Kamis, 07 Juni 2018

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

Kajian Ramadhan PCM Banyumanik

AMALAN YANG DICINTAI ALLAH

Tanggal : 21 Ramadhan 1439 H / 6 Juni 2018

Nara Sumber : Ustadz Drs. H. Marsquri MPd

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى ؟ قَالَ (( الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا )) قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ : (( بِرُّ الْوَالِدَيْنِ )) قَلْتُ:  ثُمَّ أَيُّ ؟ قَالَ (( اَلجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ )) متفق عليه

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud a berkata: “Aku bertanya kepada Nabi n ‘Amal apa yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala? Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya’. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi? Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua’. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad dijalan Allah’.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Dari hadits tadi disimpulkan tiga amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT,  diantara amat banyak amalan yang biasa dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Setelah menjawab pertanyaan tadi,  Rasulullah diam. Mungkin karena Ibnu Mas'ud tidak bertanya lagi. Bisa jadi seandainya dia bertanya lagi maka akan muncul jawaban lain.
Tiga amalan tersebut adalah :

*1. Shalat pada waktunya*

 اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا

"... Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa' 103)

Amalan yang paling dicintai adalah Shalat pada waktunya. Dalam hadits lain ditambahkan kalau shalat itu dilaksanakan secara berjama'ah,  karena pahalanya juga berbeda. Ini menunjukkan bahwa shalat itu menjadi prinsip dasar ibadah. Karena shalat itu merupakan bukti ketaatan kepada Allah.
Shalat menjadi batas pembeda antara Muslim dan Kafir. Pembeda antara Muslim dan Munafik. Orang Munafik memang melakukan shalat, tetapi selalu menunda-nunda waktu shalat terutama shalat Subuh.
Dalam keadaan apapun shalat tak boleh ditinggalkan. Banyak Rukshah (keringanan) terkait dengan shalat.
Shalat bisa disingkat, bisa dijamak baik di awal waktu atau akhir waktu dalam kondisi tertentu.
Tak ada air : Boleh dengan tayamum.
Tak tahu arah Kiblat : Boleh diperkirakan

Diriwayatkan bahwa Nabi  bersabda :

الصَّلاةُ عِمادُ الدِّينِ ، مَنْ أقَامَها فَقدْ أقَامَ الدِّينَ ، وَمنْ هَدمَها فَقَد هَدَمَ الدِّينَ

“Sholat Adalah Tiang Agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya”.

Shalat bukan sekedar ritual karena akan menjadi penuntun dan perisai dari perbuatan keji dan mungkar.

 اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ

"... Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.."
(QS. Al-'Ankabut 45)

Ini menjadi tolok ukur kualitas ibadah. Maka bila STMJ (Shalat terus maksiat jalan)  berarti shalatnya belum benar, hanya menggugurkan kewajiban, belum berdampak pada kehidupan.
Maka shalat jadi tolok ukur ibadah yang lain. Bila shalatnya baik maka amalnya akan dinilai baik. Jika shalatnya buruk maka amalnya buruk.

Shalat pertama kali dihisab.
“Sesungguhnya ‎yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya.  Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya ‎dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan,  Jikalau terdapat shalat sunnahnya maka akan disempurnakan kekurangan yang ada pada shalat wajib itu dengan shalat sunnahnya.” ‎

Maka shalat harus diajarkan sejak anak-anak masih kecil,  diajak berjama'ah. Karena shalat itu perlu pembiasaan. Banyak orang puasa tetapi shalatnya tidak tertib,  itu berarti ibadah shalat paling berat. Orang beriman akan gelisah bila sudah tiba waktu shalat tapi dia belum mengerjakan.

*2. Berbakti kepada kedua Orang Tua*

Kita ini semua adalah anak terhadap orang tua kita. Kewajiban kita adalah berbakti kepada kedua orang tua. Dan kita adalah orang tua dari anak kita.
Ridha Orang tua adalah pintu dari Ridha Allah. Dalam berbakti kepada orang tua ada beberapa hal :

2.1. Tidak cukup dengan memberi kecukupan materi.

Yang lebih penting adalah bentuk-bentuk ketawadukan. Bentuk sikap dan perilaku,  jangan sampai membuat orang tua sakit hati.

Ada hadits Nabi :
“Engkau dan hartamu milik orang tuamu. Sesungguhnya anak-anakmu adalah sebaik-baik hasil usahamu. Makanlah dari hasil usaha anak-anakmu.” (HR. Abu Daud,)

Apa-apa yang kita dapat sekarang tidak lepas dari jerih payah,  upaya dan do'a orang tua. Jasa orang tua tak mungkin kita hitung.

فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

"... maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra'  23)

Pada zaman Rasulullah ada  pemuda bernama Alqamah. Dia giat beribadah. Suatu ketika dia sakit keras dan mau meninggal.  Ternyata Alqamah tidak bisa mengucapkan La ilaha illallah.

Rasulullah bertanya, “Apakah dia masih mempunyai orang tua?”
“Ada wahai Rasulullah, dia masih mempunyai ibu.”
“Katakan kepada ibunya Alqamah, ‘Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah’”
Maka ibu Alqamah pun mendatangi Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah?”
Sang ibu menjawab, “Dia rajin shalat, banyak puasa dan senang bersedekah.”
Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah.”
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”
Dia menjawab, “Dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepadaku.”

Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhny,a kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat.”
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau perbuat?”
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu.”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah , saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku.”
Maka Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah,”
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, saya telah ridha pada anakku Alqamah”.
Alqamah pun dapat mengucapkan La Ilaha Illallah. Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga.

Maka bila ada anak yang rezekinya tidak berkah, mungkin salah satu sebab adalah ketawadukan kepada orang tua itu kurang. Keutamaan berbakti kepada orang tua itu terutama kepada ibu.
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata,

“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi SAW menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari dan Muslim)

2.2. Bagaimana berbakti kepada orang tua yang telah wafat?

Bila orang tua mempunyai nadzar maka kita wajib menunaikan nadzar itu.
Bila orang tua mempunyai tanggungan hutang maka anak wajib melunasinya, karena pada prinsipnya harta anak adalah harta orang tua juga.
Diupayakan selalu menjalin silaturahim dengan teman dan sahabat orang tuanya.
Anak wajib mendo'akan orang tua :

"Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran"
(Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil).

Ada adat yang dilaksanakan sebagian orang untuk mengundang masyarakat untuk mendo'akan orang tuanya, namun saat dilaksanakan do'a justru anak-anak yang mengundang tidak ikut berdo'a tetapi sibuk di belakang menyiapkan makan. Ini keliru,  karena do'a yang mustajab adalah do'a anak,  bukan do'a tamu.

*3. Jihad di jalan Allah*

Saat ini pemahaman jihad berkembang luas tergantung situasi.
Pendapat Ibnu Taimiyah : Pokok dasar Jihad adalah jihad bin nafs,  sebelum jihad dengan harta benda atau jiwa.
Jadi bila dia sudah bisa jihad melawan nafsunya sendiri, baru dia bisa melaksanakan jihad yang lain.

Yang saat ini ramai di media adalah tindakan bom bunuh diri. Ada yang menyebut Terorisme,  tetapi ada kalangan tertentu yang menyebutnya sebagai jihad. Tapi apa itu benar?
Sebenarnya jihad seperti hal tersebut hanya bisa dianggap jihad jika ada kondisi ;
3. 1 . Kaum muslimin dan agama islam mendapat ancaman.
3. 2.  Islam dan kaum Muslimin mendapat gangguan yang mengancam keberadaannya.
Gambaran paling mudah adalah perjuangan Kaum Muslimin di Palestina.
3. 3. Kebebasan beragama kaum Muslimin terancam atau tertekan. Misal tak boleh shalat terang-terangan.
3. 4. Membela orang yang tertindas.

Prinsip jihad dalam islam adalah perang untuk mempertahankan diri.

Semoga bermanfaat
Barokallohu fikum

🖍SAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar