Rabu, 30 Mei 2018

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

MEMAHAMI SUNATULLAH

Tanggal : 13 Ramadhan 1439 H / 29 Mei 2018

Nara Sumber : Dr. H. Haerudin,  SE. MT

Puasa adalah satu-satunya ibadah yg nilai pahalanya sangat tergantung pada kegiatan lain. Berbeda dengan ibadah Shalat, Zakat ataupun Haji . Pahala shalat diperoleh karena Shalat tersebut, demikian juga Zakat dan Haji. Namun Puasa bisa berpahala atau bahkan tidak mendapat apa-apa,  tergantung amal-amalnya yg lain. Kegiatan yg lain dapat mengakibatkan Puasa tidak ada artinya.

Kita sudah menjalani Puasa selama 13 hari,  maka mestinya kita dapat menilai bagaimana dengan puasa kita, apakah kita sudah tambah beriman ? Ketika kita di rumah sendirian, kita tidak mau membuka lemari es untuk mengambil sedikit makanan atau minuman. Karena kita merasa diawasi Allah. Ini antara lain yg menunjukkan keimanan dan keikhlasan kita.

Adalah beda jika kita beribadah karena merasa diawasi manusia. Kadang tanpa terasa kita juga akan mengawasi ibadah orang lain. Dalam hati bisa jadi kita membandingkan dan merasa diri lebih baik ibadahnya. Bahkan tak terasa malahan menasehati orang lain : Kamu jangan begini atau begitu... padahal bila mau introspeksi dirinya ternyata lebih buruk.

Semua ibadah mahdoh harus membentuk pribadi,  bukan sekedar melaksanakan kewajiban lalu selesai begitu saja. Shalat , Zakat,  Puasa dan Haji harus dapat membentuk pribadi. Tujuan akhirnya harus dapat menghayati makna "Laa ilaha ilallah".Mudah -mudahan akhir hidup kita nanti bisa mengucapkan kalimat itu. Karena itu adalah ruh kehidupan. Tauhid kita adalah ruh kehidupan, bila itu sampai lepas menjadi syirik maka semua amalan menjadi tak ada makna sama sekali,  ibarat butir pasir di atas Batu yg tersapu air hujan, lenyap sama sekali. Maka tauhid harus kita pelihara.

Memelihara tauhid dengan cara  meyakini Tauhid Rububiyah, yaitu keyakinan bahwa Allah adalah Maha Pencipta,  satu-satunya Pencipta dan tak ada Pencipta lain selain Allah. Maka yg lain itu adalah makhluk. Karena Allah Pencipta maka Allah yg mengatur. Dia membuat segala aturan untuk mengatur alam semesta. Ini yg disebut dengan Sunatullah.

Allah menghubungkan sebab dengan akibat. Tak ada akibat yg tanpa sebab dan Allah atas segala sesuatu berkuasa.
Jika Allah berkehendak,  Allah bisa menjadikan semua garam di dunia menjadi manis rasanya. Maka jika Allah berbuat semaunya dan Manusia tak mampu mempelajarinya akibatnya manusia tak dapat berbuat apa-apa.

Sarjana kimia dapat bekerja karena Sunatullah bahwa ilmu tentang unsur kimia tidak berubah sifatnya selamanya. Bahwa bila dalam proses tertentu H ketemu O akan bereaksi jadi H2O. Bila sifatnya tak tentu maka manusia tak dapat menyimpulkan.
Seorang dokter menyuntik pasien dengan cara dan obat sama,  yg satu sembuh dan yg satu mati. Maka pasti ada masalah lain.
Seorang ibu akan bingung untuk memasak jika seandainya rasa garam berubah terus,  kadang asin- kadang manis -kadang Pahit.

*Sifat-sifat Sunatullah*

*1.  Sunatullah itu Obyektif*

Sunatullah berlaku secara umum. Seorang pedagang muslim rajin shalat,  tetapi cara menjualnya tak karuan,  maka dia akan rugi. Dilain pihak ada Pedagang Kafir tapi dia profesional cara berdagangnya maka dia akan untung. Karena mereka memahami Sunatullah.
Shalat bukanlah Sunatullah untuk menjadi kaya. Sunatullah untuk menjadi kaya adalah berusaha dengan baik dan benar.

Sunatullah berlaku obyektif, tak ada kecuali.  Sunatullahnya api adalah panas,  maka apa atau siapa terkena api akan terbakar. Lalu kenapa Nabi Ibrahim tidak terbakar ketika dibakar dengan api?  Karena ada Sunatullah lain yg bekerja.
Sunatullah itu yg membuat Allah,  dan ilmu Allah tak terbatas. Seandainya lautan dijadikan tinta dan Pohon dijadikan pena untuk menuliskan ilmu Allah,  maka sampai habis air lautnya dan kemudian ditambahkan tinta sebanyak itu lagi tak akan selesai untuk menuliskan ilmu Allah.

Seorang sopir tak boleh hanya mengandalkan telah baca bismillah kemudian ngebut dan ingin selamat. Sunatullah bila ingin selamat dia harus mengemudi dengan hati-hati dan mobil dalam keadaan baik.
Seorang ibu tak boleh meninggalkan masakan di kompor dan ditinggal pergi mengaji. Jika lupa mematikan kompor maka masakan akan gosong,  itu Sunatullahnya.
Maka kita harus melakukan segala sesuatu sesuai dengan Sunatullah yg kita ketahui. Bila nanti ada sesuatu Sunatullah lain yg bekerja itu bukan urusan kita,  karena di luar kemampuan kita. Banyak yg keliru tentang hal ini.

*2. Sunatullah barang SYAHADAH dan GHOIB*

Sunatullah barang syahadah adalah sunatullah barang nyata, bisa dipelajari melalui penelitian. Bisa dinalar dan diterjemahkan oleh akal kita.
Sunatullah barang Ghoib tak bisa kita nalar,  hanya bisa kita tanyakan kepada Allah,  karena Allah adalah pemegang kunci-kunci rahasia ghoib.

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ

"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia... " (QS. Al-An'am 59)

Ghoib itu ada yg sementara dan ada yg permanen. Waktu yg akan datang itu ghoib sementara. Kita tak tahu tentang apa yg akan terjadi nanti. Kita hanya bisa mengestimasi berdasar akal kita. Kita hanya bekerja pada Sunatullah syahadah yg terjangkau akal. Alam Kubur itu ghoib. Tetapi ketika kita sudah sampai sana maka tidak ghoib lagi. Demikian juga dengan Surga dan Neraka. Hanya Allah saja yg Ghoib permanen.

Hal yg ghoib jangan direkayasa dengan akal,  karena akal tidak mampu,  karena bukan wilayah penelitian manusia. Karena itu jangan mengandalkan sunatullah Ghoib, tanpa usaha diwilayah Syahadah.
Merokok,  adalah haram menurut fatwa Muhammadiyah. Jangan mengatakan ada Perokok sampai tua tidak mati-mati,  karena Kematian adalah wilayah Ghoib.
Merokok tak ada hubungan dengan mati,  bahkan Sakit pun tak ada hubungan dengan mati. Merokok difatwakan haram karena terkait dengan kesehatan. Sementara kesehatanpun tak ada hubungan dengan mati. Ada orang sakit-sakitan umurnya panjang dan ada orang sangat sehat mati muda.

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ  ۚ  فَاِذَا جَآءَ  اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْن

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf  34)

Ketika kita merasa tua juga perlu usaha menjaga kesehatan, itu Sunatullah. Jangan hanya pasrah menyerahkan kepada Allah. Seandainya tahu dirinya punya sakit mag maka harus menghindari masakan pedas.

Ada yg bilang bila ingin kaya shalat dhuha. Padahal do'a untuk kaya tidak hanya pada saat shalat. Jadi ini logika yg keliru. Tentang shalat dhuha ada dua pendapat. Ada hadits yg mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak mengerjakan shalat dhuha tiap hari. Tapi ada juga hadits yg menyebut tiap hari.

Orang Jawa menceritakan tentang keberadaan roh setelah mati. Padahal pengetahuan kita sedikit, mestinya tak perlu mengurusi.

وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ   ۗ  قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

"Dan mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang roh, katakanlah, Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit."
(QS. Al-Isra'  85)

Mereka yg menghadapi ujian bila ingin lulus harus belajar,  karena Sunatullahnya demikian dan bukan karena Puasa Daud.
Masih banyak orang yg mengartikan Sunatullah dengan salah. Karena sudah merasa ibadahnya hebat maka mengira semua akan beres dengan sendiri. Ini tidak benar,  karena manusia harus berusaha.

Kita contoh Nabi,  meskipun beliau orang paling dekat dengan Allah namun ketika akan perang selalu membuat strategi agar menang. Ketika perang Uhud umat islam kalah bukan karena strategi,  tetapi karena ketidak disiplinan.

Ketika hijrah juga Nabi memakai strategi menempuh jalan yg tidak biasa dilalui agar selamat. Ketika kita akan berdakwahpun juga harus memakai strategi agar berhasil. Ada petunjuk kata hikmah yg konon berasal dari Ali bin Abithalib ra :

"Kebenaran yang tak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir."
Ini Sunatullah,  harus ada usaha jika mau berhasil.

Maka ketika kita mau pergi Haji juga harus membawa perbekalan.

 وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى  ۖ  وَاتَّقُوْنِ يٰۤاُولِى الْاَلْبَابِ

"... Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!"
(QS. Al-Baqarah 197)

Perintahnya berbekal, maka selain bekal uang juga bekal ilmu. Karena itu ada manasik haji. Tak mungkin pergi haji "ngglundung" saja. Setelah memahami Sunatullah, kemudian melaksanakan Sunatullah secara maksimal baru kemudian kita tawakal kepada Allah, karena kadang kita tidak mengetahui Sunatullah 100%.

*3. Al Qur'an pembawa khabar Sunatullah*

Al Qur'an membawa khabar tentang Sunatullah yg tak kita ketahui. Karena itu kita perlu mengkaji Al Qur'an. Kalau kita ingin tahu tentang alam setelah kematian tak mungkin menunggu khabar WA dari orang mati.  Kita tahu hal itu dari Allah melalui Al Qur'an. Al Qur'an memberi tahu Sunatullah dunia yg akan membawa akibat di alam akhirat. Jika ingin masuk surga maka harus melakukan Shalat dan sebagainya.
Akhirat adalah akibat dari perbuatan di dunia, maka ada ungkapan :
"Ad-Dunya Mazro’atul Akhirat" (Dunia Ladang Akhirat).

Kesimpulannya Al Qur'an itu bukan untuk orang mati,  tapi untuk orang hidup. Kita tak perlu mikir bagaimana nanti di akhirat, cukup melaksanakan petunjuk Al Qur'an saja di dunia dengan sebaik-baiknya.
Maka seharusnya umat islam yg mendalami Al Qur'an adalah orang yg bekerja keras, tidak bermalas-malas.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

"Maka apabila engkau telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain," (QS. Al-Insyirah 7)

Kita juga diajarkan agar berdoa untuk tidak malas. Karena kunci sukses adalah perjuangan. Rasulullah SAW biasa membaca do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika kita beribadah cari yg pahalanya berkelanjutan,  misal taklim pasti akan ada kelanjutannya setelah tambah ilmu. Tetapi jangan terjebak hadits palsu,  biasanya ciri hadits palsu menjanjikan pahala yg bombastis.
Sebagai penutup,  apabila kita telah belajar,  jangan menyombongkan diri karena Allah akan menjauhkan Al Qur'an dari orang yg menyombongkan diri

سَاَصْرِفُ عَنْ اٰيٰتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَـقِّ  

"Akan Aku palingkan dari tanda-tanda kekuasaan-Ku orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar.." (QS. Al-A'raf 146)

Salah satu ciri sombong adalah menolak untuk mendengar pendapat yg berbeda.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar