Minggu, 16 September 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

HIJRAH , TINJAUAN SIRAH NABAWIYAH

Tanggal : 6 Muharram 1440 H/ 16 September 2018

Nara sumber :  Tri Wiyanto S.Sos

*Pentingnya belajar Sirah (sejarah)*

Ketika kita berbicara tentang hijrah maka kita akan ketemu hadits tentang niat.

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim)

Niat amalan, bisa berdasar tiga hal : Allah dan Rasul,  Dunia (pangkat,  jabatan , kekayaan, ketenaran dll),  dan yang ketiga : Wanita.

Maka ketika kita mau belajar tentang hijrah dari Sirah Nabawiyah , kita luruskan niat kita,  bahwa kita akan belajar tentang Rasulullah SAW.
Ketika kita menyatakan iman kepada Allah salah satunya adalah kita harus mengimani Rasul.
Kita harus percaya terhadap apa-apa yang dibawa Rasulullah Muhammad  SAW. Sejarah juga membuktikan bahwa satu-satunya Rasul yang sejarahnya ditulis lengkap sejak lahir sampai wafat secara detail hanya beliau SAW, termasuk ucapan-ucapan beliau.

Maka ketika kita belajar Sirah Nabawiyah manfaatnya adalah :
1. Meningkatkan Keimanan kita kepada Rasulullah SAW
2. Menumbuhkan ‎Kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Seolah-olah kita hadir pada saat kehidupan Rasulullah.
3. ‎Kemauan untuk mengikuti (itiba')  kepada Rasulullah SAW. Karena kita dapat memahami hadits secara kontekstual, tidak sekedar tekstual.
Secara tak langsung kita melaksanakan perintah Allah untuk meneladani Rasul.

*Peristiwa Hijrah*

Hijrah ini ada dua Pengertian,  yaitu Hijrah Makani dan Hijrah Maknawi.

Hijrah Makani

Hijrah makani adalah perpindahan tempat tinggal. Hal ini menjadi sunah bagi kita,  minimal kita harus pindah satu kali,  yaitu dari mengikut di rumah orang tua kemudian pindah ke rumah sendiri. Dengan berpindah tempat itu merupakan pendidikan mental yang luar biasa. Dengan berpindah maka dia akan bertemu dengan bermacam-macam manusia.
Ketika kita ikut orang tua, maka semua urusan diurus orang tua. Ketika kita pindah ke rumah sendiri, mau tak mau harus mandiri. Ini adalah proses penempaan kematangan jiwa. Maka orang tua harus rela bila anaknya mau berhijrah.

Hijrah Maknawi

Adalah perubahan sikap dari perbuatan tak baik menjadi perbuatan atau perilaku yang baik.
Ada kisah pembunuh 100 orang yang harus hijrah ke tempat orang-orang soleh agar dia menjadi soleh. Dalam perjalanan dia meninggal dan jadi ahli surga. Pelajaran yang diambil adalah bahwa hijrah maknawi saja kadang tidak cukup. Harus disertai hijrah Makani untuk berkumpul dengan orang baik.

*Hijrah di Jaman Rasulullah*

Peristiwa hijrah ini tidak lepas dari masalah politik, maka jika kita mendengar ada ulama kita dicekal,  dipersekusi pada jaman ini,  hal itu sudah pernah dialami oleh Rasulullah SAW. Bahkan yang dialami Rasul pada waktu itu jauh lebih dahsyat karena yang melakukan persekusi adalah orang Arab pada waktu itu yang kasar dan tak segan membunuh.

Hijrah pada jaman Rasulullah tidak semudah Pindah Rumah pada saat ini. Karena Rasul dan Sahabat tidak boleh membawa harta benda yang dipunyai. Hanya boleh membawa bekal sedikit.

Hijrah pada jaman Rasulullah dan Sahabat tidak dilakukan satu kali. Tapi dilakukan bergelombang.

1. Abu Salamah, pernah hijrah ke Madinah seorang diri.
2. ‎Suhail bin Sinan dan rombongan.
3. ‎Umar bin Khattab dan kawan-kawannya.

Hijrah Rasulullah adalah hijrah gelombang terakhir setelah kawan-kawannya. Khabar akan hijrahnya Rasulullah sudah disambut dengan baik oleh orang-orang Madinah,  karena kerabat ibu Rasulullah berasal dari Madinah.

*Kesepakatan Makar Kaum Quraisy*.

Orang-orang Quraisy,  terutama Abu Jahal dan Abu Lahab sudah mulai marah terhadap dakwah Rasulullah.
Dianggap Rasulullah membahayakan Tuhan mereka,  yaitu Lata dan Uzza.
Mereka mengadakan rapat Parlemen orang Quraisy,  yang namanya Darun Nadwah. Darun Nadwah ini mirip MPR jaman dulu,  masing-masing daerah mengirim utusan. Namun utusan ini dipilih oleh Kepala Kabilah dan usia utusan minimal 40 tahun.

Rapat dipimpin oleh Abu Jahal. Abu Jahal ini nama julukan,  karena nama aslinya Amr bin Hisyam. Dia diberi julukan Abu Jahal artinya Bapak Kebodohan. Tidak berarti dia tidak pandai,  tetapi karena kedudukannya sebagai paman Rasulullah namun tidak menyebabkannya beriman. Dia tidak mau tahu terhadap kebenaran-kebenaran yang disampaikan Rasulullah.
Semua Bani berkumpul, dalam catatan sejarah saat itu tanggal 12 September 622. Mereka menetapkan keputusan untuk makar :

1. Menangkap dan memenjarakan Rasulullah,  atau
2. ‎Membunuh Rasulullah , atau
3. ‎Rasulullah diusir dari Mekkah.

Keputusan ini diabadikan Allah dalam Al Qur'an. :

وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا  لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَ ۗ  وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗ   وَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ

"Dan ingatlah , ketika orang-orang kafir Quraisy memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS. Al-Anfal Ayat 30)

*Mengawali Perjalanan*

Orang-orang Quraisy menjanjikan hadiah besar untuk siapa yang dapat menangkap atau membunuh Rasulullah. Mereka membuat skenario pengepungan rumah Rasulullah, masing-masing Kabilah ada perwakilannya.
Ketika itu Rasulullah ada di dalam rumah yang dikepung. Beliau bersama Abu Bakar dan Ali yang saat itu masih remaja.

Berjalanlah skenario Allah. Pada malam akan hijrah, Nabi Muhammad SAW meminta Ali bin Abi Talib untuk memakai baju dan selimutnya dan berbaring di tempat tidurnya. Maka, ketika algojo kafir Quraisy mengintip ke tempat tidur Muhammad SAW mereka melihat seseorang berbaring di tempat tidur dan mengira bahwa Nabi Muhammad SAW masih tidur.
Pada malam hari itu para pengepung tak mau menyalakan api,  khawatir akan terlihat. Maka kondisi gelap sekali dan mereka justru tidak sadar bahwa di tengah malam itu Nabi Muhammad keluar meninggalkan  rumah bersama Abu Bakar.

*Bersembunyi di Gua Tsur*

Perjalanan hijrah ini dengan berjalan kaki dan meskipun tujuannya adalah Medinah (arahnya di Utara Mekkah) , namun Rasul tidak langsung menuju kesana.  Beliau pergi ke Gua Tsur yang arahnya ke Yaman,  di Selatan.
Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam.
Maka ketika para pengepung sadar bahwa Nabi Muhammad telah lolos, mereka mengejar ke arah Medinah. Namun para pengejar tidak melihat jejak. Kemudian para Pemburu ini berpencar dan ada yang mengejar ke Gua Tsur.

Kembali scenario Allah berjalan. Pada Gua Tsur tadi dimana Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di dalamnya , oleh Allah diberi burung merpati yang mengerami telurnya dan laba-laba dengan sarangnya yang menutupi pintu gua yang kecil.
Para pengejar yakin bahwa tak mungkin Nabi bersembunyi dalam gua. Karena bila masuk gua pasti telur merpati terinjak dan sarang laba-laba rusak.

Orang Quraisy meskipun jahat namun akhlak mereka tak mau mengganggu burung dara. Maka mereka kemudian pulang ke Mekkah. Rasul dan Abu Bakar tetap tinggal beberapa hari di Gua Tsur.

*Peran Asma' binti Abu Bakar*

Ransum makan untuk Rasul dan Abu Bakar selama di Gua Tsur dikirim oleh Asma'.
Asma' mengangkut perbekalan Rasul dan Abu Bakar dengan onta. Ketika ingin mengikat makanan, dia tidak mempunyai tali untuk mengikatnya. Lalu, dia merobek ikat pinggangnya menjadi dua, satu untuk mengikat makanan dan satu lagi untuk mengikat pinggangnya.

Dialah Asma’ binti Abu Bakar Ash-Shiddiq , peran Asma’ hebat sekali dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad SAW.
Setelah dirasa aman, kira-kira 4 hari kemudian Rasul dan Abu Bakar meneruskan perjalanan ke Medinah dengan membawa onta yang dikirim Asma'.

*Pemburu bernama Suraqa*

Karena ontanya cuma satu maka onta tidak ditunggangi. Mereka jalan kaki dari Mekkah ke Medinah ditengah Padang pasir yang panas dan tidak melalui jalan yang biasa dilalui.  Ketika itu kaum Quraisy tetap mencari Rasulullah SAW.
Pada hari ke 3 , atau seminggu setelah meninggalkan rumah,  ada yang mengetahui posisi Nabi.
Ketika terdengar kabar bahwa ada rombongan orang sedang dalam perjalanan dengan seekor onta, maka seorang Quraisy bernama Suraqa bin Malik mengejar mereka.

Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Muhammad SAW  hingga kudanya tersungkur dalam pasir.  Dia hendak memanah Nabi, namun seperti kebiasaan mereka mengundi nasib dulu, maka sebelum memanah dia mengundi dulu :  panah atau tidak.. ?
Ternyata undian menghasilkan tidak dipanah. Kemudian dia mengejar lagi,  namun terulang lagi, kudanya tersungkur lagi.
Hal ini terulang sampai tiga kali,
sehingga Suraqa merasa itu suatu alamat buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu.
Setelah itu Nabi Muhammad justru berhenti menanti Suraqa.
Suraqa kembali pulang, bahkan dia menyerahkan kudanya kepada Nabi Muhammad dan dia juga merahasiakan route perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW.

*Kisah Ali bin Abi Thalib*

Setelah Rasul hijrah,  Ali masih tinggal di Mekkah selama tiga hari untuk menyelesaikan pesan-pesan Nabi. Pesan itu adalah mengembalikan barang titipan . Karena Rasul sebagai al-Amin (orang yang dipercaya)  banyak dititipi barang oleh orang Mekkah.
Hal ini menjadi sunah bagi kita bila akan pergi agar tidak meninggalkan hal yang tidak beres tanpa memberi pesan amanat pada yang tinggal.

Ketika Ali kemudian menyusul ke Medinah,  Ali menempuh jalan yang lurus dan biasa dilalui. Dia tiba di Medinah 7 hari lebih cepat dari Rasul yang jalannya memutar untuk menghindari pengejaran.
Maka dapat kita bayangkan betapa beratnya perjalanan hijrah Rasulullah SAW. Sampai banyak orang Medinah yang gelisah. Mereka tiap hari menunggu Rasul diperbatasan kota karena mencemaskan keselamatan Rasul.

*Kepahlawanan Abu Bakar*

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Bakar menceritakan hijrahnya bersama Nabi :
Kami berjalan siang dan malam hingga tibalah kami di pertengahan siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada seorang pun yang lewat. Kulemparkan pandangan ke segala penjuru, apakah ada satu sisi yang dapat kami dijadikan tempat berteduh. Akhirnya, pandanganku terhenti pada sebuah batu besar yang memiliki bayangan. Kami putuskan untuk istirahat sejenak disana. Aku ratakan tanah sebagai tempat istirahat Nabi SAW , lalu kuhamparkan sehelai jubah kulit dan mempersilahkan beliau untuk tidur di atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun beristirahat.

Setelah itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada seseorang yang bisa dimintai bantuan. Aku pun bertemu seorang penggembala kambing yang juga mencari tempat untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya, “Wahai anak muda, engkau budaknya siapa?” Ia menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang kukenal. Aku bertanya lagi, “Apakah kambing-kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya. “Bisakah engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun mengiyakannya.

Setelah diperah. Aku membawa susu tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya terbangun. Saat beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai Rasulullah”. Beliau pun minum susu tersebut sampai aku merasa puas melihatnya.

Luar biasa ! Abu Bakar, seorang yang kaya, mau bersusah payah menjadi pelayan Rasulullah.
Satu hal lagi hikmah kisah ini adalah kita disunahkan memberi makan dan minum musafir.
Selama perjalanan,  Abu Bakar merahasiakan identitas Rasulullah,  untuk keamanan beliau,  beliau Rasulullah diperkenalkan sebagai Penunjuk jalan.

*Susu Kambing Tua*

Dalam perjalanan hijrah antara Mekkah dengan Medinah di tempat yang sunyi, Rasulullah dan Abu Bakar berhenti didepan suatu kemah di daerah Qudaid,  130 km dari Mekkah. Maksudnya untuk membeli makanan atau minuman.
“Dapatkah kami membeli tamar dan beberapa teguk susu kambing?” tanya Rasulullah kepada perempuan tua.
“Sayang sekali nak!” sahut Ummu Ma’bad. “Ibu sendiripun merasa lapar dan haus sekali, suami saya sudah lama pergi mencari makanan, sampai sekarang belum kembali.”

Lalu Rasulullah SAW  melihat seekor kambing yang sedang ditambat dibelakang rumah itu. Sambil menunjuk kambing tersebut, Rasulullah berkata kepada Ummu Ma’bad. “Ibu, dibelakang kemah ini saya melihat ada seekor kambing.” “Apakah kami dapat membeli air susu kambing itu, walaupun hanya beberapa teguk?”
“Kambing itu sudah lama tidak mengeluarkan susu lagi nak” sahut perempuan tua itu.
“Bolehkah saya mencoba memeras susu kambing itu, kalau–kalau mungkin ada air susunya?” kata Rasulullah.
“Silahkan nak!” ujar Ummu Ma’bad.Rasulullah berjalan mendekati kambing itu. Setelah menengadahkan tangannya untuk memohon doa, beliau memegang susu kambing tersebut dan memerasnya.
Tiba-tiba susu kambing itu mengeluarkan susunya.
Sesudah minum seperlunya, Rasulullahpun meneruskan perjalanannya, sedangkan sisa susu itu masih banyak yang tinggal.

Tatkala suami wanita itu, Abu Ma’bad pulang membawa kambing yang kurus -kurus dan lemah. Ketika ia melihat adanya persediaan air susu kambing. Abu Ma’bad berkata kepada isterinya :
“Darimanakah kau mendapatkan air susu kambing itu?”,
Ummu Ma’bad menjawab
“ Demi Allah , tenda kita telah dilewati orang yang diberkahi oleh Allah. Dia berbicara begini dan begini keadaannya seperti ini dan seperti ini'.
"Demi Allah,  aku yakin itu adalah Pemuda Quraisy yang sedang diburu oleh kaumnya".
"Gambarkan bagaimana pemuda itu wahai ummu Ma'bad. "

Maka ummu Ma'bad menceritakan sifat-sifat Rasulullah.
Maka Abu Ma’bad berkata kepada isterinya :
"Demi Allah,  ini adalah orang Quraisy yang sedang dibicarakan oleh khalayak ramai. Jika ada kesempatan, aku benar-benar ingin menemani perjalanannya ".

*Suara Jin*

Dikisahkan oleh Asma' binti Abu Bakar, " Kami tidak mengetahui ke arah mana Rasulullah pergi".
Karena jalur yang dilalui oleh Rasulullah bukan jalur yang umum dilalui oleh para musafir.
Namun tak berapa lama muncul sesosok jin dari dataran rendah Mekkah yang kemudian menyuarakan syair. Semua mendengar suara tetapi tak ada yang melihat sosok jin tadi.
Begitu kami mendengar bait-bait syair itu, maka kami mengetahui ke arah mana jalan yang dilalui oleh Rasulullah menuju Madinah.

*Memasuki Quba*

Rasulullah SAW tiba di Quba, dekat kota Madinah pada tanggal 23 September 622. Maka perjalanan yang beliau tempuh sudah 11 hari.

Berita kedatangan Rasulullah disambut dengan Penuh Suka Cita.
Mereka menunggu dibatas kota.
Suatu hari seorang Yahudi yang kebetulan naik diatas rumahnya melihat bintik di kejauhan yang dia yakin itu Rasulullah.
Orang-orang Anshar bergembira dan mereka meneriakkan takbir. Semua menyambut Rasulullah.
Saat itu turunlah ayat Al Qur'an :

فَاِنَّ اللّٰهَ  هُوَ مَوْلٰٮهُ وَجِبْرِيْلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ  وَالْمَلٰٓئِكَةُ بَعْدَ ذٰلِكَ  ظَهِيْرٌ

".. maka sungguh, Allah menjadi pelindungnya dan juga Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya." (QS. At-Tahrim 4)

Ketika mereka bertemu, Abu Bakar berdiri dan Rasul duduk. Orang Anshor mengira bahwa yang berdiri adalah Rasul.
Tatkala panas matahari mengenai Rasulullah, Abu Bakar segera mema­yungi beliau dengan jubahnya. Saat itu­lah mereka baru tahu bahwa yang duduk dan diam itulah Rasulullah SAW.
Di Quba Rasulullah mendirikan masjid yang pertama kali.

*Tiba di Madinah*

Berita tentang hijrahnya Nabi SAW yang akan menyusul kaum muslimin Mekkah yang telah tiba sebelumnya su­dah tersiar di Yatsrib (Madinah).
Akhirnya, Rasulullah tiba dengan selamat di kota Madinah. Sambutan penuh suka cita diiringi Syair pun ber­kumandang:

Thola‘al badru ‘alayna
Min Tsaniyyatil Wada’
Wajabasy syukru ‘alayna
Ma da‘a lillahi da‘
Ayyuhal mab‘utsu fina
Ji’ta bil amril mutha’
.....
Banyak yang menawari rumah tinggal kepada Rasulullah. Rasulullah menyerahkan pemilihan rumah kepada ontanya. Dimana onta tadi mau berhenti. Onta itu pertama kali berhenti,  tapi beliau tidak turun. Tempat itu kemudian dijadikan tempat Masjid Nabawi.

Kemudian onta itu berjalan lagi dan berhenti di rumah Abu Ayyub.
Abu Ayyub segera mengambil pelana onta.  Di rumah Abu Ayyub-lah Nabi SAW memilih untuk tinggal.

*Di Rumah Abu Ayyub*

Rumah Abu Ayyub adalah rumah tingkat. Dia mempersilahkan Rasul menempati yang atas untuk penghormatan. Namun Rasul tak bersedia,  karena akan banyak tamu yang harus ditemui. Maka Rasul mempersilahkan Abu Ayyub tidur di atas.
Karena merasa sungkan tidur di atas maka Abu Ayyub memilih tidur di pojok atas, dimana bagian bawahnya adalah dapur. Dengan demikian dia tidak tidur di atas Rasul.

Rasul tinggal di rumah Abu Ayyub selama 7 bulan karena sambil menunggu pembangunan Masjid dan Rumah beliau di dekat masjid.
Isteri Abu Ayyub ini pandai memasak. Suatu ketika dia masak, tetapi Rasul tidak menyentuh makanan. Tentu saja hal ini menjadikan Abu Ayyub bingung dan dia bertanya kenapa Rasul tidak makan.
Rasul menjawab bahwa Jibril membisiki beliau bahwa beliau tak boleh makan karena dalam masakan ada bawang merah dan bawang putih. Namun Rasul tidak melarang Abu Ayyub memakan makanan itu.
Pelajaran dari sini adalah bahwa kita disunahkan untuk mengurangi makanan yang akan menimbulkan bau badan.

Demikian beratnya perjalanan hijrah Rasulullah,  beliau berjalan kaki selama 11 hari untuk memenuhi Perintah Allah.
Semoga dengan mempelajari Sejarah Rasulullah dapat meningkatkan kecintaan kita kepada beliau.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAKk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar