Rabu, 23 Mei 2018

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

MAKNA IHTISABAN

Tanggal : 7 Ramadhan 1439 H / 23 Mei 2018

Nara Sumber : Drs.H. Marsquri, MPd

Ada orang yg menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan agak khawatir :
" Wah,  ini belum Puasa saja cuaca panasnya seperti ini. Lalu nanti kalau Puasa bagaimana nanti... ?"
Dari segi nalar ini wajar, bisa dibenarkan. Namun siapa yg menyangka bahwa ketika kita mulai masuk bulan Ramadhan bahkan sering hujan. Pada waktu siangpun juga mendung. Ini semua membuktikan bahwa apa yg ada di depan kita,  kita tidak tahu. Ini adalah rahasia Allah.

Karena itu maka kita sebagai umat muslim seharusnya Khusnudzon kepada Allah SWT. Mestinya yg semula mengkhawatirkan cuaca akan "keweleh" (malu karena pendapatnya keliru).Adanya hujan ini membuktikan adanya berkah Allah.

Kita sudah memasuki hari ke 7 puasa,  maka sudah waktunya kita melakukan retrospeksi kira-kira bobot puasa yg telah kita lakukan seperti apa? Sebab Nabi SAW sudah pernah memberi peringatan kepada kita agar jangan sampai puasa kita hanya bernilai lapar dan dahaga saja.

"Ka min shoimin laisa lahu min shiyamihi illal ju'i wal athosy."

Kalau hanya itu yg kita dapatkan maka alangkah ruginya , karena tidak dapat menangkap substansi dari ibadah puasa itu sendiri. Persoalannya adalah bagaimana kita dapat memperoleh apa yg dijanjikan oleh Allah,  yaitu ampunan dosa yg telah lalu.

Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan atas landasan iman dan mengharap pahala dari sisi Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Dan diakhir puasa mendapatkan derajat Mutaqin. Pasti orang yg beriman sangat mengharapkan hal tersebut.

Allah SWT berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah  183)

Kalau puasa kita orientasinya mengharap kesitu (ihtisaban) ; maka pertanyaannya apakah ibadah yg kita lakukan sudah mengharap kesitu atau belum.
Jangan-jangan hari-hari kita di bulan Ramadhan ini masih biasa-biasa saja seperti kemarin. Supaya ada bobot,  maka hari-hari kita harus ada perubahan yg lebih baik.

Untuk menggambarkan ihtisaban (harapan mendapat pahala) , kita mencoba ilustrasikan ibadah puasa kita itu sebuah lokomotif kereta api yg menarik gerbong-gerbong yg banyak sekali dan berjalan di atas rel yg telah ditentukan yaitu syariat islam.

Mungkin ada yg merasa sudah melakukan puasa dengan baik. Karena muslim dan sudah berniat puasa,  sudah makan sahur dan menahan hal-hal yg membatalkan puasa sejak fajar sampai maghrib. Memang itu syariat puasa tapi itu belum mencapai derajat untuk menggapai apa yg telah dijanjikan Allah.
Apabila puasa hanya seperti itu maka ketika selesai, akan kembali seperti semula.

Yg perlu diperhatikan adalah ketika lokomotif Puasa tadi menarik gerbong-gerbong,  apa isi gerbong tersebut?  Ini yg penting untuk memberi bobot pada puasa itu sendiri. Jangan sampai ketika sampai ke stasiun tujuan gerbong tadi kosong,  atau bahkan membawa kemaksiatan.

Maka mari kita lihat gerbong yg ditarik puasa,  mungkin berupa :
Gerbong 1 : Tadarus
Gerbong 2 : Sedekah
Gerbong 3 : Qaulan Makrufan
Gerbong 4 : Shalat Fardhu Berjama'ah
Gerbong 5 : Shalat-shalat Sunah
Intinya apakah gerbong tadi ada isinya?  Atau masih kosong seperti biasanya.. ?
Mungkin masih ada gerbong lain. Jika masih banyak gerbong lain yg berupa amalan sholeh dan semua gerbong terisi penuh in syaa Allah lokomotif puasa tadi telah sukses sesuai dengan yg diperintahkan dan termasuk puasa yg berkualitas.

Ini sebenarnya kegelisahan kita,  karena kita ini sudah bertahun-tahun menjalani puasa. Apakah puasa kita sudah mengubah diri kita menjadi semakin baik?

Kita bisa mengambil iktibar pada seekor ulat yg berpuasa mengurung diri menjadi kepompong. Ulat itu menjijikkan dan menakutkan sebagian orang. Jika dipandang dia jelek kalau dipohon dia merusak. Tapi pada saat menjadi kepompong dia menghentikan semua kegiatan buruknya. Ketika waktunya selesai dia keluar dan berubah menjadi makhluk yg indah yaitu kupu-kupu. Berubah bentuk dan perilakunya. Semua suka melihat kupu-kupu dan ketika dia hinggap pada bunga, dia membantu penyerbukan.  Dia makhluk yg berguna dan indah.

Harapan kita puasa kita juga seperti kepompong yg mengubah kita menjadi manusia baru,  dihapus dosa-dosanya dan mencapai tingkat takwa. Bukan sekedar gugur kewajiban dengan menghindari hal yg membatalkan puasa,  yaitu ada 3 :
Makan dan minum,  Berhubungan suami istri dan Memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar menjadi bersemangat atau kenyang.

*TANYA - JAWAB*

Pertanyaan :

1.  Terkait dengan gerbong tadi agar berbobot ,  kenyataan ada banyak pilihan amalan yg bisa dipilih,  misal antara membaca mushaf Al Qur'an sendiri di rumah dengan target mengkhatamkan dalam sebulan,  atau menghadiri Kajian Ramadhan. Bagaimana memilihnya.
2. ‎Di WA beredar amalan do'a Ramadhan mulai hari ke 1 dan seterusnya,  bagaimana dibandingkan dengan do'a Ramadhan secara umum yg diajarkan.
3. ‎Ada ustadz yg mengatakan bahwa batalnya Puasa tidak sekedar seperti yg tadi disebut,  tapi juga batal jika memasukkan sesuatu ke 5 lubang tubuh. Contohnya mengkorek kotoran telinga atau hidung. Ini bagaimana?

Jawaban

1. Ada hadits ;

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ ( رواه البخاري .)

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari]

Memang benar bahwa membaca Al Qur'an amat baik dan banyak pahalanya, banyak yg mentargetkan khatam 3 atau 2 kali dalam sebulan dan kadang ada yg diceritakan. Lepas dari masalah riya, hal tersebut memang baik namun seperti dikatakan dalam hadits bahwa ada dimensi yg lebih baik,  yaitu mengamalkan Al Qur'an. Maka kita perlu mengaji agar dapat mengamalkan Al Qur'an. Maka ketika kita sibuk kesana kemari dalam rangka mengamalkan Al Qur'an, misal menghadiri Majelis ilmu atau Memberi santunan dhuafa itu lebih baik,  karena mengamalkan Surat Al Ma'un.

2.  Do'a itu memang banyak dan saya yakin dari segi teksnya pasti baik. Namun kita tak tahu dari mana asal usul do'a tadi,  mungkin dari ulama.
Ketika kita berdo'a dalam konteks ritual, maka sebaiknya memakai do'a yg matsurat,  yg memang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Dalam kajian fiqih itu memang banyak pendapat yg debatable . Kemudian karena dalam rangka ibadah maka menerapkan kehati-hatian. Ketika itulah muncul hal-hal yg kadang terlalu protect,  hal-hal yg sebenarnya tidak membatalkan dianggap membatalkan, seperti "Menangis" ada yg menganggap batal puasanya.
Menurut saya yg membatalkan puasa hanya dua,  yaitu makan- minum dan hubungan suami-isteri. Dari makan minum berkembang jadi memasukkan sesuatu ke dalam tubuh sehingga menguatkan tubuh atau menimbulkan semangat,  misal Merokok atau Suntik atau memasukkan obat ke dubur.
Masih ada lagi unsur sengaja atau tak sengaja. Makan bila karena lupa,  tak sengaja tidak batal puasanya.
Maka menurut saya tentang mengorek lobang hidung atau telinga itu tidak membatalkan puasa.

Wallohu alam

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar