Senin, 17 September 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad SENDANG GEDE

Drs. H. Hamzah Rifqi, MSi

6 Muharram 1440 H / 16 September 2018

MENGAMBIL PELAJARAN DARI MUSIBAH

*Indonesia Rawan Bencana*

Saat ini kita memasuki bulan Suro,  kata orang Jawa adalah bulan yang "wingit", bulan yang menyeramkan. Menurut kepercayaan Jawa akan banyak bencana di bulan Suro. Kita orang islam, tidak meyakini kepercayaan tadi. Maka kita bersikap bagiku agamaku dan bagimu kepercayaanmu.

Dari data Badan Meteorology dan Geofisika (BMG), Indonesia ini memang memiliki daerah rawan bencana yang luar biasa. Termasuk semua wilayah Pulau Jawa. Hanya ada sedikit daerah di Papua yang bukan rawan bencana.
Indonesia ini rawan terhadap bencana alam murni,  tanpa campur tangan manusia,  baik itu gempa vulkanic,  gempa Tektonik ,  letusan Gunung berapi, tsunami dan sebagainya. Sebagian lagi bencana karena ulah manusia,  langsung ataupun tidak langsung seperti banjir dan tanah longsor.
Maka sebenarnya kejadian bencana alam di Indonesia adalah hal yang biasa.

*Tiga Tingkat Keberagamaan*

Ada ahli sosiology bernama August Comte yang meneliti tentang perkembangan keberagamaan manusia.

1. Teology :

Manusia belum memiliki fikiran tentang sebab musabab kejadian yang ada di alam ini.
Maka manusia kemudian memohon agar Tuhan (alam)  menjauhkan dari bencana.

Sebagai contoh adalah manusia di sekitar sungai Nil. Ketika air sungai berlebihan maka sungai banjir. Mereka mengatakan Sungai Nil marah. Namun usai banjir ternyata meninggalkan humus dan mengakibatkan tanah subur sehingga manusia sejahtera. Maka agar sungai tidak marah dan selalu membawa kesejahteraan mereka menyembah sungai Nil. Mereka menuhankan Sungai Nil.
Gunung juga demikian. Gunung Merapi ketika marah dia meletus. Namun dari letusan meninggalkan pasir yang bermanfaat.

2. ‎Metafisik :

Perkembangan berikutnya , Manusia telah dapat mengetahui tentang tata cara untuk mencegah bencana.
Gunung,  Laut itu semua dianggap ada pengendalinya. Maka di pantai Selatan Pulau Jawa dikenal Nyai Roro Kidul sebagai pengendali.
Gunung Merapi juga ada penghuninya. Mereka itu masuk dunia metafisik,  tidak kelihatan.

Termasuk kita yang meyakini tanpa mengetahui gejala alamiah,  bahwa alam ini ada yang mengatur,  yaitu Allah.

الَّذِيْ جَعَلَ لَـكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَآءَ بِنَآءً  ۖ  وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّـكُمْ

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia hasilkan dengan hujan itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu.." (QS. Al-Baqarah 22)

Allah juga tidak kelihatan. Ini juga perihal metafisik.
Bila mereka yang percaya Nyai Roro Kidul menyembahnya dengan sedekah laut. Kita orang Islam menyembah Allah dengan shalat.
Dalam tahapan ini manusia berusaha mempengaruhi pembuat bencana dengan cara upacara atau ritual-ritual.

3. ‎Positif

Pengetahuan manusia terus berevolusi,  sudah memahami hukum sebab dan akibat. Manusia telah mendapatkan pengetahuan tentang alam dan kejadian-kejadian.
Manusia tidak lagi menggunakan kekuatan di luar dirinya sehingga hal-hal yang tidak nampak termasuk agama mulai ditinggalkan. Semua dianggap terjadi secara alamiah.
Tsunami di laut diketahui bukan akibat Nyai Roro Kidul. Gempa bumi di Lombok juga diketahui akibat gempa tektonik yaitu akibat lempeng bumi yang bergerak. Gempa di Yogya juga diketahui akibat dari aktivitas Gunung Merapi.

Dulu orang meyakini bahwa lahir, rezeki , jodoh dan kematian ada di tangan Allah.
Namun sekarang manusia faham,  harus bersekolah untuk mendapat ilmu,  kemudian dengan ilmu mencari rezeki.
Sekarang manusia berusaha mencari kenalan,  untuk mencari jodoh.
Sekarang manusia dapat mengusahakan perubahan tanggal kelahiran bayinya,  dapat dipercepat dengan usahanya. Bahkan jika mau dia bisa mengusahakan waktu kematiannya.

*Ujian Untuk Diambil Pelajaran.*

Maka saat ini kita tidak heran,  bahwa negeri kita sering dilanda bencana. Semua ada sebab-akibatnya.
Pertanyaannya adakah campur tangan Allah ?
Hal ini yang perlu kita pelajari, jangan sampai terjadi kita ini seperti yang sering disebutkan dalam ayat :
"Apakah kamu tidak mengambil Pelajaran ?".

Rasulullah SAW  ketika mengutus Mu’adz ke Yaman bersabda :
“Bagaimana engkau akan menghukum apabila datang kepadamu satu perkara ?”.
Mu’adz menjawab : “Saya akan menghukum dengan Kitabullah”.

Sabda beliau :“Bagaimana bila tidak terdapat di Kitabullah ?”.
Ia menjawab : “Saya akan menghukum dengan Sunnah Rasulullah”.

Beliau bersabda :“Bagaimana jika tidak terdapat dalam Sunnah Rasulullah ?”. Ia menjawab : “Saya berijtihad dengan pikiran saya dan tidak akan mundur…”.

Betapa banyak ayat al-Qur`an yang menganjurkan kita untuk menggunakan akal pikiran ,  mengambil pelajaran dari kisah-kisah kehidupan.
"Tidakkah kalian berfikir?"
"Tidakkah kalian melihat?"
"Tidakkah kalian mengetahui?"
Tak ada satu tempatpun yang aman dari musibah. Jika dibukit maka akan rawan longsor,  jika didataran rendah mungkin akan rawan banjir. Di tempat lain lagi mungkin rawan badai topan.

*Ujian Telah Dijanjikan.*

Semua dari kita ini pasti akan diuji oleh Allah.  Ujian ini sudah dijanjikan Allah.

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ  الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah 155)

*Tidak Ada Musibah Selain Atas IjinNya*

Semua ujian sudah diijinkan Allah.
Kita ini semua ada di dalam tempat yang punya potensi bencana.
Ibarat di kebun binatang,  kita aman karena semua binatang buas ada di dalam kandang. Keadaan itu hanya potensi bahaya karena kandang tertutup. Ketika ada kandang yang rusak,  maka potensi bahaya berubah menjadi bahaya.
Demikian juga dengan alam semesta ini ada dalam kekuasaan Allah. Jika Allah tidak memerintahkan maka Gunung Merapi tidak meletus,  Lempeng bumi tidak bergerak.

سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ  وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

"Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Hadid 1)

Allah yang mengatur semua alam semesta ini. Lalu nikmat Allah yang mana hendak kamu dustakan?

مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ  وَمَنْ  يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ  وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun 11)

Orang beriman bila kena musibah akan makin beriman.

*Hukum Alam Di Genggaman Allah*

Hukum alam yang membuat adalah Allah. Bahkan Allah bisa mengubah hukum alam. Itu terjadi ketika Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰۤى اِبْرٰهِيْمَ

"Kami (Allah) berfirman, Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim," (QS. Al-Anbiya  69)

Maka kita tahu,  ketika Nabi Ibrahim a.s dibakar beliau tidak mati,  bahkan merasa sejuk.
Contoh lain,  ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s

فَاَوْحَيْنَاۤ اِلٰى مُوْسٰۤى اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ ۗ   فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيْمِ

"Lalu Kami wahyukan kepada Musa, Pukullah laut itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar." (QS. Asy-Syu'ara'  63)

Tidak masuk akal,  tapi untung Musa taat kepada Allah.  Maka ketika laut di pukul,  laut terbelah karena hukum alam diubah oleh Allah.
Menurut hukum alam : air selalu ke bawah.  Ketika dipukul Musa,  air naik ke atas seperti Gunung. Kemudian Musa dan rombongan diselamatkan. Namun ketika Fir'aun mengejar,  Allah mengembalikan air laut,  maka tenggelamlah Fir'aun dan bala tentaranya.
Maka bila terjadi bencana apapun, dan bila Allah berkehendak akan menyelamatkan suatu kaum pasti kaum itu selamat.

*Mengapa Allah Menghancurkan ?*

Tidak mustahil terjadi, bahwa Allah menghancurkan suatu kaum,  meskipun di dalam kaum tadi ada orang sholeh.

Ada sahabat bertanya kepada Rasulullah :
"Mungkinkah satu negeri dan lingkungan penduduk dihancurkan oleh Allah,  padahal di dalamnya ada orang-orang sholeh? ".
"Ya.. ", jawab Rasulullah. "Karena mereka bersikap "tepo sliro" (lemah-lembut). Mereka orang-orang sholeh itu diam saja terhadap kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang".

Kita sering tak berani melakukan nahi munkar,  alasan karena merasa sungkan maka tak berani menegur yang salah,  apalagi jika yang berbuat salah orang yang berjasa pada kita.

*Kehendak Allah Tidak Ada Yang Bisa Menghindar*

Ketetapan Allah tak ada yang dapat menghindar. Apakah sedang maksiat ataupun sedang shalat,  bila Allah berkehendak untuk mematikan maka tak ada yang bisa menghindar.
Tetapi kita perlu memilih,  mau husnul khotimah atau su'ul khotimah.

Ketika Nabi Nuh membuat kapal, beliau dicemooh oleh orang -orang. Dan orang yang tidak percaya Nabi Nuh tak ada yang selamat. Termasuk puteranya sendiri.

وَهِيَ تَجْرِيْ بِهِمْ فِيْ مَوْجٍ كَالْجِبَالِ ۗ  وَنَادٰى نُوْحُ اِبْنَهٗ وَكَانَ فِيْ مَعْزِلٍ يّٰبُنَيَّ ارْكَبْ مَّعَنَا وَلَا تَكُنْ مَّعَ الْكٰفِرِيْنَ

"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, Wahai anakku! Naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir."
(QS. Hud 42)

قَالَ سَاٰوِيْۤ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَآءِ ۗ  قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚ  وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ

"Anaknya menjawab, Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah! Nuh berkata, Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud  43)

*Meraih Keberkahan Menghindari Kehancuran.*

Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ  مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا  كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami , maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 96)

Indonesia meskipun rawan bencana tetapi dikaruniai dengan kekayaan alam yang luar biasa. Bila kita ingin terhindar bencana dan mendapat keberkahan maka harus dibuat.
Ini adalah social engineering,  harus direkayasa ada dakwah amar makruf nahi mungkar. Jangan diam saja dan berpedoman yang penting diri kita baik. Tidak cukup ! Kalau ada kemungkaran harus dicegah.

Rasulullah SAW bersabda:

” من رأى منكم منكرا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعف الإيمان “ ( رواه مسلم )

“Barangsiapa di kalangan kamu melihat kemungkaran hendaklah mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lidahnya dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.” ( HR Muslim )

Nahi mungkar sesuai dengan posisi kita,  maka Ketua RT bertanggung jawab di lingkungan RT nya,  dan demikian seterusnya.
Orang Tua pun harus melakukan Nahi Mungkar di dalam keluarganya. Jangan melakukan pembiaran, karena anak ibarat air , anak perlu dibentuk agar menjadi sholeh.
Berkumpullah dengan orang sholeh agar menjadi sholeh.

*Mungkinkah Ini Pembukaan Bencana?*

Kemunafikan,  itu yang terjadi di sekitar kita. Indonesia digambarkan oleh Doel Sumbang sebagai Negeri Tumaritis  (Negerinya Semar) dalam lagunya :

Yah Tumaritis sayangku
Kini kau mulai tua
Dan tak cantik lagi
Sekarang badanmu sudah tak bersih lagi

Sekarang bajumu sudah tak rapi lagi, kotor oleh debu-debu
Oleh debu kelicikan,
oleh debu kerakusan,
Oleh debu kebejatan moral,
oleh debu kemunafikan...

Allah SWT berfirman:

وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّاۤ  اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ  اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ

"Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena mereka ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan sholat, melainkan dengan malas dan tidak pula menginfakkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan." (QS. At-Taubah 54)

Munafik jaman dulu masih shalat , tapi tidak sungguh-sungguh. Munafik jaman now sudah tidak shalat lagi,  mereka terang-terangan.

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ  ۚ  وَاِذَا قَامُوْۤا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰى  ۙ  يُرَآءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا

"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa' 142)

*Kematian Tak Dapat Dihindarkan*

Dimanapun kita berada,  pada saatnya kematian akan mendatangi kita.

اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ   ۗ  وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ   ۚ  وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ   ۗ  قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ  ۗ  فَمَالِ ھٰٓ ؤُلَآ ءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا

"Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, Ini dari sisi Allah, dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, Ini dari engkau Muhammad. Katakanlah, Semuanya datang dari sisi Allah. Maka mengapa orang-orang munafik itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun ?" (QS. An-Nisa' 78)

*Upaya Mendapatkan Husnul Khotimah*

Yang penting,  ada musibah atau tidak ada musibah kita mati husnul khotimah. Jangan sampai harta benda dan anak-anak kita melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah.

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا  لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ  وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ  فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Munafiqun 9)

Jangan sampai kita menyesali kematian kita karena tak sempat berinfak,  bersedekah.

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ  يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ  قَرِيْبٍ ۙ  فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata menyesali , Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh." (QS. Al-Munafiqun 10)

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar