Senin, 24 Desember 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

KAJIAN AHAD MUHAMMADIYAH BANYUMANIK

WARISAN KITABULLAH

Dr. H.M.Saerozi MA

16 Robiul Akhir 1440 H/ 23 Desember 2018

Allah SWT berfirman:

ثُمَّ اَوْرَثْنَا  الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۚ  فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚ   وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ   ۚ  وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ  ذٰلِكَ  هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُ

"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar." (QS. Fatir 32)

Kita ini adalah bagian dari orang yang mendapat warisan Kitabullah. Ternyata Allah SWT telah mengelompokkan penerima warisan ini menjadi 3 jenis.
1.  Menganiaya dirinya sendiri.(zhoolimul linafsih).
2. ‎Kelompok Pertengahan (muqtashidun)
3. ‎Berlomba-lomba dalam Kebaikan (saabiqum bil-khoirooti bi`iznillaah).

Itu semua adalah dari umat Muhammad. Menurut Imam Ibnu Katsir,  golongan yang menganiaya diri sendiri adalah golongan yang melalaikan sebagian yang wajib. Misal shalatnya tidak genap lima waktu. Dia juga melakukan sebagian yang diharamkan. Ini dari warisan yang berupa Al Qur'an,  namun bisa jadi juga warisan dari orang tua. Mendapat warisan dari orang tua tetapi malah digunakan menzalimi orang tua.

Sebagian lain,  kelompok Pertengahan adalah yang melakukan kewajiban-kewajiban, yang haram juga ditinggalkan tetapi dia meninggalkan sebagian yang sunah dan melakukan sebagian yang makruh. Kita kenal dalam hukum islam itu ada Lima : Wajib, Sunah, Mubah, Makruh dan Haram. Ada hukum yang bisa berubah,  misal Makan itu mubah,  tetapi jika tidak makan akan mengakibatkan sakit,  maka Makan tadi hukumnya Wajib.

Makruh itu dari kata karoha, artinya benci, tidak senang. Kita ambil contoh makanan Petai atau Durian yang saat ini sedang musim. Hukumnya apa makan Keduanya?
Cara gampangnya bila dengan makan tadi mengakibatkan orang lain didekat kita jadi terganggu berarti Petai atau Durian tadi makruh. Lalu bagaimana kalau kita senang makan Petai atau Durian.?
Ini tak ada hubungan dengan kita suka atau tidak. Tetapi hubungannya dengan ada atau tidaknya orang lain yang terganggu.

Ada yang tanya bagaimana dengan "Udud" (Merokok) ?
Mereka muslim yang senang udud bahkan punya guyonan : " ni'matul uduud - bakda dhahar.. " , itu kalimat gurauan mereka. (Nikmatnya merokok itu sesudah makan). Bahkan ada yang bikin dalil "orkok'u walau taghosan..." .. Merokoklah walau hanya dengan tegesan (puntung).

Saya tak mau menjawab tentang hukum udud atau merokok ini,  karena sudah jadi bahan perdebatan. Ada yang bilang mubah,  makruh,  bahkan haram.  Terserah dihakimi sendiri. Tanya pada hati nurani apakah merokok mengganggu orang lain atau tidak.?

Ketika kita mengambil air wudhu itupun ternyata ada yang makruh,  yaitu memboroskan air. Boros atau tidak ini juga kembali pada diri kita. Kalau kita mau bayar rekening air agak tinggi mungkin bisa jadi boros air. Kelompok Pertengahan ini ada yang suka menjalankan hal-hal yang makruh-makruh begini.

Orang yang terlalu hemat,  cenderung pelit itu termasuk kelompok ini juga. Kita tahu minyak goreng itu halal, karena jelas tak memakai babi. Tetapi kalau kita pakai sampai Lima kali untuk menggoreng, hal ini menjadi berlebihan karena dapat menimbulkan penyakit,  maka hal seperti ini termasuk makruh.

Berikutnya adalah kelompok yang berlomba-lomba dalam kebaikan.
Al Qur'an memakai istilah Berlomba untuk Kebaikan,  tidak memakai istilah Bertanding. Kita tahu kalau bertanding,  misalnya Tinju maka akan ada yang babak belur. Tapi ketika kita melihat lomba renang maka tak ada yang cedera. Kalau ada yang cedera, itu karena kesalahan sendiri.

Dalam ayat lain,  kita umat islam diperintahkan untuk berfastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan)  , bukan gontok-gontokan sesama umat islam. Maka kemudian Muhammadiyah memilih berlomba dalam kebaikan, sampai saat ini sudah punya 177 Perguruan Tinggi. Belum lagi Rumah Sakit,  punya banyak sekali. Perintah Al Qur'an adalah berlombalah dalam kebaikan. Maka umat islam jangan mencari musuh.  Seribu sahabat itu kurang, tetapi Satu musuh itu sudah banyak.

Kelompok yang berlomba dalam kebaikan adalah kelompok yang melakukan hal yang Wajib dan Sunah. Dia meninggalkan yang Haram dan yang Makruh. Sedangkan yang Mubah pun juga sebagian ditinggalkan. Contoh membuat rumahpun diatur tata letaknya agar anak dan keluarganya kalau buang air tidak menghadap atau membelakangi kiblat.

Semua yang makruh ditinggal. Ada seorang anak yang di sekolah TK diajari gurunya bahwa bila makan atau minum tak boleh sambil jalan,  harus duduk. Suatu saat anak ini diajak ibunya ke Mall,  bawa minuman. Anak TK ini setiap mau minum dia berhenti dan jongkok.  Rupanya justru ibunya tak mengenal adab makan. Karena anaknya berkali-kali berhenti untuk jongkok dan minum,  malahan dimarahi. Tentu hal ini membingungkan anak.

Dalam hadits disebutkan tentang konsekwensinya.

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَأَمَّا الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسِبُونَ حِسَابًا يسيرا، وأماالَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ الْمَحْشَرِ، ثُمَّ هُمُ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ بِرَحْمَتِهِ، فَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: ...

Rasulullah SAW. bersabda sehubungan dengan makna ayat berikut: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32) Bahwa adapun orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan. Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dariku, kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya; mereka adalah orang-orang yang mengatakan : ....”

Orang yang Pertengahan, yang biasa mengerjakan amal ibadah untuk menggugurkan yang wajib tapi meninggalkan sebagian sunah,  dia dihisab dengan hisab yang mudah. Namun bukankah ada yang lebih tinggi ? Tentu kalau bisa kita memilih derajat tertinggi,  yaitu masuk surga tanpa dihisab.

Bandingkan dengan kondisi ketika kita di bandara,  antre untuk diperiksa ibarat orang yang dihisab. Namun ada pejabat yang lewat jalur khusus,  dia diperiksa dengan mudah. Ternyata di dunia juga ada "hisaban yasiro".
Ada juga orang tertentu yang bisa mengajak seorang kawan untuk memasuki lounge Garuda tanpa bayar. Ternyata di dunia juga sudah ada simulasi "syafa'at".

Di dunia ini bergaul dengan seseorang bisa berpengaruh pada sulit atau mudahnya sesuatu.
Maka demikian pula kelak di akhirat akan ada yang tidak dihisab,  ada pula yang dihisab dengan mudah.

Bagaimana dengan orang yang menzalimi dirinya sendiri?  Dia akan tertahan lama , antre di Padang Mahsyar. Dia tetap akan masuk surga setelah lama terkatung-katung, tersiksa menunggu antrian hisab.
Maka janganlah kita mudah memvonis sesama muslim masuk neraka, karena perbedaannya ada pada proses hisab.

Dalam hadits lain :

"فَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُحْبَسُ حَتَّى يُصِيبَهُ الْهَمُّ وَالْحُزْنُ، ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ".

" ... Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga".

Dalam hadits lainnya dikatakan

ذَلِكَ الْمَكَانِ مِنَ الْغَمِّ وَالْحُزْنِ،

"Di tempat pemberhentiannya itu ada mendung dan kesusahan".

Bayangkan ketika kita sedang haji di Muzdalifah, malam gelap gulita, tak ada makanan, tak ada minuman. Teman-teman kita sudah diangkut bis, tetapi kita belum terangkut.
Itulah "al ham wal khazan". Kita akan bingung,  susah dan sedih. Bagaimana kalau hujan turun?  Mau kemana?  Ke arah manapun tak ada perlindungan. Mau minta tolong tak ada penolong lagi.

Itulah yang akan terjadi di akhirat  bagi mereka , muslim yang tak mau mengerjakan yang wajib, bahkan melakukan yang haram. Meskipun demikian dia akan tetap masuk surga. Itulah rahmat Allah.

Maka janganlah kita terlalu membenci seseorang yang seolah-olah tak ada kebaikan sama sekali pada dirinya. Atau dalam kata lain jika benci jangan habis-habisan. Namun demikian pula jika senang jangan mati-matian. Sisakan ruang dalam hati sekecil apapun,  siapa tahu ada perubahan pada dirinya.

Demikian pula hidup di masyarakat sosial ataupun terhadap Partai politik ,  jangan terlalu fanatik mencintai atau membenci.
Orang Jawa bilang "Dadi godhong ora arep nyuwek,  dadi banyu ora arep nyawuk". (Jadi daun tak akan dipetik,  jadi air tak akan diminum) . Bagaimana kalau tak punya air?  Ketika dia menjadi satu-satunya sumber air yang ada.

Kata Buya Hamka :
“ahbib habiibaka haunammaa, asa’an yakuuna baghidhaka yaumammaa wa abghidh baghidhaka haunammaa, asa’an yakuuna habiibaka yaumamma”

“Cintailah kekasihmu sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu”.

Kita boleh mencintai,  tapi tak boleh memiliki,  karena pada suatu saat kita pasti akan berpisah.
Maka dalam islam bila ditinggal mati tak boleh menangis berlebihan. Yang sudah terjadi biarlah terjadi, tak perlu disesali karena yang mati tak mungkin hidup lagi. Hati harus dikendalikan dengan akal. Lebih baik memikirkan apa yang akan dilakukan kemudian.

Dalam hadits terakhir, Nabi Muhammad SAW mengakui bahwa umatnya akan terbagi tiga golongan. Golongan yang menzalimi diri sendiri itu shalat atau puasanya tidak karuan,  tapi mereka yakin bahwa Tak ada Tuhan selain Allah,  mereka tidak syirik. Mereka akan masuk surga setelah dicuci dosa-dosanya.

رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أُمَّتِي ثَلَاثَةُ أَثْلَاتٍ: فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، وَثُلُثٌ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، وَثُلُثٌ يُمَحَّصون وَيُكْشَفُونَ، ثُمَّ تَأْتِي الْمَلَائِكَةُ فَيَقُولُونَ: وَجَدْنَاهُمْ يَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ". يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقُوا، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا، أَدْخِلُوهُمُ الْجَنَّةَ بِقَوْلِهِمْ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ" وَاحْمِلُوا خَطَايَاهُمْ عَلَى أَهْلِ النَّارِ،

Rasulullah SAW. yang telah bersabda:Umatku terbagi menjadi tiga golongan, sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab; sebagian yang lainnya lagi mendapat hisab yang ringan, kemudian masuk ke dalam surga, dan sebagian yang terakhir dicuci dan dibersihkan dari dosa-dosanya di dalam neraka. Kemudian para malaikat datang, lalu berkata, "Kami menjumpai mereka mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah semata.”  
Lalu Allah SWT berfirman, "Mereka benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah yang akan memasukkan mereka ke dalam surga berkat ucapan mereka, 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, ' dan bebankanlah dosa-dosa mereka kepada ahli neraka.”

Lalu kita masuk kelompok mana.? Jika kita atau keluarga kita termasuk yang zalim,  maka segeralah berusaha masuk kelompok Pertengahan. Dan bila kita sudah ada di kelompok Pertengahan,  segeralah berusaha agar ketika ajal kita datang kita masuk golongan tanpa dihisab.

Berlomba-lomba dalam kebaikan tidak selalu melibatkan perkara yang besar. Meninggalkan yang makruh dan meninggalkan hal mubah yang tak bermanfaat bukanlah hal yang berat,  namun membutuhkan kemauan. Ketika kita melihat tusuk sate bertebaran di halaman dan kemudian kita singkirkan agar tidak mencelakakan,  itupun termasuk kebaikan. Itu termasuk saabiqum bil-khoiroot. Itu juga disebut sebagai shodaqoh sendi. Kita itu punya 360 sendi yang perlu disedekahi. Termasuk diantara shodaqoh sendi adalah Shalat Dhuha.

Maka bagi kita, mari kita mulai berlatih meninggalkan selain yang makruh,  juga meninggalkan hal yang tak jelas atau syubhat dan tak bermanfaat. Mudah-mudahan kita masuk kelompok saabiqum bil-khoirooti bi`iznillaah.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar