Senin, 03 September 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad Sendang Gede

Drs. Syarif Hidayat , MSi

21 Dzulhijjah 1439 H / 2 September 2018

BULAN HARAM

اِنَّ عِدَّةَ الشُّ:هُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram.." (QS. At-Taubah 36)

Bertepatan dengan penciptaan langit dan bumi , Allah telah menetapkan ada 4 bulan haram atau bulan yang dimuliakan. 4 bulan yang dimuliakan ini kita bisa melihat :
1. Dalam tafsir Ibnu Katsir.
2. ‎Pada Terjemah Al Qur'an dari Depag dalam Surat Al Baqarah ayat 197.

Disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bulan haram adalah bulan Dzulqo'dah,  Dzulhijjah,  Muharram dan Rojab. Saat ini kita masih berada di akhir bulan Dzulhijjah.

*1. Bulan Rojab*

Bulan Rojab menjadi istimewa karena ada peristiwa besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi di kemudian hari,  yaitu peristiwa Isra' Miradj Nabi Muhammad SAW.
Intisari dari peristiwa itu adalah kita sebagai umat islam harus benar-benar menjaga shalat. Bukan sekedar menjaga pelaksanaan shalat saja tetapi juga menjaga makna shalat.
Kalau kita menjaga pelaksanaan dan makna shalat maka terciptalah islam rahmatan lil alamien. Karena makna shalat adalah hablu minallah dan hablu minannas.
Perlu dipertanyakan jika ada orang sudah shalat tetapi masih pelit. Perlu dipertanyakan jika ada orang sudah shalat tetapi masih bertengkar dengan tetangga, masih mengurangi timbangan,  masih korupsi dan sebagainya. Itu berarti shalatnya belum menjadi kepribadian hidupnya.

Shalat itu sangat penting, ketika Allah menyampaikan perintahNya maka Allah menurunkan Firman. Namun ketika perintah Shalat,  Allah memanggil RasulNya untuk menghadap.

1.1. Kedudukan Shalat.

قال النبي صلى الله عليه واله: موضع الصلاة من الدين كموضع الرأس من الجسد

Rasulullah saw bersabda:
“Kedudukan shalat dari agama adalah seperti kedudukan kepala dari badan.”

Tanpa tangan, tanpa kaki manusia dapat hidup,  tetapi tanpa kepala manusia tak dapat hidup.
Dalam hadits lain dikatakan betapa pentingnya shalat jama'ah,  betapa pentingnya shalat subuh. Maka jika orang tahu pahala shalat subuh berjama'ah niscaya dia akan datang ke masjid,  meskipun harus merangkak. Maka pada saat ini ada masjid-masjid yang sudah menyiapkan kursi untuk mereka yang terpaksa harus melakukan shalat dengan duduk.

1. 2. Shalat membedakan Muslim dengan Kafir.

Pada hadits lain dikatakan bahwa yang membedakan antara orang muslim dan orang kafir adalah shalat. Ada bapak-bapak yang hobby nonton bola pada malam hari sehingga waktu subuh mereka mengantuk. Maka perbedaan begadangnya yang muslim dengan yang tidak adalah orang muslim akan tetap shalat subuh dan yang lain akan tidur. Apapun profesinya,  guru,  tentara, polisi ataupun pedagang yang muslim ketika tiba waktu shalat mereka menghentikan kegiatannya untuk shalat. Maka kita dapat menyaksikan di Mekkah, Medinah ketika menjelang adzan pedagang-pedagang siap-siap menutup dagangannya.

1. 3. Shalat adalah amalan pertama yang dihisab oleh Allah SWT.

Barang siapa shalatnya bagus maka akan bagus pula amal-amal yang lain.

*2. Bulan Muharram*

Muharram adalah bulan pertama dari kalender Hijriyah yang dimuliakan Allah. Tetapi apakah kita akan memuliakan Muharram atau tidak itu kembali ke masing-masing pribadi. Kita akan menyebut. Muharram atau nama lain yang justru dianggap bulan bencana yaitu  Suro maka harus dimulai dari diri kita sendiri.

Mengubah budaya ini butuh usaha pembiasaan. Biasakan diri kita melakukan hal baik di bulan Muharram,  seperti beli rumah,  rehab rumah. Kita sosialisasikan bahwa Muharram itu bulan baik dan tak perlu ketakutan dengan bulan yang dimuliakan Allah SWT. Pertolongan Allah pada Nabi Adam terjadi pada bulan Muharram. Demikian juga pertolongan Allah pada Nabi Ibrahim,  Nabi Yusuf,  Nabi Musa , Nabi Sulaiman,  Nabi Daud semua pada bulan Muharram.

Bagaimana bulan Muharram akan mulia jika kita sebagai umat islam tidak memuliakan?
Kita tidak gampang mengembalikan istilah Minggu menjadi Ahad. Ini butuh pembiasaan.
Sama dengan Muharram, apabila kita tidak membiasakan dengan menyebut bulan Muharram maka yg terbayang adalah Suro dengan segala macam kegiatan bulan Suro.
Lebih-lebih jika masuknya bulan bersama musim puting beliung,  maka akan tambah menyeramkan. Padahal kita semua yang belajar IPA tahu tentang fenomena alam,  adanya angin darat dan angin laut.

Allah menurunkan air dan meniupkan angin sesuai kebutuhan manusia. Tetapi jika dalam energi alam ada yang hilang maka terjadilah ketimpangan. Ibarat bangunan yang disangga empat tiang kokoh,  tiba-tiba rusak satu tiang maka akan roboh. Maka ketika angin laut yang mestinya ditahan hutan bakau, namun kemudian hutan bakau hilang , maka angin akan membesar jadi puting beliung. Ini bukan kesialan,  tapi akibat dari perbuatan kita sendiri.
Maka dalam Al Qur'an , berkali-kali kita diperintah untuk berfikir :
"a fa laa ta'qiluun ?"
"a fa laa tazakkaruun ?"

Bagaimana kita memuliakan Muharram, mestinya kita mencontoh kepada Rasulullah SAW.

2. 1 . Amalan Puasa Muharram

Pada awalnya Rasul berpuasa pada tanggal 10 Muharram ( hari 'Asyura)
Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan,  ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’

Nabi berpuasa pada tahun ke 9 Hijriah. Maka pada saat itu Rasul menjawab :

" Bukankah kita beriman kepada Nabi Isa a. s,  Nabi Ibrahim a. s dan Nabi Ishak a.s ?

  كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ

"... Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya..." (QS. Al-Baqarah 285)

Kita umat islam wajib mengimani 25 Rasul, kita tak perlu hafal namun setidaknya kita pernah mendengar nama mereka. Maka jaman dulu kakek kita mengajarkan syi'iran yang menyebut nama-nama Nabi.
Kenapa kita perlu tahu?  Karena kita disunahkan memberi salam jika kita mendengar Nama Nabi diucapkan oleh seseorang.

Maka kalau mereka berpuasa, kita umat islam juga berhak untuk puasa. Dan untuk menyelisihi kaum Yahudi,  Nabi SAW memerintahkan :
“Berpuasalah pada hari ‘Asyura dan selisihilah kaum Yahudi dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.”

Jika engkau tidak bisa berpuasa tanggal 9, 10, dan 11 , maka engkau berpuasalah pada tanggal 9 dan 10 atau tanggal 10 dan 11 Muharram .Bila itupun tidak dapat,  maka berpuasalah pada tanggal 10.
Namun dalam riwayatnya Nabi belum sempat menjalani puasa tanggal 9 dan 11 karena beliau wafat.

2. 2. Hari Kasih Sayang

Muharram adalah bulan mulia,bahkan Nabi mengatakan bahwa tanggal 10 Muharram juga disebut Hari Kasih Sayang. Dan Nabi memperingati dengan berpuasa dan menyantuni fakir miskin dan anak yatim. Anehnya disini ibu-ibu justru memperingati tanggal 14 Februari sebagai hari kasih sayang. Ini kekeliruan besar yang harus diluruskan.

Tidak ada salahnya kita mengadakan acara, mengundang fakir miskin dan anak yatim di masjid untuk diberi santunan. Tidak berarti ini riya, karena hal ini dalam rangka syi'ar agama , memberi contoh kepada yang lain agar mereka menirukan.

*3.Dzulqo'dah dan Dzulhijjah*

Dua bulan tadi adalah sejarah awalnya Ibadah Haji.

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ  ۚ  فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ

"Musim haji itu pada bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan haji dalam bulan-bulan itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat, dan bertengkar dalam haji..." (QS. Al-Baqarah 197)

3. 1. Syariat Haji

Haji itu waktunya sudah ditentukan pada musim haji yaitu bulan Dzulqo'dah dan Dzulhijjah, walaupun puncaknya hanya pada tanggal 8 sd 14 Dzulhijjah. Jadi cuma 7 hari. Namun karena semua orang harus melakukan ibadah pada waktu yang sama,  maka perlu penjadualan kedatangan dan pemulangan haji.
Saat ini daftar tunggunya saja sudah sampai 23 tahun. Sehingga akhirnya berangkat sudah tua sekali. Memang hal ini bukan ukuran keberhasilan, karena ada yang tua justru sehat dan yang muda sakit.

Pada saat haji kita dilarang untuk rafats , berbuat maksiat, dan bertengkar. Ini adalah miniatur awal agar baik,  maka tidak berarti bahwa setelah pulang lalu tidak dilarang.
Larangan ini sepulang haji tetap berlaku untuk menjaga kemabruran haji. Kita tak boleh berbantahan,  mestinya setelah haji dan telah melihat berbagai macam cara shalat akan menambah toleransi kita. Berbeda-beda tadi memang ada dasarnya masing-masing. Yang penting Syarat dan Rukun tidak salah.

3.2. Syariat Qurban.

Berikutnya dalam bulan ini ada Syariat ibadah qurban.
Allah SWT berfirman:

اِنَّاۤ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.
Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah."
(QS. Al-Kausar Ayat 1- 2)

Mereka yang berkiblat pada ayat ini mengatakan qurban hukumnya wajib bagi yang lapang.
Tetapi mereka yang berkiblat pada hadits Rasulullah SAW ketika menyembelih dua ekor kambing pada hari ‘Id. Hukum Qurban adalah Sunah Muakkad.

Beliau berkata, " Ya, Allah! Sesungguhnya ini dariMu dan untukMu, kurban dari Muhammad dan umatnya...”

3. 3. Sejarah Qurban

3. 3. 1. Jaman Nabi Adam.

Dari sejarahnya qurban sudah ada sejak Nabi Adam a.s. Ketika Nabi Adam a.s mau menikahkan putera-puterinya mereka diminta berqurban. Putera-putera Nabi Adam a.s dalam berqurban diberikan pilihan dan yang diterima qurbannya boleh memilih isterinya. Ketika salah satu diterima qurbannya, maka yang lain iri dan terjadilah pembunuhan yang pertama. Kemudian turun syariat tentang perawatan jenazah.

3. 3. 2. Jaman Nabi Ibrahim

Qurban berikutnya pada jaman Nabi Ibrahim a.s. Riwayatnya karena ada nadzar atau janji. Nabi Ibrahim a.s ini perintis perdagangan di negeri Arab saat itu. Beliau memberikan makan gratis pada tamu-tamunya,  bahkan pernah sampai menyembelih 100 ekor onta. Beliau banyak dipuji sampai akhirnya beliau lupa bahwa yang berhak mendapat pujian hanya Allah SWT.  Nabi Ibrahim a.s sampai bernadzar bahwa jika punya anak dia sanggup mengorbankannya. Ini nadzar sebelum punya anak.

Ketika beliau punya anak,  kemudian Nabi Ibrahim a.s menjalani beberapa ujian. Salah satunya adalah meninggalkan isteri dan anaknya di suatu tempat sampai 12 tahun.
Mereka kemudian dipertemukan,  tapi kemudian beliau diingatkan oleh Allah tentang nadzarnya melalui mimpi 3 kali.

"Maka ketika anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu.." (QS. As-Saffat 102)

3. 3. 3. Jaman Pra Islam

Qurban berikutnya terjadi sebelum Islam.  Ketika itu Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad ) bertugas sebagai siqoyah (Petugas pemberi minum kepada jama'ah). Pada suatu saat sumur mereka kering.  Kemudian muncul cerita tentang sumur zam-zam yang saat itu hilang karena pernah ditimbun.
Ketika kemudian mendapat petunjuk letak sumur zam-zam maka Abdul Muthalib mulai menggali.  Dia membayangkan jika anaknya banyak maka pekerjaannya ringan.
Abdul Muthalib berdo'a agar jika dia diberi anak laki-laki banyak (10) ,  dia bersedia mengorbankan salah satu anaknya.

Do'a Abdul Muthalib dikabulkan Allah, beliau mempunyai 10 anak putera dan 3 puteri. Dia diingatkan akan nadzarnya. Kemudian Abdullah yang terpilih untuk qurban. Namun atas saran Pendeta saat itu qurban itu diganti dengan 100 onta.
Maka qurban pada waktu pra islam juga berupa teguran.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar