Senin, 07 Mei 2018

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

Kajian Ahad Muhammadiyah Banyumanik

KORELASI ANTARA ROJAB, SYA'BAN DAN RAMADHAN

Tanggal : 20 Sya'ban 1439 H/ 6 Mei 2018

Nara sumber : Drs. H. Syarif Hidayat MPd


Rojab adalah salah satu bulan yg dimuliakan Allah.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram.." (QS. At-Taubah 36)

12 bulan ini sebenarnya sudah ada sebelum islam datang. Allah menyebutkan secara resmi hanya di dalam kitab Al Qur'an,  tak pernah disebutkan dalam kitab Injil ,Taurat maupun Zabur.
Kenapa Allah menetapkan 12 bulan dalam setahun? Karena pada awal-awal kenabian jumlah bulan sampai 13 atau 14 seperti disebutkan dalam kalender China Kuno. Maka Al Qur'an adalah kitab yg pertama kali menetapkan setahun adalah 12 bulan.

Ketika Allah menetapkan ada 12 bulan,  sudah langsung disebutkan adanya 4 bulan Haram,  atau yg dimuliakan.
Dalam tafsir Ibnu Katsir ketika menafsirkan bulan haram pada Surat Al Baqarah ayat 194 disebutkan bahwa yg dimaksud adalah bulan Dzulqo'dah,  Dzulhijjah,  Muharram dan Rojab.

*1.  Dzulqo'dah dan Dzulhijjah*

Dua bulan tadi adalah sejarah awalnya Ibadah Haji ditetapkan sebagai Rukun Islam. Bahwa ibadah haji adalah wajib bagi mereka yg mampu.
Maka bagi mereka yg tidak mampu Allah memberikan hadiah hiburan bahwa siapa yg mengerjakan Shalat Jum'at 40 kali tidak terputus , pahalanya seperti melaksanakan ibadah haji. Maka ada istilah bahwa hajinya orang miskin adalah Shalat Jum'at. Maka janganlah sekali-sekali membuat alasan meninggalkan shalat jum'at.

Saat ini begitu sulitnya kita melaksanakan haji,  karena daftar tunggunya saja sudah sampai 22 tahun. Padahal kebiasaan kita mendaftar haji ketika sudah longgar,  nunggu pensiun usia 58 baru mendaftar. Akhirnya berangkat sudah tua sekali. Mestinya kita bisa belajar pada Malaysia,  karena mereka simultan ketika mendaftar akte kelahiran langsung mendaftarkan haji. Sehingga usia 25 sampai 35 sudah haji.
Kita ini lebih senang mengurus asuransi anak daripada mendaftarkan haji untuk anak,  lebih khawatir terhadap masa depan anak di dunia dari pada masa di akhirat kelak.

*2. Pentingnya menjaga Makna Haji Mabrur*

Pendapat Syeh Ali Zainal Abidin :
Orang yg hajinya mabrur tidak diukur dari apa kendaraan mereka,  penginapan mereka,  bekal materi mereka atau banyaknya oleh-oleh yg dibawa mereka tetapi diukur setelah pulang haji semakin sholeh atau tidak.
Namun yg terjadi adalah kebanyakan berlomba mengejar fasilitas untuk berangkat , penginapan dan sibuk berburu oleh-oleh haji. Tak sadar bahwa kebanyakan oleh-oleh haji tersebut malah mungkin asalnya dari Indonesia.

Yg terpenting adalah bagaimana sepulang haji tetap menjaga kemabruran haji. Yg tadinya shalatnya bolong-bolong atau tidak tepat waktu sekarang malu bila shalatnya terlambat. Lepas dari ikhlas atau tidak,  maka hal tersebut akan dapat menjadi contoh buat yg lain.
Malu jika sudah haji tidak berjama'ah , malu jika tidak ikut pengajian.
Jangan sampai merasa bahwa pahala hajinya sudah banyak,  karena pahala tak dapat dihitung dengan matematika.
Ingat bahwa hitungan Pahala dan dosa adalah memakai Hitungan Allah yaitu Hidayah dan Rahmah.
Maka tugas kita bila belum haji adalah bagaimana mengusahakan agar bisa Haji dalam usia muda sehingga bisa menjaga makna haji mabrur lebih lama.

*3. Bulan Muharram*

Muharram adalah bulan pertama dari kalender Hijriyah. Tetapi karena yg dipopulerkan adalah nama lain yaitu Suro maka nama bulan Muharram menjadi asing. Mengubah budaya ini butuh usaha pembiasaan.
Kita tidak gampang mengembalikan istilah Minggu menjadi Ahad. Padahal kalender setelah kemerdekaan sampai tahun 70 an tak ada hari Minggu,  yg ada hari Ahad. Kebalikan dengan sekarang, kita sulit mencari Kalender dengan hari Ahad.  Ini butuh pembiasaan tiap hari. Apakah ini penting?  Penting !
Agar generasi muda mengenal arti Ahad dan apa itu Minggu.

Sama dengan Muharram, apabila kita tidak membiasakan dengan menyebut bulan Muharram maka yg terbayang adalah Suro dengan segala macam kegiatan bulan Suro. Apalagi keadaan di Indonesia yg belum lepas dari Paganisme dan Sinkretisme, yaitu budaya-budaya yg tidak sesuai dengan Syariah agama.
Paganisme dan Sinkretisme tidak hanya di Indonesia,  bahkan juga ada di Arab.
Ketika Nabi telah hijrah dan kebetulan terjadi gerhana,  yg pada saat itu juga kebetulan Putra Nabi wafat, maka ada yg mengatakan bahwa gerhana terjadi karena wafatnya putra Nabi. Hal ini tentu saja dibantah Nabi dan menjelaskan bahwa gerhana adalah peristiwa alam.

Maka bila bulan Suro ini tetap dibudayakan,  apalagi bertepatan dengan malam jum'at kliwon dan mungkin ada bencana , petir dan sebagainya,  maka ini akan menjadi makanan empuk untuk penyesatan-penyesatan oleh kaum Paganisme dan Sinkretisme yg biasa disebut Paranormal,  yg sebenarnya lebih tepat disebut : Para tidak Normal.
Padahal itu semua adalah sunatullah sehubungan dengan perputaran alam. Maka kita perlu membiasakan diri dengan bulan Muharram.

Kata "Suro" sendiri asalnya dari Sabda Nabi yg kemudian berubah pengucapannya. Asalnya ketika Rasul menyebutkan tanggal 10 Muharram sebagai Hari Asyura.
Banyak riwayat yg mengisahkan Pertolongan atau Kasih sayang Allah untuk menyelamatkan para Nabi, turun pada tanggal 10 Muharram. Maka tanggal 10 Muharram juga disebut Hari Kasih Sayang. Dan Nabi memperingati dengan berpuasa dan menyantuni orang miskin dan anak yatim.

Sebenarnya pada tanggal 10 Muharram itu orang Yahudi dan Nasrani juga berpuasa.  Bahkan menurut Injil Barnabas,  mereka juga puasa putih seperti umat Islam pada tanggal 13, 14 dan 15. Namun puasa mereka berbeda. Orang Jawa juga mengenal Puasa Putih yg beda,  dan disebut Puasa Mutih,  beda syariatnya.

Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan,  ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’

Nabi SAW bersabda : " Bukankah kita beriman kepada Nabi Isa a. s,  Nabi Ibrahim a. s dan Nabi Ishak a.s ?

  كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ  ۗ  لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ

"... Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.." (QS. Al-Baqarah 285)

Kita umat islam wajib mengimani 25 Rasul,  maka kalau mereka berpuasa, kita umat islam juga berhak untuk puasa. Dan untuk menyelisihi kaum Yahudi,  Nabi SAW memerintahkan :
“Berpuasalah pada hari ‘Asyura dan selisihilah kaum Yahudi dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.”

Jika engkau tidak bisa berpuasa tanggal 9, 10, dan 11 , maka engkau berpuasalah pada tanggal 9 dan 10 atau tanggal 10 dan 11 Muharram .Bila itupun tidak dapat,  maka berpuasalah pada tanggal 10.

Muharram adalah bulan Mulia,  namun justru banyak yg takut dengan Muharram. Mau melakukan perletakan Batu pertama,  mau menikahkan anak, semua menunggu Muharram lewat dulu.
Suasana ini tak akan berubah jika kita tidak berani melakukan perubahan.

*4. Bulan Rojab*

Bulan Rojab menjadi istimewa karena ada peristiwa besar, yaitu Isra' Miradj. Bagaimana mungkin jarak Mekkah ke Palestina pulang pergi hanya ditempuh dalam satu malam. Padahal pada waktu itu kira-kira membutuhkan 2 bulan perjalanan.

Tentu tak bisa dijelaskan karena kita memakai pikiran dan cara manusia. Peristiwa Isra' Miradj itu menggunakan teknologinya Tuhan. Kita ambil contoh perkembangan teknologi manusia. Jaman dulu untuk berkomunikasi membutuhkan waktu 2 minggu,  karena kita memakai surat lewat Pos. Sekarang untuk komunikasi cuma butuh berapa detik saja lewat SMS/ WA.

Manusia berfikir mengikut hukum alam. Padahal hukum Alam hanya berlaku untuk makhluk Allah dan tidak berlaku untuk Allah.
Maka dikisahkan ketika Nabi Ibrahim dibakar, tapi Allah tak berkehendak maka api jadi dingin.

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰۤى اِبْرٰهِيْمَ

"Kami (Allah) berfirman, Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim," (QS. Al-Anbiya 69)

Maka Isra' Miradj pun bisa diyakini dengan akal,  tidak sekedar iman.
Inti Isra' Miradj adalah perintah Shalat.
Shalat mempersyaratkan pelakunya : Suci diri,  Suci pakaian,  Suci Tempat dan Menutup aurat.

Terkait dengan judul,  Korelasi Rojab, Sya'ban Dan Ramadhan.  Maka kita fahami bahwa bulan Rojab adalah bulan Persiapan mensucikan diri .
Seperti ketika mau Shalat kita harus mensucikan fisik kita maka pada bulan Rojab kita bersiap mensucikan diri dengan banyak melakukan Puasa.
Kita tak perlu berdebat tentang puasa Rojab yg mana ? , karena ada kemungkinan di jaman Cyber War ini ada yg bertujuan ingin memecah belah umat. Ingat jaman dulu ada Snuck Hurgronye yg menyamar jadi islam untuk mengadu domba. Tujuan mereka adalah agar umat islam sibuk berdebat tentang dalil dan tak ada waktu untuk memikirkan Kemajuan.

Kembali ke bulan Rojab, adalah bulan evaluasi ;
1.  Apakah Shalat kita sudah lengkap?
2. ‎Bila sudah lengkap apa sudah dilengkapi dengan Qobliyah dan Bakdiyah?
3. ‎Apakah shalat kita sudah ditambah dengan shalat malam?
Bila itu semua sudah dilakukan maka kita masih harus mengevaluasi shalat kita apa sudah memenuhi : Syarat Shalat, Rukun Shalat dan apakah kita sudah tahu Sunah-sunah shalat.?
Maka ketika kita melihat perbedaan pada Sunah- sunah,  hal ini tidak akan menjadi masalah pada diri kita.

Itu terkait bulan Rojab sebagai persiapan. Lalu kenapa dengan Sya'ban. ? Apakah Sya'ban dan Ramadhan bukan bulan mulia?
Rasulullah SAW bersabda,
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i).

Dalam hadits lain :

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ،....

“Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah SAW berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan..”

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi SAW  berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jadi Rasul melakukan ibadah puasa yg banyak di bulan Sya'ban.

Banyak orang berpuasa,  tapi tidak mendapat apa-apa. Rasulullah SAW bersabda :

"KAM MIN SHOIMIN LAISA LAHU MIN SHIYAMIHI ILLAL JU'U WAL 'ATHOSY"

"begitu banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan pahala, kecuali mendapatkan haus dan laparnya saja"

Jadi kalau di atas tadi kita diajarkan membersihkan fisik,  maka dengan Puasa kita dilatih untuk membersihkan hati dari berbagai Penyakit hati.
99% penyakit hati berasal dari Hablu minanas. Maka Nabi mengajarkan kepada kita untuk Silaturahim.
Kepada yg masih hidup kita minta maaf dan datang memberi sesuatu. Karena ketika kita memberi itu maka mereka akan menerima dan terjalin silaturahim.
Kepada yg meninggal kita mendo'akan. Dan ketika kita mendo'akan hendaknya tahu etika berdo'a.

Berdo'a boleh dimana saja. Ketika kita memilih berdo'a di makam maka kita harus tahu etika memasuki makam :

1.  Salam kepada Ahli Kubur

Jangan tak mau mengucap salam karena merasa tak ada yg menjawab. Karena memang ada salam yg tak boleh dijawab,  yaitu Salam ketika Shalat dan Salam kepada Ahli Kubur. Meskipun mereka tak menjawab tapi mereka mendengar salam.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا  ۗ  بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ

"Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki,"
(QS. Ali 'Imran 169)

2. Tidak boleh menginjak, melompati atau menduduki makam.

Larangan melompati makam ini hampir sama dengan larangan melewati orang yg shalat. Maka mengatur makam semestinya seperti konsep mengatur Shof Shalat Jama'ah.

Pelajaran bagi kita,  kenapa makam di tempat kita tak karuan,  kenapa Makam Belanda yg ada disini bisa rapi?  Padahal kita,  orang islam yg punya konsep Shalat Jama'ah.

Konsep Shalat Jama'ah adalah :
Yg datang pertama menempati Shaf pertama. Anak-anak dipisahkan dari Orang dewasa. Maka mestinya ketika memakamkan jenazah juga demikian. Disini makam semrawut,  ada makam yg kosong karena orangnya masih hidup.

3.  Mendo'akan,  bukan Minta do'a pada Makam.

Pada awal hijrah Nabi SAW melarang ziarah untuk menyelamatkan akidah, karena orang Muhajirin yg gugur dan ada keluarganya yg tidak ikhlas, mereka menangisi kematian. Dan do'a mereka salah.
Namun karena pentingnya mengingat Mati,  maka Nabi SAW mengijinkan lagi ziarah kubur.

Maka Korelasi antara Rojab,  Sya'ban dan Ramadhan adalah ketika Rojab kita membersihkan badan dengan latihan banyak Shalat. Ketika Sya'ban kita membersihkan Hati dengan latihan banyak  Puasa. Dan ketika Ramadhan,  Tamu agung kita datang kita sudah terbiasa menyambutnya dengan banyak Shalat dan Puasa.


*TANYA - JAWAB*

Pertanyaan :

1. Bagaimana hukumnya jika ada orang memesan kuburan lebih dulu ketika dia masih hidup. Karena di Yayasan Khusnul Khotimah juga begitu.

Jawaban :

Hukum memesan makam ketika masih hidup itu tidak apa-apa. Pada prinsipnya adalah bahwa makam harus diatur,  seperti tadi saya katakan seperti Manajemen Orang Shalat,  ada Sutrah atau Batas.
Saya yakin bahwa mereka yg profesional seperti Mount Caramel,  Khusnul Khotimah sudah melaksanakan itu,  bahwa makam diatur menurut kapling, dibedakan antara anak dan dewasa (terkait panjang makam)  agar rapi. Maka tak ada masalah disana.
Masalah kita ada di makam umum yg semua memiliki,  tak ada manajemen yg mengatur disana sehingga makam tidak rapi. Ini perlu dibenahi.

Pertanyaan :

2. Ketika usia kita sudah tua tapi belum haji. Kita punya dana tapi cukupnya hanya untuk umrah saja,  ini bagaimana.

Jawaban :

Pada prinsipnya kita harus mengutamakan yg wajib,  baru kemudian yg sunah. Haji itu wajib bagi yg mampu.
Tentang usia ternyata tak dapat menjadi pedoman,  ada orang tua yg kuat karena dimampukan Allah kesehatannya, sebaliknya ada yg muda tapi tidak mampu.
Kalau mau umrah dulu juga tidak apa,  cuma harus diingat bahwa Umrah Ramadhan yg pahalanya seperti haji,  Shalat Jumat 40 kali yg pahalanya seperti haji itu tidak menggugurkan kewajiban naik haji.
Masalah kita adalah tidak obyektif terhadap kemampuan. Mengatakan belum mampu tapi bisa beli mobil,  bisa beli asuransi.  Ini namanya tidak obyektif.


Pertanyaan :

3. Ketika kita bertakziah kemudian membaca Yasin itu bagaimana?

Jawaban :

Menurut Imam Maliki menghadiahkan bacaan do'a kepada mayit itu boleh.
Baca Yasin boleh,  Al Kahfi juga boleh,  do'a Thoyibah lain boleh.
Selama ini kita anggap itu pendapat Imam Syafi'i,  keliru karena itu pendapat Imam Malik. Pendapat Imam Syafi'i tentang mengirim pahala dapat dilakukan oleh anak si mayit,  yaitu dengan memanfaatkan harta yg ditinggal oleh mayit.

Masalahnya pahalanya sampai ke mayit atau tidak itu Wallohu alam. Tetapi kita yg membaca kan dapat pahala.
Kenapa harus Yasin?  Karena itu kebiasaan saja. Saking biasanya meskipun lampu mati tetap jalan,  karena sudah hafal. Kalau mau diganti Al Kahfi pun tidak apa, pahala lebih banyak karena lebih panjang. Tapi mungkin tak ada yg hafal,  harus dibiasakan dulu.


Pertanyaan :

4. Ketika selesai shalat dan sudah salam kita ragu jumlah raka'at kurang atau kelebihan,  bagaimana?


Jawaban :

Ada dua cara,  yg pertama dengan menghapus keraguan dan memantapkan yg tidak ragu.
Cara kedua dengan Sujud Sahwi. Dapat dilakukan sebelum salam atau sesudah salam.
Bila shalat jama'ah dan imam Sujud Sahwi sebelum salam maka makmum harus ikut.
Tapi bila sudah salam,  cukup imam saja yg sujud sahwi.


Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar