Minggu, 02 Desember 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

KAJIAN AHAD SENDANG GEDE

TABAYUN

Dr. H. M. Saerozi MA
24 Robiul Awwal 1440 H/ 2 Desember 2018

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ  ۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ  تُصِيْبُوْا قَوْمًا  ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." (QS. Al-Hujurat 6)

Ayat yang ditujukan kepada Orang beriman itu diturunkan ketika Nabi di Medinah, karena orang-orang Medinah sudah beriman. Adapun ayat yang diturunkan di Mekkah ditujukan kepada semua manusia.  Ayat tersebut di atas ditujukan kepada orang-orang yang telah beriman untuk melakukan tabayun bila mendapat berita yang dibawa oleh orang fasik. Ayat ini menjadi penting pada saat ini , karena kita akan dapat memahami bagaimana sebenarnya orang yang fasik.

Asbabun nuzul (sebab dari turunnya) ayat ini diriwayatkan ada suatu suku yang ingin masuk islam.  Kepala Sukunya al-Harits menghadap Rasulullah SAW. Kemudian Beliau SAW mengajaknya untuk masuk Islam. Ia pun berikrar menyatakan diri masuk Islam.

Perkembangan islam pada waktu itu,  termasuk di Indonesia memang bersifat Top-Down.  Bila seorang Kepala Suku masuk islam maka semua anak buahnya mengikuti. Demikian itulah masyarakat adat.  Maka mereka menyebut diri islam,  tetapi mungkin masih makan babi,  atau mungkin belum shalat.

Sekarangpun masih terjadi, bila ada seorang atasan pada suatu kantor rajin shalat maka anak buahnya mengikutinya. Bila ada Bupati yang meminta agar pada waktu shalat semua kegiatan berhenti untuk shalat maka anak buahpun mengikuti.

Setelah Al-Harits masuk islam, kemudian Nabi mengajarkan kewajiban umat islam : Syahadat,  Shalat,  Zakat , Puasa dan Haji.
Nabi Muhammad SAW mengajak Al-Harits tadi untuk membayar zakat. Zakat ini penting untuk membiayai perjuangan Nabi. Dia pun menyanggupi kewajiban itu dan pulang untuk mengumpulkan zakat.

Ketika waktu yang sudah ditetapkan telah tiba, Rasulullah SAW mengutus al-Walid bin ‘Uqbah untuk mengambil dan menerima zakat yang berada pada al-Harits. Ketika al-Walid berangkat, di perjalanan dia ketemu orang dari Suku itu yang kemudian  berkata : "Kamu mau mengambil zakat? " , " Ya" jawab al-Walid.
"Disana tak ada yang mau membayar zakat,  jika kamu datang mengambil zakat, niscaya kamu pasti dibunuh mereka."

Al- Walid pun hatinya merasa gentar, lalu ia pun pulang sebelum sampai tempat yang dituju. Padahal sebenarnya al-Harits sudah berhasil mengumpulkan zakat dan menunggu kedatangannya.
Al-Walid memberikan laporan palsu kepada Rasulullah SAW  bahwa al-Harits tidak mau menyerahkan zakat kepadanya, bahkan mengancam akan membunuhnya.

Rasulullah SAW pun marah, namun beliau belum mau menindak suku tersebut. Beliau bersiap mengirimkan utusan kedua.
Karena lama menunggu dan tak ada utusan Nabi yang datang,  maka Al-Harits mengira telah terjadi sesuatu yang menyebabkan Rasululllah SAW marah kepadanya. Ia pun memanggil para hartawan kaumnya dan mengajak mereka menemui Rasulullah SAW.

Di tengah perjalanan utusan tersebut berpapasan dengan al-Harits dan sahabat-sahabatnya yang sedang menuju kepada Rasulullah SAW.. setelah berhadap–hadapan, al-Harits menjelaskan kepada utusan kedua : “Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada utusan yang datang kepadaku.”

Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah SAW., bertanyalah Nabi Muhammad SAW :  “Mengapa engkau menahan zakat dan akan membunuh utusanku?” Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka turunlah ayat keenam surah al-Hujurȃt sebagai peringatan kepada kaum mukmin agar tidak menerima keterangan dari sebelah pihak saja. (Diriwayatkan dari Ahmad)

Makin bertambah usia seseorang ternyata bertambah pula rasa kekhawatirannya yang tanpa alasan.
Seorang kakek kadang mengkhawatirkan cucunya yang tidak pulang, ketika sudah malam. Padahal mungkin cucunya malah sedang makan-makan diluar.
Demikian juga,  dalam kisah di atas yang disebut Orang Fasik adalah orang yang ditemui Al-Walid dijalan , yang mengatakan jika dia datang malah akan dibunuh. Dia mengarang cerita palsu karena dia belum membayar zakat.

Hal semacam itu sekarang kita sebut Hoax.  Al-Harits sedang menanti petugas Rasul tetapi dikabarkan mau membunuh. Ada beberapa hadits yang memberitakan hal ini,  intinya sama . Dalam ayat dikatakan :
naba` , artinya berita besar. Maka pembawa berita besar disebut Nabi. Kalau berita kecil disebut 'khabar'. Di Indonesia namanya Surat Kabar.

Ayat tadi memerintahkan agar bila ada berita penting , perlu dilakukan pengecekan atau Tabayun. Jangan sampai berita Hoax berkembang jadi tidak karuan. Bayangkan jika atas laporan Hoax tadi lalu Nabi mengambil sikap tegas,  memerangi Al-Harits. Pasti akan timbul penyesalan.

Saat ini menjelang Pemilu, banyak sekali berita hoax yang menyesatkan. Maka jika orang punya HP mendapat berita agar disaring dulu sebelum disharing.
Kriteria penyaringan berita adalah : BENAR dan PANTAS.
Bila dinilai berita itu tidak benar maka jangan disharing. Bila kita merasa berita benar,  masih perlu penyaringan kedua,  pantas atau tidak. Bila tidak pantas jangan disharing.

Dalam ushul fiqih ada Kaedah:

درأ المفاسد مقدم على جلب المصالح

“Menghilangkan mafsadat lebih didahulukan daripada mengambil manfaat.”
Menolak sesuatu yang nanti akan menimbulkan kerugian harus didahulukan daripada kita menerima tetapi nanti kerugiannya makin besar.

Mengambil sikap diam kadang lebih baik ,  daripada kita menyampaikan kebenaran tapi menimbulkan huru-hara. Misal rombongan jama'ah ramai-ramai ke luar kota,  di jalan mampir ke warung yang ada life music. Kemudian dari rombongan ada yang ikut berjoged. Kebetulan yang berjoged ini Pimpinan.  Maka banyak anggota yang ikut berjoged.

Berita tentang joged menjadi issue tidak sedap di lingkungan jama'ah yang tidak pergi. Kemudian ada yang penasaran dan bertanya : "Apakah Kiyai ikut berjoged? "
Berita tadi benar, tapi bila diviralkan akan jadi fitnah besar, seorang Kiyai joged-joged dengan Penyanyi.
Maka jawaban untuk menolak pertanyaan tadi akan lebih mulia,  daripada menyebarkan kebenaran tapi jadi fitnah.
"Tanyakan yang penting saja..." , mungkin itu jawaban bijaksana.
Yang benar,  belum tentu pantas. Yang benar jika disampaikan dapat menimbulkan masalah lebih besar.

Saat ini sedang musim reuni.  Yang saat ini berlangsung adalah reuni 212.  Kita tidak membahas perdebatannya, karena ada yang pro dan ada yang kontra. Yang mau berangkat silahkan , kita yang tidak berangkat tetap mengaji.
Pekerjaan intelijen itu melakukan Tabayun. Biasanya pertanyaannya seperti ini : "Orang sini yang mau berangkat ke Jakarta kira-kira mana saja pak? " kalau dijawab : Kira-kira sekian orang,  pasti dikejar dengan pertanyaan baru :  Dari mana?  Pimpinannya siapa ?
Lalu untuk apa petugas ini melakukan tugas tabayun ?
- Supaya bisa mengamankan bila terjadi apa-apa dijalan-.

Bagi yang pernah Naik Haji ke Mekkah pasti ingat bahwa kita wajib memakai Gelang identifikasi.
Ada kejadian dua orang sahabat lama ketemu saat haji.  Disana saking senangnya mereka tukar-menukar gelang.
Allah berkehendak salah satu diantara mereka,  sebut A wafat disana, tapi dia memakai gelang B.  Maka yang pertama dilihat adalah data Gelang Identitas B.
Keluarga B diberi tahu bahwa B wafat di Mekkah. Tapi kemudian ketika jama'ah pulang ke Tanah air,  ternyata B pulang.  Tentu terjadi kehebohan saat itu. Ketika komunikasi belum seperti sekarang tabayun sulit dilakukan.

Kebanyakan ibu-ibu lebih gampang terbawa suasana,  mereka melalaikan tabayun. Begitu dengar kabar langsung terpengaruh emosinya. Dan ini bisa dimanfaatkan penipu. Ada kasus penipuan lewat telpun yang mengatakan bahwa anaknya tertangkap membawa narkoba. Karena didalam telpun juga ada suara anak menangis maka orang tua percaya,  dan ujung-ujungnya diminta uang tebusan.
Ini terjadi karena melalaikan tabayun.

Kasus yang hampir sama adalah berita anaknya kecelakaan dan harus segera diambil tindakan.
Padahal di luar kota,  maka ketika diminta dana,  benar-benar ada yang tertipu sampai 30 juta rupiah.

_"Wong tuwa kuwi tresnane nang anak sak-klapa,  Anak tresnane nang Wong tuwa sak-upa"_
(Orang tua itu kasih Sayangnya ke anak sebesar buah kelapa, sedangkan kasih anak ke Orang tua sekecil butir Nasi).

Seorang ibu mampu merawat 8 anak dengan baik, tapi 8 anak tak ada yang mau merawat seorang ibu.
Maka wajar seorang ibu terbawa emosi sehingga lupa Tabayun.
Tabayun ini wajib dilakukan baik itu urusan politik, urusan keluarga atau urusan apapun.

" fa tabayyanuuu an tushiibuu qoumam bijahaalatin fa tushbihuu 'alaa maa fa'altum naadimiin".
(maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan, yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.)

Ini sangat penting,  karena kita umat islam saat ini jadi saling suudzon dengan yang lain, karena beda partai atau beda pilihan. Alhamdulillah kemarin Para pimpinan Ormas saling bertemu untuk tabayun. Bila tidak entah apa yang terjadi di negeri ini,  gara-gara ada bendera bertuliskan kalimat syahadat dibakar di Garut. Karena dua Kepala suku Muhammadiyah dan NU ketemu, maka yang dibawah jadi tenang. Ini tabayun.

Dalam lingkup keluarga juga perlu Tabayun. Ada kisah di desa,  bahwa Orang dulu kerjaannya di sawah,  setelah tua biasanya diteruskan anaknya kemudian cucunya.
Ada pameo di Jawa bahwa Sawah itu urusan Orang Muda. Orang tua sudah tidak pantas lagi kerja disawah.

Seorang Kakek yang dulu biasa kerja di sawah rindu pergi ke sawahnya. Ini kejadian yang benar terjadi , kakek tadi mau ke sawah,  namun ada tetangganya yang merasa hal itu tak pantas,  karena dia sudah tua. Tetangga tadi bermaksud mencegah kakek ke sawah dengan mengatakan : "Kek, sawah kakek sudah dijual,  sudah jadi milik orang lain..."

Ucapan tadi tidak benar, hanya bermaksud mencegah Kakek pergi ke sawah. Namun dampaknya kakek tadi jadi sangat sedih.  Dia pulang ke rumah dan urusan jadi ramai karena sulit meyakinkan kakek tersebut. Ini akibat berita hoax.

Ada seorang Kepala Bagian yang dikenal sebagai orang serius dan selalu jujur. Saking jujurnya semua peristiwa akan disampaikan.
Suatu saat di suatu resepsi dia ketemu anak buahnya dengan seorang wanita.
Anak buah yang baik ini karena ketemu atasan,  dia mendatangi Kepala Bagian tadi dan menyalami serta mengenalkan wanita tadi sebagai istrinya.

Kepala Bagian ini berkata :
"Lhoh kemarin kamu ketemu aku katanya yang itu istrimu.. Lha sekarang ini juga istrimu , lalu yang benar yang mana? ".

Anda dapat membayangkan bagaimana selanjutnya anak buah tadi dengan istrinya.  Sang Kepala Bagian ini minta nasehat kepada saya, bagaimana enaknya. Kejadian di resepsi itu maksudnya guyonan tetapi tanggapan istri anak buahnya serius.

Kepala Bagian tadi minta saran bagaimana cara tabayunnya. Tentu saja dia harus datang ke rumah anak buahnya. Minta maaf kepada mereka suami dan isteri serta menjelaskan bahwa hal itu adalah gurauan semata. Kepala Bagian ini meskipun dia orang serius,  dia menjadi Orang Fasik ketika guyonan tadi.

Inilah kesalahan kita. Kalau kita biasa serius maka hati-hatilah jika bergurau. Apapun gurauan akan dianggap serius.
Sebaliknya, jika kita terkenal suka bergurau maka ketika ada urusan serius sulit untuk dipercaya.

Hubungan kita dengan anak, kadang juga perlu tabayun. Jangan terlalu cepat menuduh anak membolos kuliah ketika dia di rumah saja. Tanyakan baik-baik, jangan cepat menuduh. Karena jika salah maka kita yang akan menyesal.

Bersabarlah sebentar,  cari suasana yang tepat untuk tabayun. Karena tabayun yang tidak tepat waktu juga akan menyebabkan miskomunikasi.
Ayat di atas juga menjadi bukti bahwa Al Qur'an tidak hanya mengatur urusan akhirat saja,  tetapi juga mengatur apa yang sebaiknya kita lakukan di dunia.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar