Rabu, 23 Mei 2018

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

MENJAGA HATI

Tanggal : 6 Ramadhan 1439 H / 22 Mei 2018

Nara Sumber : Dr. H. Haerudin,  SE, MT

Ketika kita puasa,  yg sulit bukan menahan lapar ataupun haus. Misalkan jamnya ditambah pun tidak akan menjadikan masalah terhadap kekuatan kita. Akan tetapi yg paling berat adalah menjaga hati,  menahan nafsu.

Banyak yg kalah ketika menahan nafsu. Ini tantangan paling besar bagi orang yg berpuasa.
Contohnya adalah : Menahan Marah.
Kita tahu bahwa tujuan puasa adalah menjadikan orang bertaqwa.  Dan kriteria orang yg taqwa adalah :

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ

"yaitu orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain...."
(QS. Ali 'Imran 134)

Salah satu ciri adalah Menahan Marah. Menahan marah tidak berarti Tidak Marah.  Bisa saja hatinya marah,  tetapi ditahan ( bahasa jawa : mangkel) .Dapat saja hatinya tersinggung,  tapi tak boleh keluar. Ini hal yg sangat berat.

Dalam kitab Ihya Ulumuddin dikatakan bahwa MARAH adalah awal DENGKI, DENGKI adalah awalnya FITNAH. FITNAH adalah awalnya PERMUSUHAN dan akibatnya adalah KEHANCURAN.
Jadi marah itu bukannya tidak berbahaya. Marah itu sangat berbahaya terhadap Silaturahim karena menyebabkan Kehancuran. Maka puasa yg benar itu sangat berat.

Kenapa terjadi Kemarahan?
Karena menganggap orang lain salah. Makanya dalam Surat Ali Imran ayat 134 di atas ada Persyaratan orang Taqwa : MEMAAFKAN KESALAHAN.
Ini tidak mudah. Mulut bisa bilang Memaafkan,  tapi dilain waktu kadang dipermasalahkan lagi,  diungkit lagi.  Ini artinya belum mencapai tingkat MEMAAFKAN.  Kadang lupa akan kesalahan orang, tapi bila masih mengingat berarti belum ikhlas Memaafkan. Puasa yg benar harus bisa menghilangkan hal tadi.

Sebenarnya LISAN adalah akibat kondisi HATI. Orang yg hatinya baik tak mungkin mengeluarkan lisan Jelek. Orang yg baik tidak akan menyimpulkan kejelekan. Orang yg Suudzon sama orang lain hatinya jelek. Rasulullah SAW tidak mengenal suudzon. Ketika kita suudzon itu kita mengumpulkan sifat-sifat jelek kita sendiri dan dibayangkan pada orang lain. Perilaku orang lain dianggap seperti dirinya.

وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ   ۗ  اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 36)

Kadang kita suudzon,  teman kita tak hadir dalam pertemuan pasti karena malas. Memangnya punya dasar apa menuduh demikian? Kita menghukumi padahal tak punya data.
Padahal perintahnya jelas : "Jangan kamu mengikuti sesuatu yg kamu tidak tahu !"

Sering terjadi kita menerima berita dari orang lain,  yg kita tidak tahu. Mungkin berita itu benar. Tapi mungkin juga salah. Dalam hati berkata : " Tak mungkin temanku menipu aku .. "
Mungkin teman kita tidak menipu,  tapi dia juga tidak tahu, dia cuma pembawa berita.  Bisa seperti itu.

Hati-hati, sering kita tidak punya data tetapi menyimpulkan orang itu begini-begitu..
Jangan hanya karena teman tak hadir rapat lalu disimpulkan malas. Itu bukan data. Bisa saja dia sudah berangkat tapi ada gangguan kendaraan, mungkin ada kendala lain.

Seringkali kita terjebak dengan analisa angan-angan kita (persepsi). Padahal persepsi amat sangat tergantung pada apa yg ada dalam dirinya. Seringkali orang sudah menyimpulkan sesuatu dengan data yg amat minim. Orang yg baik tidak akan mempersepsikan sesuatu yg jelek.

Ibarat menonton film,  kita membuat penilaian sesuai dengan persepsi kita masing-masing. Yg bisa melihat keterkaitan alur antar adegan akan mengatakan filmnya bagus. Yg tidak melihat akan mengatakan filmnya tak karuan.

Ketika kita menganalisa sesuatu maka kita mengumpulkan semua data yg kita peroleh lewat mata,  lewat telinga kemudian hati kita menyusun sesuai theori kita. Maka kelak ,  telinga,  mata dan hati kita akan diminta pertanggung -jawaban. Kenapa kamu memutuskan sesuatu yg jelek?

Dikisahkan ada seorang wanita mendatangi Rasulullah sambil menangis, minta dihukum karena dirinya habis berzina. Tetapi Rasulullah tidak mempunyai data,  dengan siapa wanita itu berzina,  saksinya juga tidak ada. Maka Rasulullah tak mau memberi hukuman,  padahal hukuman itu diminta oleh yg bersangkutan atas pengakuannya. Ini adalah pelajaran bagi kita,  bahkan seorang yg disayang Allah tidak menghukumi sesuatu ketika kurang data.

Demikian juga dengan Fitnah oleh Kafir Quraisy terhadap isteri Rasulullah. Itu hanyalah fitnah satu data yg dibesar-besarkan. Maka tidak ada putusan.

Di jaman sekarang ini dengan maraknya berita di WA,  maka kita perlu hati-hati.
Jangan gampang nge-share di Grup WA bila tidak yakin. Karena akan memproduksi dosa jariyah bila ternyata salah. Kita hanya nge-share sekali, tetapi mana bisa kita menghentikan viralnya sharingan WA kita ? Bisa bertahun-tahun muncul dan memutar kembali.

Jangan nge-share sesuatu yg tidak tahu. Bila ingin nge-share, kirimlah sesuatu yg pasti dan baik atau bermanfaat ,  misalnya Hadits atau Pendapat ulama.
Misal tentang sahnya shalat berjama'ah yg berbeda niatnya. Misal seorang yg shalat sunah Bakdiah,  tiba-tiba dimakmumi oleh orang yg baru datang dan shalat fardhu. Itu sah menurut pendapat ulama,  tapi tak ada haditsnya.

Berbeda dengan share berita. Melihat berita yg benar atau salah saja susah. Kadang ada berita kematian seseorang,  kita ikut share,  ternyata orangnya masih hidup. Tiga bulan kemudian orangnya benar-benar wafat malah tak ada yg nge-share berita,  khawatir salah.
Maka jangan kamu ikuti sesuatu yg kamu tidak tahu.

Tentang klarifikasi berita,  perlu diingat bahwasanya jangan mencari kejelekan seseorang. Kadang ada berita sampai kepada kita tentang kejelekan seseorang.
Maka haram hukumnya untuk mencari bukti tentang kejelekannya itu. Tak boleh diteruskan mencari kejelekan seseorang,  karena untuk apa?  Karena jika kita tahupun tak boleh memberitakannya.

Yang dalam hati saja akan ditanya Allah, walaupun tidak terungkap dalam statement kita, apalagi yg terucap. Kenapa kamu membawa hal itu ke hatimu?  Hati-hati,  kebiasaan ini sering dilakukan secara tidak sadar.

Dalam WA itu kebohongan luar biasa. Dan orang akan tertarik dengan berita yg bombastis. Maka sebenarnya lebih aman jika hanya mengirim berita secara pribadi, bukan ke Grup.

*TANYA-JAWAB*

Pertanyaan 1 :

Dalam medsos itu susah memilih mana berita benar dan mana yg salah. Bagaimana kiat atau cara untuk mengetahui

Jawaban :

Tidak tahu.
Maka saya mengambil sikap tak mau share berita,  khususnya ke Grup.
Maka akan lebih aman komunikasi pribadi karena sifatnya adalah konsultasi.

Beda masalahnya jika itu tentang Sikap Perjuangan,  itu lebih mantap karena merupakan pendapat. Kita harus memilih untuk bersikap diantara pilihan.
Jangan mengira bahwa mereka yg dholim tidak memproduksi berita. Pasti mereka memproduksi berita dholim.

Pertanyaan 2 :

Biasanya yg kita kenal adalah Amalan Jariyah yg pahalanya mengalir terus.
Pertanyaannya tentang dosa Jariyah,  dalilnya dari mana?

Jawaban :

Ada suatu hadits tentang seseorang yg membangun tempat maksiat. Selama tempat maksiat itu terus dipakai maka dosanya terus mengalir kepadanya,  walaupun dia sudah meninggal.

Contohnya,  bila orang membangun tempat judi maka selama gedung itu dipakai untuk judi,  dosa terus mengalir.
Beda jika niatnya adalah membangun Gedung Dakwah,  tetapi setelah dia wafat penerusnya bukan orang yg baik dan mengubah jadi tempat judi.
Maka dia,  pembangun gedung itu selamat,  tidak kena dosa jariyah.

Makanya jangan membuat sesuatu yg salah,  termasuk aktivitas share berita hoax,  kesalahan akan permanen mengalirkan dosa.

Kesimpulannya adalah pentingnya Menjaga Hati,  tidak mudah ngeshare berita. Manfaatkan HP untuk yg jelas manfaat misal membaca Al Qur'an,  mencari dalil atau Hadits untuk menambah ilmu agama dan sebagainya.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar