih tinggi daripada Adam a.s. Hanya dengan membangkang sekali saja,  iblis yang takwa 80 ribu tahun dilaknat selamanya.
Kita manusia ini baru takwa berapa tahun?  Berapa kali kita membangkang?

Nabi Adam a.s diperintahkan menempati surga dengan berbagai kenikmatan. Banyak yang diperbolehkan dan hanya satu yang dilarang. Namun ternyata justru satu yang dilarang itu diambil akibat godaan iblis.
Kita di dunia ini hampir mirip,  banyak yang diperbolehkan namun ada beberapa yang dilarang. Kenyataan banyak juga yang memilih yang dilarang tadi. Alasan mereka : Mencari yang haram saja sulit apalagi yang halal?
Ini jelas keliru,  ini pemikiran orang yang sudah tergoda iblis.

Kita diperintahkan untuk introspeksi diri. Merenungkan apakah kita sudah ada di posisi benar atau belum. Bahkan untuk bicara saja kita diperintahkan agar dipikir dulu.
Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih)

Apakah berbicara lewat lesan atau lewat medsos aturannya sama.
Kalau yakin baik tidak apa kita bicara panjang lebar. Tetapi saat ini pembicaraan lewat medsos sudah luar biasa keburukannya,  bahkan yang buruk mungkin lebih banyak dibanding yang baik .
Ada ujaran kebencian, menghujat orang lain,  bahkan ustadz juga dihujat, seolah dirinya sudah sempurna.
Ghibah, membahas kejelekan tak pernah menawarkan solusi yang tentu tak ada maslahatnya.
Mereka itu seolah tak percaya akhirat,  dimana semuanya harus dipertanggung-jawabkan.

*Takwa Adalah Kemuliaan*

Ayat di atas tadi mengulang kata "Takwa" sampai dua kali. Ini penegasan agar kita takut. Takut tidak mendapat rahmat Allah yang berupa : Ridha,  Surga dan Kasih Sayang.
Rahmat Allah itu diturunkan 1 di dunia dan yang 99 nanti di Akhirat.
Namun manusia pada umumnya senang dunia. Seolah dunia ini kekal.

وَيْلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ  الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗ
يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗۤ اَخْلَدَهٗ

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya."
(QS. Al-Humazah Ayat 1- 3)

Maka kadang orang melihat orang lain berharga atau tidak dari sisi hartanya. Bila kaya dihormati.
Padahal islam jelas memberi pedoman , bahwa yang paling dimuliakan adalah yang paling takwa.

 اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ

".. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.." (QS. Al-Hujurat 13)

Dalam haditspun dikatakan betapa ibadah shalat sunah sebelum fajar itu nilainya melebihi dunia seisinya.
Ini adalah isyarat perintah agar kita takwa,  bukan perintah untuk kaya.

*Makna Hijrah*

Hijrah pada dasarnya adalah pindah atau berubah. Maka ada istilah Hijrah Makani (tempat)  dan Hijrah Maknawi (makna).

1. Hijrah Makani

Ketika mau ibadah saja diganggu,  agama dimusuhi maka perlu hijrah makani. Hal ini yang dilakukan Rasul. Beliau mendapatkan perintah untuk hijrah dari Mekkah ke Medinah untuk menyelamatkan islam.
Ketika itu di Mekkah beliau dimusuhi, bahkan para sahabat ada yang disiksa. Di Medinah Rasulullah sudah ditunggu kehadirannya karena ada dua suku yang selalu bermusuhan,  yaitu Aus dan Khazraj.
Karena Rasul sudah terkenal bisa mempersatukan Kabilah-kabilah di Mekkah.

2. Hijrah Maknawi

Nilai hijrah tergantung esensinya.
Menurut Ibnu Hajar : " Hijrah adalah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT ".
Maka pada saat ini hijrah dimaknai lebih luas lagi yaitu perubahan perilaku yang kurang syar'i menuju ke arah yang lebih syar'i.
Misalnya saja dulu kalau mendengar adzan tidak direspond dan tetap nonton TV,  sekarang langsung memenuhi panggilan adzan.

Nabi Muhammad SAW mendapat gelar al Amin, yang artinya terpercaya,  hal ini karena kebaikan beliau. Yang memberi gelar ini orang Mekkah. Namun karena kemudian Nabi mendakwahkan islam yang dianggap nanti dapat mengganggu kebiasaan Jahiliyah maka beliau dimusuhi.
Keadaan ini hampir sama dengan kondisi saat ini ketika ada Pengajian dibubarkan, dipersekusi hanya karena berbeda. Kenapa?  Karena ada yang khawatir kemapanannya terganggu.

*Mengubah Mindset*

Kita ini perlu mengubah mindset hidup ini untuk apa?

Rasulullah SAW bersabda :

َ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ . (HR Bukhâri)

Bagaimana menjadi musafir?  Makhluk surga akan terbiasa dengan budaya surga,  disana semua patuh pada aturan Allah,  bicara teratur dan sebagainya. Maka ketika di dunia ini banyak yang melanggar larangan Allah,  bicaranya celometan.
Maka mestinya jika kita musafir pasti tak cocok dengan dunia.
Tetapi yang terjadi malah banyak yang krasan,  cocok dengan kemaksiatan dunia. Maka mereka mestinya tidak pantas di surga.

Bagaimanakah Penduduk Surga?
Kita ingat bagaimana Allah memanggil penduduk surga :

يٰۤاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ    

"Wahai jiwa yang tenang!" (QS. Al-Fajr 27)

Penduduk Surga itu berjiwa tenang (nafsu muthmainah).

Selain Nafsu Muthmainah ada beberapa nafsu lainnya, antara lain :

1. Nafsu Amarah.
Adalah orang-orang yang bangga dengan dosa-dosa, bahkan merasa apa yang dilakukan hebat. Orang seperti ini tak akan suka dengan pengajian ataupun ibadah di masjid.
Nafsu amarah itu senantiasa membawa sesuatu yang buruk dan menggelincirkan, tidak sadar bahwa perbuatannya dosa.

2. Nafsu Lawamah
Dalam nafsu lawamah ini sudah timbul penyesalan. Pekerjaan yang dilarang masih sering dikerjakan namun terkadang suatu ketika menyadari bahwa kegiatan itu dilarangNya. Ada yang menyebut dengan istilah " Tobat - Kumat".

3. Nafsu Mulhamah
Orang-orang pada tingkatan nafsu ini jiwanya sudah diilhami dengan ketakwaan kepada Allah.
Pada dasarnya jiwa manusia itu dipengaruhi dengan kedosaan dan ketakwaan.

فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا

"maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya," (QS. Asy-Syams 8)

*Tugas Utama Manusia*

Tugas manusia di dunia ini adalah bertakwa.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 56)

Menjadi pertanyaan pada diri kita sendiri,  apakah kita sudah beribadah 24 jam dalam sehari?
Apakah bisa?  Tentu saja bisa dan ada caranya. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian.

1.  Setiap kegiatan niatnya untuk ibadah.

 Rasulullah SAW bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika kita bekerja di kantor akan menjadi ibadah jika memang kita berniat untuk ibadah.

2. Tawakal kepada Allah.

Sebelum bekerja kalau mau berangkat , kita bertawakal.
"Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah ".(Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya)..

Maka selama itu kerja kita menjadi amal ibadah.

3. Ikhlas.

وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ  

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama..." (QS. Al-Bayyinah 5)

Termasuk ibu-ibu yang menjalankan tugas ibu rumah tangga dengan ikhlas akan menjadi amal ibadah.
Ikhlas itu sangat penting,  biasanya orang yang tidak ikhlas hasil kerjanya juga tidak baik,  hablu-minanasnya juga tidak baik.

Ikhlas itu ibarat filsafat tukang parkir. Sebanyak dan sebagus apapun kendaraan yang dititipkan , dia tak merasa susah jika diambil pemiliknya. Jika kita sadar bahwa harta yang kita miliki itu bukan milik kita maka kita akan ikhlas jika diambil oleh pemiliknya,  yaitu Allah SWT.

Ikhlas adalah melakukan segala sesuatu karena Allah. Yakin bahwa dunia tidak abadi dan tidak lama.

*Momentum Untuk Introspeksi*

Dikisahkan dalam Isra' Miradj tentang daya pikat dunia itu ibarat wanita cantik.  Maka manusia yang mestinya bersikap sebagai musafir saja akhirnya terpikat dunia dan lupa tujuan perjalanan,  yaitu akhirat. Padahal janji Allah jelas :

وَلَـلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰى

"dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan." (QS. Ad-Duha 4)

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman:
“Aku telah persiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik di hati manusia.” ... (HR. al-Bukhari)

Di dunia ketika dijanjikan upah besar maka akan berbondong-bondong.  Mestinya ketika Allah menjanjikan hadiah akhirat yang luar biasa juga begitu. Namun tidak terjadi karena iman atau kepercayaan kurang.

Ketika ada Gempa Lombok,  kita diminta untuk "ngamal" namun malah "ngomel".
Ketika ada kotak infak beredar kita pura-pura ngantuk.
Ketika ada ajakan kebaikan, ragu-ragu,  akhirnya terlambat.
Kesempatan-kesempatan tidak segera disambut dengan baik.

Momen Hijrah ini adalah momen untuk introspeksi,  sesungguhnya posisi kita sampai dimana,  nafsu kita sampai dimana,  tentunya Tujuannya adalah Nafsu Muthmainah. Dengan introspeksi diharap kelak tak ada penyesalan. Kehidupan akhirat itu abadi, maka pembalasan akan lama. Sudah saatnya kita Fastabiqul Choirot (berpacu dalam kebaikan)

Hijrah itu ada dua, hijrah binafsih dan hijrah jama'ah. Perintahnya adalah:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; ."
(QS. At-Tahrim 6)

Jenis kesalahan juga ada dua : Merugikan diri sendiri dan Merugikan orang lain.
Bila merugikan diri sendiri cukup dengan bertobat :

رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

" ... Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf 23)

Tetapi bila merugikan orang lain, harus meminta maaf. Lalu bagaimana caranya minta maaf jika kita memfitnah ulama lewat medsos?
Tentu sulit meminta maaf. Maka kita perlu makin hati-hati bermedsos.
Pekerjaan rumah lainnya adalah amanat,  apakah sudah ditunaikan semua? Kita tahu Nabi Ibrahim itu mendapat amanat lewat mimpi saja tetap ditunaikan. Memang dalam kehidupan kita sering dihadapkan pilihan,  maka kita perlu mengutamakan mana yang perintah Allah. Introspeksi diri lainnya adalah adakah kita sudah cukup sabar?

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar