Senin, 04 Juni 2018

Kajian Ahad Sendang Gede

Kajian Ahad SENDANG GEDE

NUZULUL QUR'AN DALAM AL QUR'AN

18 Ramadhan 1439 H / 3 Juni 2018

Dr. H. Rozihan MAg.

*Tafsir Nuzulul Qur'an*

Banyak kisah tentang Nuzulul Qur'an dari perspektif sejarah tentang turunnya Al Qur'an. Dari perspektif sejarah maka Al Qur'an ini turun sebagai petunjuk bagi manusia.  Ini tidak salah karena memang disebut :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْۤ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ

"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia ...." (QS. Al-Baqarah 185)

Namun dari Perspektif Tafsir Al Qur'an ada yang lebih penting lagi.

*1. Al Qur'an "menjinakkan" indera*

Salah satu diantaranya adalah bahwa kita itu diperintahkan untuk "menjinakkan" indera,  terutama telinga kita. Kenapa dengan telinga?

وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ   ۗ  اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."(QS. Al-Isra' 36)

Pendengaran dulu yang akan diminta pertanggung-jawaban. Wahyu itu suara,  jadi wahyu itu didengarkan, karena wahyu adalah Firman atau ucapan Allah.
Maka ada ayat :

 وَكَلَّمَ اللّٰهُ مُوْسٰى تَكْلِيْمًا

"... Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung." (QS. An-Nisa' 164)

Ketika bayi lahir yang diadzani telinga.
Ketika manusia sekarat yang ditalqin telinga. Telinga itu sangat tajam, ketika mau tidur akan mudah bila telinga dijinakkan dengan lagu yang lembut. Melihat televisi jika tanpa suara tidak menarik. Mendengar dapat dilaksanakan dengan pekerjaan lain. Memotong sayur dapat dilakukan bersamaan dengan mendengarkan lagu, tapi akan berbahaya jika dilakukan sambil nonton TV.
Maka pendengaran itu sangat penting.

*2. Al Qur'an menerangi hati yang gelap*

الٓرٰ  ۗ   كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ لِـتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ   ۙ  بِاِذْنِ رَبِّهِمْ اِلٰى صِرَاطِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ

"... Ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu Muhammad agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, yaitu menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji."
(QS. Ibrahim 1)

Al Qur'an diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita, maksudnya adalah gelapnya hati. Hati yg gelap sangat berbahaya.  Karena hati gelap ada Bapak menghamili anaknya. Karena hati gelap ada Ibu membuang bayinya.
Rosulullah bersabda : “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.” (HR Bukhori-Muslim).

Maka ketika kita puasa sebenarnya yg dibidik adalah hati atau jiwa agar bersih,  karena hati dampaknya luar biasa. Ketika hati marah maka dampaknya ke seluruh tubuh : Tangan berkacak pinggang, Telunjuk menuding-nuding, Mata melotot, Wajah memerah, Ucapan kasar ...

*3. Al Qur'an obat Penawar Hati agar senang*

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْـقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ

"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, ...." (QS. Al-Isra'  82)

مَاۤ اَنْزَلْـنَا عَلَيْكَ الْـقُرْاٰنَ لِتَشْقٰۤى

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;" (QS. Ta-Ha  2)

Agama mengajarkan agar kita hidup senang dan tenang sehingga nyaman. Jika kita cemas maka hidup terganggu.

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ  ۛ  فِيْهِ  ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ

"Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2)

Supaya tenang maka menurut saja pada Al Qur'an,  pasti tak ada keraguan. Menurut terhadap apa-apa yg diperintahkan,  misalnya antara lain adalah perintah untuk menikahkan anak yang telah dewasa, tak perlu takut miskin karena setelah menikah pasti muncul kemauan berusaha mencari rezeki.

*4. Al Qur'an melarang keserakahan*

Surat yang pertama kali turun di Mekkah bukanlah tentang Tauhid,  tetapi tentang bahayanya keserakahan. Karena memang Tauhid itu ada hubungan dengan Keserakahan. Ada 12 surat yang dapat menjelaskan hal itu,  tapi disini tidak akan dibahas semua . Ayat-ayat tersebut tak ada yang membahas tentang ibadah kepada Allah.

4. 1 . Tafsir Surat Al Alaq 6-8

Biasanya orang akan fokus pada Surat Al Alaq ayat 1-5 ketika disebut tentang ayat yang pertama kali turun. Tetapi Kuncinya sebenarnya ada pada ayat lanjutannya,  yaitu ayat 6, 7 dan 8.

كَلَّاۤ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰۤى اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰى اِنَّ  اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰى
"Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup. Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembalimu." (QS. Al-'Alaq 96: Ayat6- 8)

Manusia itu sewenang-wenang, sombong dan bertindak semaunya sendiri. Lihat saja ketika dia merasa sehat maka apa saja dimakan dan kadang tak terkendali,  semaunya sendiri. Mengambil makanan ketika pesta prasmanan dengan berlebihan,  akhirnya dibuang,  mubadzir.
Itu karena manusia merasa cukup. Cukup uang,  cukup jabatan dan cukup ilmu mengakibatkan manusia bertindak semaunya sendiri.

Maka filsafat Orang Jawa dulu sudah benar : " Ojo Dumeh " yang kelanjutannya bisa macam-macam : Ojo Dumeh Kuoso (Jangan mentang -mentang kuasa),  Ojo Dumeh sugih (Jangan mentang-mentang kaya),  Ojo Dumeh ayu (Jangan mentang-mentang cantik). Ketahuilah jika Allah berkehendak dalam waktu 2 jam saja kecantikan bisa hilang. Ketika memasak tiba-tiba kompor meledak,  maka hilanglah kecantikan.
Maka ayat ke 8 perlu diingat,  kepada Tuhanmulah kembalimu, agar kita ingat mati, agar kita tidak bersikap keterlaluan.
4. 2. Tafsir Surat Al Mudatsir 1-6

Ketika Nabi menggigil ketakutan karena ketemu Jibril,  kemudian Nabi diselimuti oleh istrinya,  maka turunlah ayat

 يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ   قُمْ فَأَنْذِرْ    وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ  وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ  وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ

Hai orang yang berkemul (berselimut),bangunlah, lalu berilah peringatan!
dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak.

Kita diminta membersihkan pakaian. Pakaian ini adalah kiasan. Bahwa kadang manusia berpakaian kera (tak tahu malu),  kadang pakaian tikus (menjengkelkan). Itu semua harus dibersihkan.
Kemudian Kuncinya jika memberi jangan mengharap balasan. Memberi dengan mengharap balasan pasti akan kecewa. Banyak orang yg diberi namun tidak berterima kasih,  diberi salam tapi tidak mau menjawab. Jika mengharap balasan akan sakit hati,  maka jika memberi jangan mengharap balasan, karena itu tanda keserakahan.

4.3. Tafsir Surat Al Lahab 2-3

مَاۤ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا  كَسَبَ سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ

"Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka)." (QS. Al-Lahab Ayat 2-3)

Ayat ini merupakan peringatan bagi yg menumpuk harta.  Bahwa harta harus dizakati.  Orang-orang yang serakah tak mau membayar zakat,  dia akan masuk neraka.
Maka ketika mempunyai uang harus diputar dan dimanfaatkan menjadi suatu investasi. Bila harta disimpan dan harus dizakati, maka harta bisa habis. Karena besaran zakat harta yg tidak dimanfaatkan adalah 2,5% dari harta.
Namun bila diputar dan menghasilkan,  yang dizakati adalah hasilnya bila telah mencapai nishob. Bila tidak mampu memutar harta, bisa dititipkan ke lembaga misal Bank.

4. 4. Tafsir Surat Al Humazah 1-3

وَيْلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ  الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗ  يَحْسَبُ اَنَّ مَالَهٗۤ اَخْلَدَهٗ

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya." (QS. Al-Humazah Ayat 1-3)

Orang yg suka mengumpulkan harta, ketika dia tahu hartanya tak bertambah dia akan mengumpat. Dia merasa bahwa dengan harta yang banyak akan kekal.
Itu adalah keserakahan.  Padahal uang yang disimpan tidak kekal,  justru uang yang disedekahkanlah yang kekal.

Rasulullah SAW bersabda,

" يَقُولُ ابْنُ آدَمَ: مَالِي، مَالِي، قَالَ: وَهَلْ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ، أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ، أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ؟

“Anak Adam akan berkata, “Hartaku, Hartaku!” Lalu dikatakan, “Wahai Anak Adam! Bukankah hartamu yang telah kamu makan lalu habis atau yang kamu pakai lalu usang, atau yang kamu sedekahkan. Itulah yang kamu bawa.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i)

Ibaratnya bila uang kita 5 juta,  disedekahkan 1 juta maka yang kekal jadi milik kita adalah 1 juta,  sisanya jadi warisan ketika kita mati.

4. 5 Tafsir Surat Al Ma'un, 1-3

Allah SWT berfirman:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَ وَ لَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin."
(QS. Al-Ma'un Ayat 1-3)

Menyantuni anak yatim itu penting,  bahkan sampai ada kisah Sufi tentang ustadz masuk neraka dan Pelacur masuk surga.

Ada seorang Ustadz dan pelacur. Sang Ustadz berusaha menasehati Pelacur dan menawarinya bekerja jadi pembantu rumah tangganya. Kedekatan ustadz dengan Pelacur mengakibatkan kecemburuan istrinya. Dan akhirnya Pembantu dikeluarkan dan karena tak ada kerja lain,  kembali jadi Pelacur.

Beberapa lama kemudian sang Ustadz dan pelacur tersebut meninggal dunia. Yang melayat ustadz banyak sekali sampai meluber,  sebaliknya Pelacur sampai membusuk tak ada yang merawatnya. Dalam perjalanan ke akhirat, mereka berdua bertemu dan terjadi dialog.

Ustadz: Hai pelacur kamu mau ke mana?
Pelacur: Saya akan ke surga.
Ustadz: Tidak mungkin kamu ke surga karena hidup kamu penuh dengan dosa.
Pelacur: Hidup saya memang penuh dengan dosa, tapi hal itu saya lakukan karena tidak ada pilihan lain dan saya tidak pernah berniat untuk melakukan hal tersebut.
Ustadz: Saya yang akan menuju surga karena hidupku penuh dengan ibadah setiap hari.
Kemudian Ustadz bertanya pada Malaikat:

Ustadz: Malaikat, apakah benar perempuan ini akan menuju surga..?
Malaikat: Ya, benar perempuan ini menuju surga dan anda akan menuju neraka.
Ustadz: Tidak bisa.!!, kehidupan saya terbalik dengan dia. Hidup saya penuh dengan amal ibadah dan dia penuh dengan dosa. Pasti ada kesalahan. Saya tidak percaya ini, coba tanyakan pada Allah.
Akhirnya Malaikat pergi menghadap Allah dan beberapa saat kemudian kembali lagi.

Ustadz: Bagaimana Malaikat? Saya pasti ke surga dan dia ke neraka.
Malaikat: Tidak, kamu tetap ke neraka dan perempuan ini ke surga.
Ustadz: Loh.. kok bisa?
Malaikat : Memang benar hidup kamu penuh dengan ibadah, pahala. Hidup kamu lebih baik dengan dia.
Pelacur ini anak yatim dan memelihara anak , dia tak punya penghasilan dan kerja karena terpaksa.
Kamu melihatnya tanpa peduli penderitaannya , kamu selalu menghitung-hitung dosanya. Setiap kamu menghitung dosa wanita ini pahalamu diberikan kepadanya sampai akhirnya pahalamu habis.
Akhirnya perempuan ini masuk surga karena pahala yang kamu berikan.
Bukankah kamu seorang Ustadz sudah tahu hal ini ? Bukankah kamu Ustadz sudah tahu kewajiban menyantuni anak yatim?

Kisah di atas adalah dongeng Sufi, intinya adalah betapa pentingnya menyantuni anak yatim. Mereka yang tak mau menyantuni disebut sebagai pendusta agama. Tauhid sangat terkait dengan kepedulian sosial.
Dulu Kiyai Ahmad Dahlan berbulan-bulan mengajarkan ayat ini,  sampai santri bosan.  Akhirnya santri dianggap lulus setelah bisa praktek. Jadi Al Qur'an tak cukup dipelajari.

4.6. Tafsir Surat At Takatsur 1-2

اَلْهٰٮكُمُ التَّكَاثُرُ حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (QS. At-Takasur Ayat 1-2)

Bermegah-megah menumpuk Kekayaan itu tidak salah asal tidak lalai kewajiban membayar zakat, infaq.  Itu harus terus dikerjakan sampai ajal menjemput. Menumpuk harta tidak salah tetapi akan diminta pertanggung jawaban.

4. 7. Tafsir Surat Al Lail 5-10

فَاَمَّا مَنْ اَعْطٰى وَاتَّقٰى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنٰى فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْيُسْرٰى
وَاَمَّا مَنْۢ  بَخِلَ وَاسْتَغْنٰى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنٰى فَسَنُيَسِّرُهٗ لِلْعُسْرٰى
"Maka barang siapa memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan. Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran." (QS. Al-Lail Ayat 5- 10)

Perintah utamanya ternyata MEMBERIKAN HARTA bukan TAKWA. Karena Takwa itu mudah,  sedangkan memberi itu sulit.  Takwa itu artinya hati-hati,  adapun Memberi itu adalah sikap perbuatan hati-hati dari bahaya Keserakahan.
Maka janganlah merasa terlalu sedih bila kehilangan dan jangan terlalu senang jika mendapatkan.

4. 8 Tafsir Surat Al Balad 12-16

وَمَاۤ اَدْرٰٮكَ مَا الْعَقَبَةُ   فَكُّ رَقَبَةٍ اَوْ اِطْعٰمٌ فِيْ يَوْمٍ ذِيْ مَسْغَبَةٍ  يَّتِيْمًا ذَا مَقْرَبَةٍ  اَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍ

"Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?
Yaitu melepaskan perbudakan, atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir." (QS. Al-Balad Ayat 12-16)

Hal yang sulit adalah melepas budak. Menurut tafsir yang dimaksud adalah bahwa kita ini diperbudak materi.  Itu harus dilepaskan.  Kemudian memberi makan orang yang lapar.
Berikutnya memberi kepada anak yatim yang kerabat. Itu adalah perbuatan sulit karena biasanya kerabat tidak mengenal terima kasih. Dia menganggap itu sudah kewajiban,  maka kadang sudah diberi masih mencemooh. Beda dengan memberi orang yang jauh,  Pemberian tak seberapa sudah amat berterima kasih.
Ayat ini teguran bahwa kita lebih senang menyantuni orang jauh daripada keluarga dekat. Maka kita di ayat lain dilarang mengharap balasan jika memberi.

Masih ada lagi Surat Ad Dhuha yang melarang menghardik anak yatim atau mencela orang miskin. Juga Surat Al In syirah.
Jadi jelas Nuzulul Qur'an itu pertama kali yang diperintahkan mengenai Tauhid pasti terkait dengan Jangan Serakah dan Kepedulian Sosial.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar